Pages

Minggu, 16 Agustus 2015

Puisi: Goresan Kenangan

Sumber gambar: kompasiana.com

Ternyata Nadimu Tak Putus

Kusebut engkau sampan karena kau pandai berlayar
Kusebut kau burung karena kau pandai terbang
Kusebut kau kuda karena kau pandai berlari kencang
Kusebut kau bendera karena kau terus berkibar

Lalu apa yang harus aku sebut?  Hai pemuda?
Dimana pijakan tulang kuatmu?
Kemana arah darah merahmu mengalir
Sudah putuskah nadimu?

Ketahuilah pemuda berparas singa
Kekuatanmu adalah saat ini
Masamu konglomerat dunia
Kalau kau melangkah, bumi ini takut dan terancam

Kapan kau akan beradu?
Dunia ini menunggu amukan semangatmu
Medan perang disana..
Sudah panas menggebu

Dialog ini seakan tak putus, seperti nadimu
Lihat… lihat …!!!
Jangan menunggu dunia ini buta karenamu
Dunia ini menunggumu, wahai pemuda.

Peciku Warna Hitam

Apa yang kau bilang jika aku berdiri?
Apa yang kau bilang jika aku mendengkur?
Apa yang kau bilang jika aku jatuh?
Apa pula yang kau bilang jika aku mati?
Tegap penghormatanku padamu pertiwi
Punah kekuatanku padamu pertiwi
Mana pula yang harus aku rasakan?

Aku tak tahu
Negeri ini kehausan darahku
Darah muda, katanya
Apa pula bila darah ini terhenti mati?
Mati juga semua kekuatanku
Serentak jika darahku mengalir
Semangatku berkobar api
Negeri ini kembali tak kehausan
Karena peci hitamku untukmu wahai pertiwi

Sumber: Dirgantini, mahasiswa jurusan bimbingan dan koneseling islam fakultas dakwah dan ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Jika benar kau ijinkan aku untuk membuka pintu kamarmu,
Setiap malam pasti aku akan mengirimimu sepasang nyala lilin yang teduh
Satu nyala dariku dan satunya lagi pesananmu

Kau memintaku untuk mengambil nyala kita bersamaan
Ketika tuhan masih sempat menatakan rapi pinjaman cerita untuk kita
Biarlah, ingin kutaruh sebagai pengganti nyala kunang-
kunang kota dalam canda petang yang pernah kita lalui malam itu
ketika pertama kali aku memberanikan bercerita tentang
mataku yang tersenyum melihat matamu
yang tak tahu akan kau buang atau bahkan kau kubur sedalam-dalam

Semoga ingatan rasa itu belum lupa
Dan permohonanku pun tak begitu mewah,
Aku hanya ingin menjadi spasi untuk menghindarkanmu sebelum titik
berkendara  pada seluas isi dan berdongeng lembut
untuk berteduh menidurkanmu

kampusikippgri, 310110, 05.34 pm

Aku ingin para nabi saja yang mengedit tulisanku,
Dan para malaikat asyik meminum kopi sambil membaca cerpen-cerpenku
Lalu aku ingin tidur nyenyak dalam telapak tangan bidadari pilihanku,
Sambil melukiskan doa-doa kecil sebagai garis telapak tangannya,
Agar sama-sama mengingat, satu sebagai creator dan
satunya lagi member kanvas,
Kekal bersama menemani satu menara,
sebagai rumah berteduh hasil pertemuan yang saling,
hingga selalu merindu, untuk tiba pada perpanjangan
kontrak menginap di surga.

Sarangkatahati, 280210, 09.28 pm

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer