Pages

Selasa, 25 September 2018

Menuntut Ilmu Agama: Kebutuhan Penting dan Mendesak



Kenapa seseorang malas beribadah, melakukan maksiat misalnya zina, mencuri, berbohong, bahkan korupsi dalam jumlah besar? Mengapa mereka melakukan itu semua padahal mereka tahu bahwa Allah swt yang senantiasa mengawasinya? Mereka pun tahu akan adanya surga dan neraka. Lebih parahnya lagi mereka menginginkan surga tapi atas segala perbuatannya ia juga tak takut dengan ancaman nerakaNya.

Kenapa yaaa?

Barangkali kita sebagai manusia pernah mengalami pertanyaan itu atau bahkan kita sendiri yang mencoba melakukannya Naudzbulillah.. semoga kita dijauhkan dari hal tersebut. Ada teman saya yang menjawab pertanyaan di atas bahwa mungkin mereka belum mendapat hidayah atau mereka sedang digoda hawa nafsunya sehingga lupa di dalam dirinya ada Iman dan Islam. Sejenak saya merenung ternyata ada benarnya jawaban teman saya, lalu bagaimana caranya agar kita mendapatkan hidayah?

“Itulah pentingnya Ilmu Agama” timpal teman saya yang pemahaman agamanya lebih mendalam. Kemudian dia menambahkan lagi, “Walau banyak nikmat yang telah diberikan Allah swt pada diri kita, tapi jika kita kurang asupan ilmu maka kita tidak akan bisa mensyukurinya. Otaknya akan kesulitan mencari apa yang bisa disyukuri. Yang ada hanyalah kekurangan demi kekurangan yang dia rasakan. Kesulitan demi kesulitan yang serasa terus silih berganti datang. Mata hatinya ditutup dari apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya..”

Untuk menjalani kehidupan ini, ilmu mutlak diperlukan, maka barang siapa yang senang mencarinya dan paling banyak mendapatkannya dialah manusia yang paling beruntung. Tentunya ilmu yang didapatkan adalah ilmu yang diridhai oleh Allah swt.

Barangkali kita pernah mendengar ayat Allah yang disampaikan, tapi karena tidak ada niat dalam hati untuk mempelajari dan memaknainya, maka ayat tersebut lewat begitu saja tanpa ada labete (bekas) di dalam hatinya. Akhirnya kita tidak paham betapa banyaknya nikmat Allah yang dilimpahkan namun tidak disyukuri. Padahal setiap hembusan nafas adalah karunia Allah yang berarti.

Sering kita tidak yakin dengan janji Allah swt dengan indahnya surga. Karenanya masih begitu malas melangkah untuk beribadah. Kita pun belum tahu betapa mengerikannya dampak dari kemaksiatan itu, karena kita juga belum tahu betapa menyengsarakannya implikasi yang ditimbulkan atas kemaksiatan yang dilakukan sehingga dengan mudah kita masih bermaksiat kepada-Nya.

Sudah sepantasnya diri kita ini belajar ilmu khususnya ilmu agama agar kelak bisa menikmati indahnya janji Allah swt. Dengan segala kekurangan kita, melangkahlah untuk terus beribadah agar tak menyesal kelak setelah dunia tiada.

Nanti pasti hikmah itu akan kita temukan jika kita meniatkan diri mencari ilmu. Makin banyak kita belajar, makin merasa bodohnya diri ini ternyata kita tak lebih hanya butiran debu yang terkadang sewenang-wenang berbuat dosa seakan Allah swt tidak melihat. Jika sudah demikian kita akan tumbuh menjadi seorang pembelajar. Akan tumbuh semangat belajar dalam diri kita, di mana saja, kapan saja, dalam keadaan apa saja.

Orang berilmu itu ibarat orang yang ingin pergi ke suatu tempat. Dia sudah mempunyai GPS yang akan menunjukkan kepadanya jalan mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Sungguh banyak sekali hal mengagumkan dari orang yang berilmu, bukan hanya ibadahnya, kepribadiannya, keberkahan waktunya, keteguhan dan keyakinannya pun turut mempesona.

Apapun profesinya, orang yang berilmu akan memberikan kontribusi terbaik yang bisa dia lakukan. Bukan agar mendapat pujian dari banyak orang, bukan agar mendapatkan kekayaan yang lebih besar dan bukan pula ingin mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi. Telah difahamkan baginya bahwa setiap pekerjaan yang dia lakukan bernilai ibadah, maka hanya Allah lah tujuan akhir segala pekerjaannya. Apapun profesinya entah dia menjadi seorang guru, pengajar universitas (dosen), pembimbing haji, dokter, menteri, rektor bahkan sekalipun presiden Insya Allah dia akan memberikan kontribusi yang terbaik yang bisa dia lakukan.

Mereka akan menjadi seseorang yang ahli dan expert di bidangnya masing-masing. Serta tidak mudah tergoda untuk berbuat curang, mengurangi timbangan, menyelewengkan uang negara dan kepercayaan yang diembannya, atau perbuatan apapun yang tidak disukai dan dilarang oleh Allah swt. karena dia menyadari sesungguhnya profesi tersebut hanyalah alat semata untuk mencapai keridhaan dari Sang Maha Segalanya. Maka tiada arti baginya sukses di mata dunia tapi buruk di mata Allah swt.

Tidak ada lagi waktu yang terbuang sia-sia. Dirinya akan semakin takut dengan adanya dosa sehingga dia selalu berhati-hati menjaga lisannya dalam berbicara, semakin terarah kakinya dalam melangkah. Dan semakin besar kerinduannya kepada Allah swt.

Marilah kita sejenak membaca kisah-kisah para salafus salih yang begitu mengagumkan. Perpaduan antara kuatnya iman dan luasnya ilmu yang mereka miliki menghasilkan sebuah kepribadian yang mengagumkan. Karakter idaman, tauladan bagi generasi-generasi setelahnya. Karya-karya yang luar biasa mampu ditorehkan dengan tinta emas sejarah yang mengharumkan nama mereka hingga sekarang.

Kisah keberanian Muhammad Al Fatih sang penakluk Konstantinopel, ksiah kepandaian Imam Syafii yang mampu menghafalkan Al Qur’an 30 juz di usia 7 tahun adalah beberapa contoh pribadi yang begitu istiqamah dalam mencari ilmu.

Semakin bertambahnya usia, semakin berat tanggungjawab yang ada di pundak kita. Maka sudah pasti diperlukan ilmu yang lebih banyak lagi untuk menghadapi berbagai persoalan yang tidak sama sepanjang waktu. Ilmu itu ibarat software yang dimasukkan ke dalam program otak kita. Seluruh anggota tubuh akan bekerja sesuai dengan software yang kita miliki. Semakin canggih software yang kita miliki, maka akan semakin canggih pula otak kita dalam menyelesaikan masalah.

Semoga Allah swt memberikan kecintaan dalam hati kita dalam menuntut ilmu dan memberikan kemudahan dalam mengamalkannya. Amin.

Senin, 24 September 2018

Laporan Praktik Pengalaman Lapangan 2


Praktik Mengajar

Praktik Pengalaman Lapangan 2 atau yang disingkat PPL 2 telah menjadi program unggulan sekaligus latihan real bagaimana melaksanakan pembelajaran yang runtut, menjadi guru yang profesional, serta menjadi teladan bagi siswa siswinya. Program PPL 2 yang diinisiasi oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2018 telah berjalan dengan lancar. Diikuti oleh seluruh program studi yang berada di lingkup fakultas tarbiyah. Mulai dari prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Pendidikan Matematika (PMT), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) dan Manajemen Pendidikan Islam (MPI).

Praktik pengalaman lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh untuk melatih mahasiswa fakultas tarbiyah dan keguruan dalam rangka menggali pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki dalam suatu proses pembelajaran sesuai bidang studinya masing-masing.

Dengan demikian, mahasiswa mendapatkan pengalaman faktual yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan diri sebagai calon pendidik profesional yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.

Alhamdulillah program PPL 2 yang telah saya laksanakan selama dua bulan terhitung tanggal 16 Juli – 17 September telah berjalan dengan baik dan mengesankan. Semoga program PPL ke depannya lebih berinovasi lagi dan mampu memberikan kontribusi yang positif dan mencetak kader mahasiswa terbaiknya untuk ditempa di sekolah menjalani praktik mengajar sesungguhnya, menjadi guru sebetulnya dan menjadi teladan sepenuhnya.


Berikut kami lampirkan laporan PPL 2. Silahkan klik link di bawah ini untuk mengunduhnya.


Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer