Sejak
zaman dulu, rumah
sudah menjadi kebutuhan primer manusia disamping pakaian dan makanan, istilah
kerennya trilogi sandang, papan, pangan. Dengan kata lain ketiga hal tersebut
merupakan kebutuhan pokok yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Sandang jelas untuk
melindungi tubuh dari berbagai ancaman baik cuaca panas atau dingin, ancaman
fisik, serta estetika manusia.
Pangan
juga sangat diperlukan agar manusia dapat bertahan hidup, tumbuh dan
berkembang. Sementara papan merupakan tempat berlindung dan berkembang biaknya
manusia serta menjadi tempat mendidik dan melatih generasi penerus.
Di
sisi lain, manusia modern semakin banyak bergerak sehingga membutuhkan moda
transportasi yang aman dan nyaman. Walau sudah tersedia angkutan umum, namun
tetap saja ada ranah privat yang hanya bisa dijangkau dengan kendaraan
pribadi.
Lagipula
pemilikan kendaraan pribadi sekaligus juga meningkatkan status sosial
pemiliknya, tidak hanya sekadar untuk mengantar jemput atau bepergian jauh
saja. Zaman itu orang yang punya rumah dan mobil status sosialnya
terangkat dan disegani para tetangganya
Di
zaman milenial sekarang ini, harga dua kebutuhan tersebut semakin melambung
tinggi mengikuti deret eksponensial. Harga rumah selama duapuluh tahun terakhir
melonjak hingga seribu persen!
Dulu
di pinggiran kota kita masih bisa memperoleh rumah dengan harga kurang dari 50
juta Rupiah, sekarang rata-rata sudah di atas 300 juta Rupiah, bahkan di
kota-kota besar sudah mencapai 1 Milyar!
Harga
mobil juga tak mau kalah gertak, sekarang tidak ada lagi harga mobil baru di
bawah 100 juta Rupiah, bahkan untuk tipe dan spek terendah sekalipun. Padahal
lima tahun lalu masih ada yang dijual dengan harga di bawah 90 juta.
Sementara
pendapatan rata-rata milenial atau para pegawai baru dengan masa kerja kurang
dari lima tahun peningkatannya mengikuti deret hitung.
Semakin
ketatnya persaingan bisnis membuat perusahaan semakin banyak melakukan
efisiensi, salah satunya adalah dengan tidak merekrut karyawan tetap, tapi
terikat kontrak seperti pemain bola.
Ketika
sudah tidak diperlukan lagi, tinggal menunggu masa kontrak habis dan selesailah
sudah semuanya. Kaum milenial harus kembali berjuang untuk memperoleh pekerjaan
baru lagi. Wajarlah jika penerimaan ASN terutama formasi PNS sekarang menjadi
dambaan para milenial, karena masa depannya jelas tanpa khawatir untuk dipecat.
Mahalnya harga kedua jenis barang
pokok tersebut membuat banyak milenial terjebak untuk mengambil kredit alias utangan
jangka menengah atau panjang. Fasilitas kredit semakin dipermudah namun tetap
saja bayar cicilannya yang susah.
Dengan
uang 500 ribu kita sudah bisa menggondol kendaraan roda dua, 20 juta sudah bisa
ngegas di jalan tol dengan mobil baru, dan 50 juta sudah punya rumah mungil nan
nyaman di sudut kota.
Namun
jangan lupa, total besaran cicilan tak lebih dari sepertiga pendapatan pokok
yang diterima calon debitur. Itulah yang menjadi dilema milenial sekarang ini
karena pendapatannya relatif pas-pasan, sementara kebutuhan akan dua barang
pokok tersebut tak terhindarkan. Akibatnya muncul dilema, mana yang harus
didahulukan, rumah atau mobil?
Sebagian
memilih untuk membeli rumah dengan alasan untuk menjamin tempat berteduh, walau
kadang harus bangun subuh agar tidak terlambat datang ke kantor.
Lagipula
sekarang sudah banyak pilihan moda transportasi termasuk ojek online yang bisa
mengantar ke sana ke mari sehingga tidak perlu lagi punya kendaraan sendiri.
Paling tidak dengan punya rumah tidak harus lagi keluar biaya ekstra untuk
mengontrak, lebih baik dialihkan dananya untuk membayar cicilan rumah.
Sebagian
lainnya memilih untuk membeli mobil atau minimal motor karena tingkat
pergerakannya tinggi, ketemu klien sana sini sehingga perlu tampil sedikit
perlente, sementara kantor tidak menyediakan kendaraan khusus. Mereka biasanya
tinggal dengan menyewa apartemen atau kos-kosan dekat kantor untuk mengurangi
biaya transportasi.
Lagipula
cicilan mobil lebih cepat tenggang waktunya daripada rumah, paling lama hanya
lima tahun dibanding rumah yang bisa dicicil hingga dua puluh tahun. Toh suatu
saat nanti dapat warisan rumah, jadi tunggu saja waktunya.
Ada
plus minus apakah membeli rumah dulu atau mobil dulu. Harga rumah yang
cenderung meningkat setiap tahunnya bisa menjadi investasi jangka panjang,
namun harus bersusah payah dulu bekerja jauh dari rumah, bangun pagi pulang
malam.
Lagipula
rumah bukan barang yang mudah untuk dijual, butuh waktu dan proses yang panjang
untuk mencapai kata sepakat. Buat milenial yang menyukai kenyamanan, membeli
rumah jelas lebih tepat ketimbang memiliki mobil terlebih dahulu.
Sebaliknya
dengan mobil, harganya cenderung terus menerus menurun, kecuali pernah satu
periode antara tahun 2007-2010 dimana harga mobil bekas justru lebih mahal dari
harga waktu beli pertama kali.
Namun
kita bisa bergerak bebas tanpa harus menunggu ojol atau angkutan umum yang
kadang lama sementara kita dikejar waktu. Dalam jangka pendek mobil juga lebih
mudah dijual, apalagi merek-merek tertentu yang pasaran atau dikenal sebagai
mobil sejuta umat, serta tidak seribet jual rumah.
Bagi
milenial yang aktif, memiliki mobil (atau minimal motor) lebih tepat karena
bisa memperoleh penghasilan tambahan di luar jam kerja untuk ditabung membeli
rumah nantinya.
Memiliki
keduanya bukanlah hal yang mudah bagi milenial, apalagi dengan gaji pas-pasan.
Ketentuan BI yang ketat tentang kredit (walau kadang tetap saja bocor) membuat
milenial harus memilih salah satu di antara rumah atau mobil untuk dibeli
terlebih dahulu.
Memaksakan
diri untuk memiliki keduanya sekaligus merupakan tindakan bunuh diri karena
menumpuk hutang dengan bunga yang relatif besar dan rawan untuk disita atau
ditarik leasing.
Oleh
karena itu, pilihan untuk membeli mobil atau rumah perlu disesuaikan dengan
kondisi masing-masing kaum milenial. Untuk investasi jangka panjang, membeli
rumah merupakan pilihan tepat, dengan resiko harus banting tulang selagi muda
bangun subuh tiap hari menuju tempat kerja.
Namun
untuk jangka pendek, apalagi bagi yang kreatif seperti freelancer atau wirausaha
muda, mobilitas lebih penting daripada menetap. Mobil merupakan pilihan tepat
dalam kondisi seperti ini. Paling tidak mobil bisa dijual cepat bila butuh uang
mendesak untuk modal proyek atau usaha lainnya yang lebih menguntungkan.
So,
pilih mana, rumah atau mobil dulu?
Diambil
dari kompasiana.com