Pages

Rabu, 21 Agustus 2019

Historisitas Nabi Muhammad saw

Sumber gambar: dream.co.id
Ragam Versi Nama Muhammad

Muhammad merupakan salah satu nama Rasulullah saw. yang paling terkenal. Sebagian orang Arab menamai anak mereka dengan Muhammad karena mendapatkan kabar dari para peramal dan pendeta Yahudi bahwa di akhir zaman terdapat seorang nabi yang bernama Muhammad. Namun, mereka yang menamai anak-anaknya dengan Muhammad itu ternyata bukan nabi yang dimaksud dalam ramalan.

Ulama berbeda pendapat mengenai nama Muhammad yang digunakan orang-orang Arab Jahiliah. Al-Suhaili dalam al-Raudh al-Unf menyebutkan bahwa terdapat tiga orang yang bernama Muhammad sebelum Rasulullah saw. lahir. Pertama, Muhammad bin Sufyan bin Mujasyi‘, buyut penyair Arab jahili Farazdaq. Kedua, Muhammad bin Uhaihah bin al-Julah bin al-Harisy bin Jumahi bin Kulmah bin ‘Auf bin ‘Amr bin ‘Auf bin Malik bin al-Aus. Ketiga, Muhammad bin Humran bin Rabiah.

Menurut Al-Qadhi ‘Iyadh dalam al-Syifa bi Ta’rif Huquqi Mushthafa, terdapat enam orang nama Muhammad sebelum Rasulullah saw. lahir. Ia menambahkan tiga orang nama Muhammad dari apa yang sudah dicatat al-Suhaili. Pertama, Muhammad bin Maslamah al-Anshari, Muhammad bin Bara al-Bakri, dan Muhammad bin Khuza‘i.

Historiografi dan Selebrasi Kelahiran Nabi Muhammad

Bertepatan 12 Rabiul Awal, umat Islam khususnya di Indonesia memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa riwayat, waktu kelahiran Nabi Muhammad SAW juga disebutkan pada 10 Rabiul Awal bertepatan dengan tahun Gajah, sekitar tahun 570 masehi.
Cendekiawan Muslim mencatat ada beberapa kejadian, jelang kelahiran Nabi Muhammad saw. di Mekkah. Kejadian langka tersebut dianggap tanda-tanda kemuliaan yang diberikan Allah SWT.

Beberapa kejadian luar biasa jelang kelahiran Rasulullah tersebut, dianggap tanda menyambut manusia mulia, penutup para nabi. "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS Al-Ahzab 21).

Dosen Tasawuf di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, Mahsun Muhammad menjelaskan beberapa peristiwa luar biasa mengiringi kelahiran beliau. Di antaranya adalah padamnya api sesembahan kaum Majusi atau zoroaster, di kuil pemujaan di Persia (kini Iran).

"Api Majusi yang telah menyala hampir seribu tahun dikisahkan tak pernah padam, hingga jelang kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kaum Majusi berusaha menghidupkan kembali api tersebut namun tetap tidak menyala," kata Mahsun.

Peristiwa lain jelang kelahiran Nabi Muhammad adalah kehancuran pasukan gajah. Pasukan yang dipimpinan Raja Abrahah ini ingin menghancurkan Ka'bah. Abrahah iri dengan kemajuan ekonomi Arabia utara, dengan adanya bangunan Ka'bah. Tempat ibadah ini selalu ramai dikunjungi para peziarah, dan menyaingi kepopuleran kuil yang ia bangun di wilayah Abysinia, (kini Yaman).

Sejarawan Jerman yang mengkaji sejarah bangsa Arab, Yahudi dan Kristen di Semenanjung Arab, Walter W. Muller dalam tulisannya berjudul, 'Outline of the History of Ancient Southern Arabia' mengungkapkan, serangan Abrahah ke wilayah Arabia utara ditandai dengan berakhirnya masa kepemimpinan Abrahah. Raja Abrahah meluncurkan serangan militer besar-besaran ke wilayah utara sebagai bentuk ekspansi, menggunakan gajah.

Namun ekspansi Raja Abrahah, harus terhenti dan gagal di wilayah Mekkah. Ia meneliti sebuah batu prasasti terbaru dari era Himyarite sekitar 554 masehi, yang menandai akhir dari zaman Arabia Selatan kuno terdokumentasi menandai kemunduran kerajaan Sabeo-Himyarite.

Setelah kekalahan pasukan Abrahah di Makkah, papar Muller, antara 570-575 masehi kelompok Persia di Yaman bekerja sama dengan kerajaan Sasanid. Kerajaan Persia itu akhirnya berhasil mengambil alih wilayah Abyssinian di Yaman, dan berakhirlah kerajaan Abrahah di Arabia Selatan.

"(1) Apakah kamu tidak memperhatikan hal yang telah diperbuat Tuhanmu terhadap rombongan bergajah? (2) Bukankah Dia telah menyebabkan tipu daya orang-orang itu menjadi sia-sia? (3)Allah mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong. (4) Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. (5) Lalu Allah jadikan pasukan-pasukan itu menyerupai daun-daun jerami dimakan (ulat)." (QS. Al-Fiil, 1-5)

Dan beberapa peristiwa lain jelang kelahiran Nabi Muhammad SAW yang masih menjadi perdebatan para ulama dan cendekiawan Muslim. Di antaranya jatuh dan hancurnya berhala-berhala di Mekkah. Dalam kitab Arahiq Al Makhtum karangan Syeikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, disebutkan kelahiran Nabi Muhammad bertepatan dengan runtuhnya 14 balkon Istana Kisra Anusyirwan (Raja Persia).

Kemudian runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhaira. Mengeringnya Danau Sawa (wilayah Irak), yang saat itu dijadikan tempat pemujaan. Dan berbagai tanda kesamaan dengan lahirnya para nabi lainnya, seperti munculnya bintang besar dan bercahaya di malam kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Dikutip dari bincangsyariah.com dan republika.co.id

Pembaca dapat mengulas lebih dalam pembahasan di atas pada link donwload pdf di bawah ini

Esensi Hijab

Sumber gambar: brilio.net

Hijab sekarang sudah menjadi tren bagi masyarakat Indonesia. Dulu, hijab hanya dipakai oleh orang-orang yang akan pergi menghadiri pengajian, acara muslimatan atau acara resmi lainnya, tapi untuk sekarang ini, hijab sudah dipakai oleh kalangan luas masyarakat.

Mereka yang menggunakan tidak hanya dalam rangka menghadiri acara pengajian atau pertemuan-pertemuan resmi, namun di berbagai kesempatan masyarakat, hijab sudah menjadi tradisi. Ini adalah bukti bahwa kesadaran masyarakat untuk berhijab, dari hari ke hari menunjukkan tren positif.  

Pada dasarnya, dalil asal diperintahkannya berhijab bagi kalangan perempuan adalah berdasarkan firman Allah SWT yang terdapat di dalam Al-Quran Surat Al-Ahzâb ayat 59 yang berbunyi:

يَاأَيُّهَاالنَّبِيُّ قُلْ لِّأَزْوَجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَبِيْبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُرًا رَحِيْمًا

Artinya: “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka! Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali (menjadi identitas), dan karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Al-Ahzâb: 59]

Kandungan ayat diatas adalah menjelaskan bahwa tujuan Allah SWT memerintahkan perempuan berhijab adalah ada dua, yaitu: 
1. Supaya kaum perempuan mukminat lebih bisa dikenali dan menjadi faktor pembeda dari perempuan tidak beriman.
2. Lebih terjaga muruah atau kewibawaan karakter dan watak keperempuanannya, sebagaimana digambarkan dalam ayat di atas sebagai tidak disakiti / gangguan. 

Seiring perkembangan zaman, muncul fakta yang berkembang di masyarakat berupa banyak muncul ragam model hijab di pasaran. Contoh hijabnya para artis dan selebritis nasional seperti Dewi Huges dengan model hijab camarnya atau Claudya Sintia Bella dengan hijab stylish-nya, atau hijab artis musiman yang hanya pada waktu ramadhan saja mereka berhijab.

Jika anda browsing di dunia maya, ada banyak produk tutorial berhijab yang masing-masing menawarkan keunikan. Itulah fenomena hijab dewasa ini. 

Sebenarnya ragam hijab ini tidak muncul sekarang saja. Di kalangan Ibu Nyai pengasuh banyak pesantren salaf di nusantara, juga muncul dan berkembang beberapa model hijab sejak lama. Contoh hijab Nyai Wahab Hasbullah yang modelnya menyerupai model hijabnya ibu Sintia Abdurrahman Wahid dan putrinya, Ning Yenny.

Beda lagi dengan model hijabnya Almarhumah Ibu Nyai Abdul Hamid, salah satu Pengasuh Pesantren di Pasuruan, yang modelnya seperti keumuman para perempuan muslimah sekarang dan menunjukkan sisi agak lebih modern.

Di lain pihak, ada juga model hijab yang besar yang disertai dengan niqab (cadar) seperti beberapa pengasuh Pondok Pesantren Aswaja di Jawa Timur dewasa ini. Semua itu menunjukkan ragam model hijab yang lambat laun berkembang, dan pernah terjadi di kalangan dunia pesantren – soko guru Islam di bumi Nusantara kita tercinta - pada khususnya. 

Sebagaimana disadari bahwa ragam ini akan terus berkembang seiring perkembangan zaman dan trend baru budaya pakaian yang umumnya diperagakan oleh para perancang busana muslimah di tanah air. Permasalahannya adalah model hijab manakah yang benar dan sesuai syariat itu?

Mengetahui sisi syariah model hijab, kita perlu melihat beberapa bentuk penafsiran para ulama. Di Indonesia, ada Quraisy Shihab, salah seorang mufasir besar kenamaan yang dimiliki Indonesia. Ia di dalam buku tafsirnya yang terkenal yaitu Tafsir Al-Misbah, menjelaskan bahwa hukum berhijab itu wajib. 

Menurutnya, ada tiga definisi hijab. Pertama, hijab tidak harus menutup semua, cukup dengan berpakaian sopan dan terhormat. Pendapat ini ia ambil berdasarkan penafsiran Surat An-Nûr ayat 60, Allah SWT berfirman: 

وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاۤءِ الّٰتِيْ لَا يَرْجُوْنَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ اَنْ يَّضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجٰتٍۢ بِزِيْنَةٍۗ وَاَنْ يَّسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَّهُنَّۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ 

Artinya: “Wanita-wanita lanjut usia yang tidak berhasrat untuk menikah lagi, tidak berdosa bagi mereka jika tidak terlalu rapat dalam berpakaian dengan tidak menampakkan perhiasan berupa anggota tubuh yang diperintahkan oleh Allah untuk disembunyikan. Meskipun demikian, sikap 'iffah (menjaga diri) mereka untuk menutupnya secara sempurna lebih baik bagi mereka daripada membukanya. Allah Maha Mendengar perkataan mereka lagi Maha Mengetahui segala perbuatan dan niat mereka dan akan membalas itu semua,” (Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbâh, Jakarta: Lentera Hati, 1998, Volume 09).

Kedua, hijab itu menutup semuanya kecuali muka dan telapak tangan. Sebagaimana dikutip oleh beliau, pendapat ini didasarkan atas salah periwayatan hadits dari Ummi Al-Mukminîn Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda:

إنَّ المرأةَ إذا بلغتِ المحيضَ، لا يصلحُ أن يرى منها إلا هذا وأشار إلى الوجهِ، والكفَّيْنِ

Artinya: “Sesungguhnya perempuan itu ketika telah mencapai usia haidl, maka tidak lagi wajar terlihat darinya kecuali ini dan ini (sambil Rasulullah SAW menunjuk ke wajah dan kedua telapak tangannya)”. [Ibnu Hajar Al-Asqalânî, At-Talkhishul Habir, Beirut: Dârul Kutub Al-Ilmiyyah, tanpa catatan tahun, 3/1009]

Ketiga, menutup semuanya hingga menggunakan cadar. Sebagaimana dikutip  Quraisy Shihab, pendapat ini disampaikan oleh para ulama berdasar salah satu hadits riwayat Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda: 

المرأةُ عورةٌ، فإذا خرَجَتْ اسْتَشْرَفَها الشيطانُ رواه الترمذي (٢٧٩ هـ)، سنن الترمذي ١١٧٣ حسن غريب أخرجه الترمذي (١١٧٣) واللفظ له، والبزار (٢٠٦١)، وابن خزيمة (١٦٨٥) مطولاً.

Artinya, “Wanita adalah aurat, maka apabila dia keluar (rumah), maka setan tampil membelalakkan matanya dan bermaksud buruk terhadapnya”. Hadits Hasan Gharib, riwayat Imam At-Tirmidzî dalam Sunan At-Tirmidzî, dengan Nomor Hadits 1173. Hadits juga diriwayatkan oleh Al-Bazzâr dengan Nomor Hadits 2061 dan Ibnu Khuzaimah dengan Nomor Hadits 1685 berupa hadits yang panjang. 

Bagaimana ia mempraktkkan perintah hijab ini terhadap keluarganya? Terkait dengan hal ini Quraisy Shihab memberikan sebuah penjelasan yang ditayangkan di sebuah acara Talkshow di media televisi nasional.

Ia menyukai apabila keluarga beliau mengenakan hijab. Istri dan anak sulung beliau mengenakan hijab. Namun, ia lebih senang anak dan istrinya memakai hijab itu dengan kesadaran diri sendiri bukan karena ada paksaan dari siapa pun.

Pada intinya menurut ulama yang tersohor ini ada ragam ikhtilaf dalam performa hijab di kalangan para ulama. Terkait dengan ragam hijab mana yang harus kita pilih, dan sebaiknya diikuti, kita akan bahas pada tulisan-tulisan mendatang.

Dikutip dari islam.nu.or.id

Pembaca dapat mengulas lebih dalam pembahasan di atas pada link donwload pdf di bawah ini


Menyejarah Bersama Karya



Betapa bahagianya ketika kelak kita sudah meninggalkan dunia yang fana ini, ada warisan sejarah yang bisa kita tinggalkan untuk anak cucu kita, bahkan untuk umat manusia.

Pernahkah kita bayangkan, seratus tahun bahkan seribu tahun yang akan datang, ketika jasad kita sudah berkalang tanah, fisik kita sudah tidak ada lagi di dunia ini, tetapi nama kita tetap harum, terus disebut dan diperbincangkan serta dikaji oleh oleh banyak orang karena karya-karya kita tetap dapat dinikmati dari generasi ke generasi.

Alangkah nikmatnya, jika ide-ide kita, ilmu pengetahuan yang kita miliki kemudian kita tuangkan dalam sebuah karya berupa buku, masih bisa dinikmati oleh generasi demi generasi sepeninggal kita. Lebih-lebih jika karya-karya kita tersebut dapat memberi manfaat secara luas untuk umat manusia. Sungguh sebuah kenikmatan tak terhingga.

Para pembaca tentu tidak asing lagi dengan nama-nama seperti: Imam Asy-Syafi’i, Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Al-Ghazali. Mereka adalah tokoh-tokoh ulama Muslim yang hingga kini namanya tetap harum, dikenal dan dikenang, meskipun mereka sudah wafat berabad-abad lamanya. Apa pasal? Ya, ide-ide serta pemikiran mereka tetap ‘hidup’ hingga saat ini, bahkan mungkin hingga berabad-abad yang akan datang karena mereka menuliskan ide-ide besar serta pemikiran-pemikiran mereka melalui karya tulis berupa buku atau kitab, yang hingga kini masih terus dapat kita nikmati.

Siapa yang tidak kenal dengan Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Siapa yang tidak kenal dengan Ihya ‘Ulumuddin. Siapa yang tidak kenal dengan Al-Umm dan Al-Risalah? Karya-karya besar dari para ulama besar di bidangnya yang sampai saat ini menjadi kajian ilmiah para sarjana, baik Muslim maupun Non Muslim, di Timur dan di Barat. Sungguh, sebuah prestasi luar biasa yang telah ditorehkan oleh para ulama masa lalu.

Mereka telah menyejarah bersama karya monumental mereka. Mereka telah mengabadi bersama buah pikiran mereka yang dituangkan dalam sejumlah karya.

Tepat sekali ungkapan dalam bahasa latin yang menyebutkan, “scripta manent verba volant”, tulisan akan abadi, ucapan akan hilang. Mereka inilah, yang menurut penulis, akan terus mendapat passive income, berupa aliran pahala di rekening amal mereka, karena warisan ilmiah yang mereka tinggalkan berupa karya yang mencerahkan dan mencerdaskan umat manusia. Meski jasad mereka berkalang tanah, namun amal yang mereka tinggalkan mampu memberi nilai pahala terus menerus.

Alasan ini pula yang mendorong dan menyemangati saya untuk terus berusaha melahirkan karya-karya berupa buku dengan bidang kajian yang menarik minat saya, yaitu seputar masalah keagamaan dengan tinjauan Alquran dan Hadits.

Saya berharap, suatu saat kelak, ketika Allah sudah memanggil saya ke hadirat-Nya, ketika jatah hidup saya sudah berakhir, ketika Izrail sudah datang untuk mencabut nyawa saya, saya bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang. Karena saya telah meninggalkan jejak sejarah, warisan intelektual berupa karya tulis, buku, yang mudah-mudahan akan menjadi ‘investasi akhirat’ saya, yang akan terus mengalirkan passive income berupa pahala sebagai bekal untuk berjumpa dengan Sang Khalik Yang Maha Mengetahui (‘Aliim) dan Maha Bijaksana (Hakiim), yakni Allah Swt.

Inilah di antara cita-cita besar saya dalam hidup ini. Saya ingin menyejarah dan mengabadi bersama karya. Saya ingin, suatu saat nanti, meski sudah meninggalkan dunia ini, nama saya tetap dikenang dan dikenal oleh generasi-generasi setelah saya melalui karya-karya saya.

Sungguh betapa bahagianya saya jika cita-cita itu dapat terwujud. Semoga Allah memperkenankan cita-cita saya tersebut. Amiin.

Oleh: Dr. Didi Junaedi, M.A. (Dosen Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

Minggu, 18 Agustus 2019

Kontribusi Islam Terhadap Peradaban Dunia

Sumber gambar: dibalikislam.com


Dunia Barat, khususnya Eropa dan Amerika Serikat, dianggap sebagai pusat kemajuan peradaban dunia. Barat, kini telah menjadi kiblat peradaban dunia. Tak terkecuali di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, di balik kejayaan peradaban Barat sekarang, ada sebuah realitas sejarah yang tidak banyak diketahui masyarakat dunia. Sebuah fakta sejarah yang menyatakan dengan tegas bahwa semua kejayaan peradaban Barat tidak pernah luput dari jasa dan kontribusi besar para ilmuwan Muslim pada abad pertengahan.

Umat Muslim telah lebih dulu mencapai puncak kejayaannya pada abad pertengahan. Pada abad ke-13 M terjadilah invasi kejam bangsa Mongol yang berhasil memorak-porandakan khazanah Islam buah karya para Ilmuwan Muslim terdahulu. Invasi ini dimulai pada tahun 1206, dipimpin oleh Jengis Khan dan anak keturunannya.

Akibatnya, hampir tidak ada satu peradaban Islam pun yang tersisa di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa Timur. Seiring dengan itu, pada tahun 1258, pasukan Mongol kembali mengincar pusat peradaban Islam di Baghdad. Semua bangunan kota dihancurkan berkeping-keping, mushaf Alquran diinjak-injak, masjid dijadikan sebagai kandang kuda, perpustakaan dibakar, dan ribuan buku-buku serta manuskrip tulisan para ulama terdahulu dihanyutkan di sungai Tigris. Kehancuran yang dialami Muslim Baghdad ini dianggap sebagai era kemunduran peradaban Islam di abad pertengahan.

Dan tidak berhenti di situ, bangsa Mongol melanjutkan invasinya ke arah Mesir dan Mediterania. Beruntung, semua dapat dikendalikan oleh pasukan Islam dari Dinasti Mamluk sehingga pasukan Mongol mundur. Seandainya pasukan Islam tidak berhasil menghadapi mereka, maka yang ada kini tidak akan kita temui lagi wilayah-wilayah bersejarah yang menyimpan sejuta peradaban Islam di masanya dulu.

Tidak seperti yang terjadi sekarang, di mana para ilmuwan yang terkenal hampir keseluruhan berasal dari Barat. Dulu, para ilmuwan Muslim seperti al-Biruni, Ibnu Sina, al-Battani, dan lainnya telah terlebih dulu mewarnai dunia ilmu pengetahuan. Mereka banyak menguasai ilmu kedokteran, perbintangan, perhitungan, hadis, fikih, dan masih banyak lagi. Sayangnya, prestasi gemilang tersebut tidak diakui lagi oleh bangsa Barat atau mungkin sengaja mereka tutup-tutupi demi menjaga citra kegemilangan mereka kini.

Transformasi ilmu pengetahuan Islam ke dunia Barat dikemukakan oleh Mehdi Nakosteen, seorang penulis buku Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat: Diskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, terbangun melalui dua cara. Pertama, melalui para mahasiswa dan cendekiawan Eropa Barat yang menimba ilmu di sekolah-sekolah tinggi ataupun universitas Islam di Spanyol. Kedua, melalui hasil karya cendekiawan Muslim yang berhasil diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa mereka sendiri.

Ilmu-ilmu yang diajarkan dalam agama Islam bagi umat manusia adalah sebuah harta karun yang sangat menarik dan didambakan oleh semua pihak, tidak terkecuali pihak non-Muslim. Pada tahun 1213 di Eropa berdirilah sebuah universitas pertama mereka yaitu Universitas Paris dan pada akhir abad pertengahan disusullah pendirian 18 universitas lainnya di Eropa. Di universitas-universitas tersebut diajarkan pula ilmu-ilmu dari ilmuwan Islam seperti, ilmu falak, filsafat, kedokteran, yang diadopsi dari universitas Islam.

Pemuda Eropa dahulu memang banyak yang menuntut ilmu di universitas Islam di Spanyol seperti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada, dan Salamanca. Saat belajar, mereka bukan hanya sekadar duduk dan mendengarkan, tetapi mereka juga aktif menerjemahkan buku-buku buah karya para intelektual Muslim. Sepulangnya mereka ke negerinya, mereka pun mendirikan sekolah dan universitas yang sama.

Berkat kerja keras mereka mengadopsi dan menerapkan khazanah keilmuan Islam, akhirnya muncullah tunas-tunas baru sarjana keilmuan Barat yang dibanggakan masyarakat Eropa.

Sumber: kompasiana.com

Untuk mengulas lebih dalam pembahasan di atas, pembaca bisa mendownload buku Sumbangan Keilmuan Islam terhadap Dunia versi luring/ offline pdf pada link di bawah ini

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer