Dunia ini
memang sangat indah dan penuh kesenangan. Seorang yang beriman tentunya mencari
kesenangan yang abadi, yang tidak melenakannya dalam kehidupan ini dan bisa ia
bawa dalam kebadian. Kesenangan yang akan menemani perjalannnya di negeri
persinggahan, dalam segala keadaan, suka maupun duka, lapang atau pun sempit.
sukses maupun terpuruk.
Kesenangan
semacam ini tentu sangat mahal nilainya dan tidak terbayarkan oleh segala
bentuk kekayaan, Lalu apakah ada ksenangan yang bersifat demikian? Tentunya
ada, itu adalah kesenangan terbaik dalam kehidupan dunia, ia adalah wanita yang
shalihah.
Ada sebuah kisah nyata, seorang dokter terkenal spesialis penyakit wanita,
ia pernah menikah beberapa kali dan ketika gagal membina rumah tangga, ia
kecanduan kencan dengan para wanita kupu-kupu malam.
Dokter ini mengungkapkan sebab ia meninggalkan istrinya. “Aku pulang dari
rumah sakit setelah menjalani pekerjaan yang melelahkan dan mendapati istriku
memakai baju tidur, rambutnya acak-acakan, bau bawang merah dan bawang putih
tercium dari tubuhnya. Ia menghidangkan makanan di atas meja hanya sebatas
kewajiban dan berbicara denganku tentang masalah uang belanja. Kemudian saat
malam tiba, aku kembali dari klinik dan mendapatinya tertidur pulas
dengan gaun yang sama. (Dikutip dari buku Jangan Zalimi Suami, dr.
Najah binti Ahmad Zhihar, hal : 81-82)
Saat seorang istri tidak memahami karakter lelaki yang menjadi teman
hidupnya tentang hasratnya, seleranya, keinginannya, dan berbagai perkara yang
membuat suami bahagia maka kehidupan rumah tangga akan terusik bahkan hancur.
Lelaki butuh wanita yang mampu membuatnya tenteram dan damai setelah sekian
lama bergelut dalam luasnya pekerjaan yang membuatnya stres dan itu butuh
ketenangan hati dan badan. Barangkali tergambar dalam benaknya bahwa sang
istri akan menyambut kedatangannya dengan aroma tubuh yang wangi, dandanan yang
menggoda, dan akan memberinya servis memuaskan. Namun, ketika harapan melambung
itu tidak ditemuinya, bahkan sang istri menganggap kedatangannya tidak ada yang
spesial alias biasa-biasa saja maka bisa jadi suami kecewa sehingga ketika hal
ini berulangkali terjadi maka kemesraan sejati lambat laun pudar warnanya. Tak
jarang kondisi ini membuatnya meninggalkan istrinya.
Seorang istri hendaknya terus belajar memahami psikologi atau tabiat suami
agar bisa menghadirkan cinta yang paling indah, dan memberikan pelayanan
terbaik kepada orang yang dicintainya karena Allah ‘Azza wa Jalla.
Bisakah ia menjadi sosok bidadari shalihah sebagaimana wasiat Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam,
اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ
الدُّنْيَا اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia itu kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita
shalihah.” (Diriwayatkan oleh Muslim, an-Nasa`i, dan Ahmad. Redaksi ini
sesuai riwayat Muslim, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, Kitab Ar-Radha’
Bab Istihbabu Nikahil Bikri, X : 30)
Seorang istri akan menjadi qurrota a’yun (penghias pandangan)
tatkala ia senantiasa bersungguh-sungguh menjalani bahtera rumah tangga karena
iman dan mengharap pahala dan ridha Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan
kesadaran ini, ia akan memposisikan perannya sebagai istri yang taat pada
suami, membuatnya ridha dan menghindari perkara-perkara yang dibenci suaminya.
Ummu Humaid menceritakan, “Kami para perempuan di kota al-Madinah, bila ada
yang akan menjalani hidup suami-istri maka akan kami ajak menemui ‘Aisyah radhiyallahu
‘anhu. Kami akan membawanya ke hadapan beliau, lalu ‘Aisyah radhiyallahu
‘anhu memegang kepalanya, mendoakannya, sambil memberi pesan agar ia
bertakwa kepada Allah dan taat kepada suaminya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah dalam al-Mushannaf IV : 305-306)
Disinilah kekuatan doa sangat besar agar Allah ‘Azza wa Jalla terus
menjaga kelangsungan kehidupan rumah tangganya, menjaganya sehingga
masing-masing pasutri mampu membina biduk pernikahan dalam ikatan takwa kepada
Allah ‘Azza wa Jalla. Berupaya maksimal menjalankan kewajibannya dengan
baik agar bunga-bunga kebahagiaan terus bermunculan.
Setiap pria memiliki gaya hidup, selera, karakter, dan berbagai harapan
tentang istrinya yang berbeda-beda. Ini setidaknya perlu dimengerti sehingga ia
tidak akan membandingkannya dengan suami orang yang menurut pandangannya lebih
mempesona!
Terimalah takdir ini dengan selalu berbaik sangka pada Allah ‘Azza wa
Jalla. Dia lebih tahu siapa lelaki yang cocok untuk kita. Tak perlu terlalu
mendramatisir keadaan yang justru sering membuat kita tidak bersyukur
diberi-Nya figur lelaki shalih. Insyaa Allah.
Menjadi penyejuk hati.., inilah obsesi mulia setiap istri yang merindukan
kebahagiaan sejati. Semoga romansa cinta Anda meretas hingga ke surga.
Sumber: muslimah.or.id