Pages

Sabtu, 26 Juli 2014

Selamat Jalan Ramadhan

Sumber gambar: dream.co.id

Seakan-akan aku melihat Ramadhan, lalu kusapa ia, “Hendak kemana dikau?” Dengan lembut ia seakan-akan berkata, “Aku harus pergi mungkin jauh dan sangat lama. Tolong sampaikan pesanku untuk semua umat muslim: Sesungguhnya Syawal telah tiba, salam dan terima kasihku untuknya karena telah menyambutku dengan suka cita. Aku tidak tahu apakah tahun depan ia masih bias menyambutku lagi atau tidak ? Jika tahun depan ia masih bias menyambutku lagi maka aku berharap ia bias menyambutku dengan lebih baik lagi dengan penuh tilawah dan shalat malam. Aku sangat sedih jika mengingat penyambutannya yang kurang berkenan di hatiku. Masih terlalu banyak canda, perkataan yang sia-sia yang terbuang tanpa arti… Padahal ia tahu bahwa jika ia menyambutku dengan baik maka tentu aku akan menyambutnya dengan lebih baik lagi kelak di pintu Ar-Rayyan…

Akan tetapi semua sudah berlalu dan sudah terlanjur, semoga setetes air mata yang telah berlinang dari kedua matanya karena takut tidak bisa menyambutku dengan baik akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dan menyempurnakan kekurangannya.

Sampaikan pula kepadanya bahwa bukanlah lebaran itu dengan hanya memakai baju baru, akan tetapi lebaran yang hakiki adalah bergembira dengan keimanan dan semangat baru dalam beribadah. Janganlah sepeninggalku ia terjerumus kembali kepada kemaksiatan… Ingatlah sesungguhnya Tuhan yang ia sembah tatkala Ia menjamu kedatanganku. Dialah Tuhan yang juga ia sembah tatkala aku pergi. Demikianlah pesanku kepadanya. Sampaikanlah salamku kepadanya, semoga ia masih tetap terus merindukan kedatanganku di tahun-tahun mendatang.”

Wahai Sahabat Muslim dimanapun anda berada, jikalau kita memahaminya sungguh bulan suci Ramadhan itu penuh berkah, penuh rahmat, penuh maghfiroh, dan melihat kepergiannya kita semua akan sangat menangis dan merindukannya kembali karena kita semua tidaklah tahu kapan umur kita akan berakhir. “Ya Allah perjumpakanlah kami kembali dengannya dan berilah kami rahmat dan semangat dalam menyambutnya kembali dengan penyambutan yang lebih baik lagi. Aamiin..”

Semoga amal ibadah kita semua selama di Bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT. dan keluar dari Bulan Ramadhan menjadi insan yang penuh keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Aamiin.

Kamis, 24 Juli 2014

Kisah Buroq dan Ruh Syeikh Abdul Qadir al-Jilani


Diriwayatkan oleh Syeikh Rasyid bin Muhammad Al-Junaidi dalam Kitab Raudhah an-Nadzir,

Pada malam Rasulullah SAW. Mi’roj Malaikat Jibril datang menghadap Rasulullah sambil membawa Buroq, telapak kaki Buroq tersebut mengeluarkan cahaya seperti cahaya rembulan. Buroq tersebut diberikan kepada Nabi SAW. Oleh Malaikat Jibril. Seketika itu Buroq tersebut tidak mau diam karena sangat senang yang luar biasa sehingga Nabi bersabda: “Wahai Buroq kenapa engkau tidak mau diam? Apa karena engkau tidak mau aku tunggangi?”.

Buroq menjawab: “Wahai Rasulullah bukan aku tidak mau baginda tunggangi, tetapi aku mempunyai permintaan kepada baginda Wahai Kekasih Allah, permintaanku adalah nanti di hari kiyamat ketika baginda masuk kedalam surga agar tidak menunggangi yang lain kecuali aku”.

Rasulullah SAW. Bersabda: ”Wahai Buroq permintaanmu aku kabulkan…” Buroq berkata lagi: “Wahai Baginda! Sudikah kiranya baginda memegang pundakku agar menjadi ciri di hari Qiyamat nanti ?” Kemudian Rasulullah memegangkan kedua tangannya pada pundak Buroq tersebut. Karena saking gembiranya yang sangat luar biasa, sehingga badannya tidak muat lagi untuk ditempati ruhnya, terpaksa Buroq tersebut membesar dan tinggi sampai 40 hasta.

Setelah itu, Rasulullah berdiri sebentar sambil melihat betapa tingginya Buroq tersebut dan berfikir bagaimana caranya untuk naik ke punggungnya sedangkan pada saat itu tidak ada satu pun tangga untuk naik.

Pada saat itu juga datang ruhnya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani seraya berkata: “Silahkan baginda naik ke pundak saya.” Kemudian Rasulullah naik ke pundaknya ruh Ghautsul A’dzom Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, lalu Rasulullah dapat naik ke pundaknya Buroq tersebut kemudian Nabi bersabda: “Dua telapak kakiku menaiki pundakmu Wahai Abdul Qadir, maka telapak kakimu nanti yang akan menaiki pundak semua wali-wali Allah SWT.”

Selasa, 08 Juli 2014

Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Sumber gambar: dream.co.id

Dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW. Bersabda, bahwa pada setiap pagi hari bulan Ramadlan angin bertiup dari bawah ‘Arsy yang disebut angin mutsirah menerpa pepohonan di surga. Dengan lembut terpaan angin itu membisikkan suara yang indah sekali. Tidak ada suara yang lebih indah darinya. Kemudian bidadari melihat kearah suara itu dan dengan suara lembut berdoa: “Ya Allah berikan padaku dari bulan Ramadlan ini pasangan hidup di surga ini”. Maka barang siapa yang berpuasa Ramadlan akan dijodohkan oleh Allah dari antara bidadari-bidadari itu yang senantiasa bersemayam di istana surga. Setiap bidadari memakai perhiasan berwarna-warni. Masing-masing mempunyai tempat tidur dari yaqut berwarna merah yang bertahtakan permata. Di sana tersedia beraneka macam makanan dan buah-buahan. Ini semua untuk orang yang berpuasa dan amalan-amalan lain yang mereka lakukan pada bulan itu.

Sudah seharusnya kita sebagai seorang mukmin memuliakan bulan Ramadlan. Dengan berpuasa Ramadlan, kita menjauhi segala larangan serta menjalankan berbagai ibadah dan kebaikan. Misalnya berupa shalat, zakat, zikir, membaca tasbih, dan tadarrus Al-Qur’an.

Allah berfirman kepada Nabi Musa a.s. “Aku memberi umat Muhammad dua nur agar terhindar dari bahaya dua kegelapan.”  Musa a.s., bertanya “Apa yang dimaksud dengan dua nur Ya Rabbi?” Maka Allah menjawab, “Apa yang dimaksud dengan dua kegelapan, Ya Rabbi?” Allah menjawab, “Kegelapan di kubur dan kegelapan di hari kiamat.”

Kita sebagai umat Islam mempunyai kesempatan yang sangat besar untuk memperoleh keutamaan bulan Ramadlan. Misalnya dengan menjalankan puasa, memperbanyak membaca Al-Qur’an, memperbanyak shalat, memberi  buka orang-orang yang berpuasa dan banyak bersedekah.

Oleh karena itu jangan kita lewatkan kesempatan ibadah dalam bulan Ramadlan!

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer