Kenapa
seseorang malas beribadah, melakukan maksiat misalnya zina, mencuri, berbohong,
bahkan korupsi dalam jumlah besar? Mengapa mereka melakukan itu semua padahal
mereka tahu bahwa Allah swt yang senantiasa mengawasinya? Mereka pun tahu akan
adanya surga dan neraka. Lebih parahnya lagi mereka menginginkan surga tapi
atas segala perbuatannya ia juga tak takut dengan ancaman nerakaNya.
Kenapa
yaaa?
Barangkali
kita sebagai manusia pernah mengalami pertanyaan itu atau bahkan kita sendiri
yang mencoba melakukannya Naudzbulillah.. semoga kita dijauhkan dari hal
tersebut. Ada teman saya yang menjawab pertanyaan di atas bahwa mungkin mereka
belum mendapat hidayah atau mereka sedang digoda hawa nafsunya sehingga lupa di
dalam dirinya ada Iman dan Islam. Sejenak saya merenung ternyata ada benarnya
jawaban teman saya, lalu bagaimana caranya agar kita mendapatkan hidayah?
“Itulah
pentingnya Ilmu Agama” timpal teman saya yang pemahaman agamanya lebih
mendalam. Kemudian dia menambahkan lagi, “Walau banyak nikmat yang telah
diberikan Allah swt pada diri kita, tapi jika kita kurang asupan ilmu maka kita
tidak akan bisa mensyukurinya. Otaknya akan kesulitan mencari apa yang bisa
disyukuri. Yang ada hanyalah kekurangan demi kekurangan yang dia rasakan.
Kesulitan demi kesulitan yang serasa terus silih berganti datang. Mata hatinya
ditutup dari apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya..”
Untuk
menjalani kehidupan ini, ilmu mutlak diperlukan, maka barang siapa yang senang
mencarinya dan paling banyak mendapatkannya dialah manusia yang paling
beruntung. Tentunya ilmu yang didapatkan adalah ilmu yang diridhai oleh Allah
swt.
Barangkali
kita pernah mendengar ayat Allah yang disampaikan, tapi karena tidak ada niat
dalam hati untuk mempelajari dan memaknainya, maka ayat tersebut lewat begitu
saja tanpa ada labete (bekas) di dalam hatinya. Akhirnya kita tidak
paham betapa banyaknya nikmat Allah yang dilimpahkan namun tidak disyukuri.
Padahal setiap hembusan nafas adalah karunia Allah yang berarti.
Sering
kita tidak yakin dengan janji Allah swt dengan indahnya surga. Karenanya masih
begitu malas melangkah untuk beribadah. Kita pun belum tahu betapa
mengerikannya dampak dari kemaksiatan itu, karena kita juga belum tahu betapa
menyengsarakannya implikasi yang ditimbulkan atas kemaksiatan yang dilakukan
sehingga dengan mudah kita masih bermaksiat kepada-Nya.
Sudah
sepantasnya diri kita ini belajar ilmu khususnya ilmu agama agar kelak bisa
menikmati indahnya janji Allah swt. Dengan segala kekurangan kita, melangkahlah
untuk terus beribadah agar tak menyesal kelak setelah dunia tiada.
Nanti
pasti hikmah itu akan kita temukan jika kita meniatkan diri mencari ilmu. Makin
banyak kita belajar, makin merasa bodohnya diri ini ternyata kita tak lebih
hanya butiran debu yang terkadang sewenang-wenang berbuat dosa seakan Allah swt
tidak melihat. Jika sudah demikian kita akan tumbuh menjadi seorang pembelajar.
Akan tumbuh semangat belajar dalam diri kita, di mana saja, kapan saja, dalam
keadaan apa saja.
Orang
berilmu itu ibarat orang yang ingin pergi ke suatu tempat. Dia sudah mempunyai
GPS yang akan menunjukkan kepadanya jalan mana yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan. Sungguh banyak sekali hal mengagumkan dari orang yang berilmu,
bukan hanya ibadahnya, kepribadiannya, keberkahan waktunya, keteguhan dan
keyakinannya pun turut mempesona.
Apapun
profesinya, orang yang berilmu akan memberikan kontribusi terbaik yang bisa dia
lakukan. Bukan agar mendapat pujian dari banyak orang, bukan agar mendapatkan
kekayaan yang lebih besar dan bukan pula ingin mendapatkan kekuasaan yang lebih
tinggi. Telah difahamkan baginya bahwa setiap pekerjaan yang dia lakukan
bernilai ibadah, maka hanya Allah lah tujuan akhir segala pekerjaannya. Apapun
profesinya entah dia menjadi seorang guru, pengajar universitas (dosen),
pembimbing haji, dokter, menteri, rektor bahkan sekalipun presiden Insya Allah
dia akan memberikan kontribusi yang terbaik yang bisa dia lakukan.
Mereka
akan menjadi seseorang yang ahli dan expert di bidangnya masing-masing. Serta
tidak mudah tergoda untuk berbuat curang, mengurangi timbangan, menyelewengkan
uang negara dan kepercayaan yang diembannya, atau perbuatan apapun yang tidak
disukai dan dilarang oleh Allah swt. karena dia menyadari sesungguhnya profesi
tersebut hanyalah alat semata untuk mencapai keridhaan dari Sang Maha
Segalanya. Maka tiada arti baginya sukses di mata dunia tapi buruk di mata
Allah swt.
Tidak
ada lagi waktu yang terbuang sia-sia. Dirinya akan semakin takut dengan adanya
dosa sehingga dia selalu berhati-hati menjaga lisannya dalam berbicara, semakin
terarah kakinya dalam melangkah. Dan semakin besar kerinduannya kepada Allah
swt.
Marilah
kita sejenak membaca kisah-kisah para salafus salih yang begitu mengagumkan.
Perpaduan antara kuatnya iman dan luasnya ilmu yang mereka miliki menghasilkan
sebuah kepribadian yang mengagumkan. Karakter idaman, tauladan bagi
generasi-generasi setelahnya. Karya-karya yang luar biasa mampu ditorehkan
dengan tinta emas sejarah yang mengharumkan nama mereka hingga sekarang.
Kisah
keberanian Muhammad Al Fatih sang penakluk Konstantinopel, ksiah kepandaian
Imam Syafii yang mampu menghafalkan Al Qur’an 30 juz di usia 7 tahun adalah
beberapa contoh pribadi yang begitu istiqamah dalam mencari ilmu.
Semakin
bertambahnya usia, semakin berat tanggungjawab yang ada di pundak kita. Maka
sudah pasti diperlukan ilmu yang lebih banyak lagi untuk menghadapi berbagai
persoalan yang tidak sama sepanjang waktu. Ilmu itu ibarat software yang
dimasukkan ke dalam program otak kita. Seluruh anggota tubuh akan bekerja
sesuai dengan software yang kita miliki. Semakin canggih software
yang kita miliki, maka akan semakin canggih pula otak kita dalam menyelesaikan
masalah.
Semoga
Allah swt memberikan kecintaan dalam hati kita dalam menuntut ilmu dan
memberikan kemudahan dalam mengamalkannya. Amin.