Pages

Kamis, 29 November 2018

Macam-Macam Hafidh Qur’an


Hafidh Setoran

Ini merupakan kategori hafidz yang paling banyak terdapat dimana-mana, hanya selesai setoran 30 juz saja tapi setelah itu banyak yang hilang, yang tersisa hanya sebagian kecil saja. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya semangat/ ghirah yang kuat untuk mengulang hafalan, atau karena kesibukan, atau karena targetnya hanya ingin selesai setoran saja (pernah menghafal). Hafidz semacam ini sering mengalami kebosanan beribadah karena bebannya terlalu besar dan merasa hafalannya tidak lengket-lengket sehingga mudah mengantuk dan putus asa.

Hafidh Pesantren

Hafidz kategori ini biasanya rajinnya ketika di Pesantren saja, dan akan lalai ketika berada di luar pesantren atau ketika liburan pulang kampung. Kadang tidak itu saja, di Pesantren pun ia rajin ketika di hari aktif saja, dan di saat libur akhir pekan sudah terlihat bibit-bibit kelalaian itu. Hafidz kategori ini sangat mengkhawatirkan, ia butuh lingkungan yang mendukung dan support dari orang-orang sekitarnya jika ingin tetap terjaga hafalannya.

Hafidz Musabaqah

Hafidz kategori ini tidak dipungkiri lagi dari segi keindahan suara dan kelancaran di atas rata-rata. Kegiatannya berpindah-pindah dari satu majelis ke majelis lain, dari satu daerah ke daerah yang lain dalam rangka mengikuti musabaqah bahkan terkadang rela menggunakan identitas palsu demi untuk mengikuti lomba.

Hafidz Kuliahan

Hafidz kategori ini menghafal Al Qur’an demi kepentingan kelulusan kuliah atau persyaratan kenaikan tingkat atau beasiswa. Biasanya mereka akan menghafal sejumlah juz atau surat yang akan diujikan atau dipersyaratkan, dan setelah tingkat tersebut terlampaui, dia akan mulai menghafal juz untuk tingkat berikutnya, tanpa menjaga juz-juz di tingkat sebelumnya.

Hafidz Ideal

Hafidz kategori ini akan terus menjaga Al Qur’an hingga maut yang memisahkan, tidak terpengaruh tempat atau waktu, tidak terpengaruh apakah dikontrol oleh Kiainya atau tidak, tidak terpengaruh dengan hari libur, tidak mengharap pujian, dan kesehariannya selalu diikuti komitmen yang kuat dari dalam dirinya sendiri. Akhlaqnya baik, karena ia selalu berusaha mengamalkan ayat-ayat yang ia hafalkan. Hafalannya menjadi wirid harian dan bacaan shalatnya. Kalaupun ia mengikuti musabaqah bukan karena mengejar hadiah dan popularitas, tetapi karena ingin menjadikannya sebagai sarana untuk menguatkan hafalannya.

Semoga kita semua mampu menjadikan Al Qur’an sebagai cahaya di dada, penyejuk di kala gundah dan bahagia aamiin. Sebagaimana sabda Rasul saw., “Bacalah Al Qur’an maka sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat bagi siapa yang membacanya."

Makna Kesuksesan

Sumber gambar: national.tempo.co

Banyak manusia yang mempersempit makna kesuksesan, hingga ketika sudah sampai pada tujuan yang ada dalam persepsinya, ia akan kehilangan esensi dari tujuan tersebut. Padahal kesuksesan cukup digambarkan tidak lebih dari dua suku kata yaitu Khusnul Khotimah.

Kesuksesan adalah ketika manusia mampu menggenggam dunia di tangannya. Ia hanya meletakkan dunia tidak lebih sebagai medan perjuangan untuk mengalahkan ego dan nafsunya. Mengalahkan kecintaannya pada kebahagiaan artifisial demi mendapatkan kebahagiaan yang abadi.

Jika dunia diletakkan di hati, maka hidup akan semakin berat. Padahal semua proses yang dilalui walaupun dihayati dengan baik akan kembali pada satu titik akhir bermuara pada-Nya.

Kamu tidak bisa memilih lahir dari rahim mana tapi kamu bisa memilih sukses lewat jalan yang mana. Melihatlah ke bawah agar selalu mensyukuri apa yang telah Kau miliki. Fokus pada apa yang telah diberikan oleh-Nya akan terasa damai daripada selalu memikirkan apa yang telah terambil dari kehidupan ini. Marahmu, rasa kecewamu, jadikan kekuatan untuk mengejar kesuksesanmu.

Jabatan manusia hanyalah serupa khadimah. Kekayaannya hanyalah sebagai wasilah. Rupawannya hanyalah setitik ni’mah atau niqmah. Ilmuwannya hanyalah untuk sebuah amanah. Dan kehidupan manusia secara umum adalah khalifah (memimpin dirinya sendiri untuk bisa meraih kehidupan yang lebih baik dunia dan akhirat).

Semoga kita bisa kembali kepada-Nya dengan khusnul khatimah.

Dikutip dari Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., M.A.

Senin, 26 November 2018

Belajar Toleransi dari Quraish Shihab

Sumber Gambar: IG Sabda Perubahan

Ada istilah yang sering kita dengar yaitu toleransi, “tasamuh” dalam istilah agama. Toleransi adalah batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih dapat diterima. Toleransi adalah penyimpangan dari yang tadinya harus dilakukan, penyimpangan yang dapat dibenarkan.

Mengapa manusia harus bertoleransi? Agama menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, pasti berbeda-beda, itu bukan saja keniscayaan tetapi itu adalah kebutuhan. Namun dalam saat yang sama, Tuhan menghendaki juga agar kita bersama. Bersama dengan Tuhan, bersama dengan seluruh manusia. Karena kita semua berasal dari ayah dan ibu yang sama. Keniscayaan perbedaan dan keharusan persatuan itulah yang mengantar manusia harus bertoleransi.

Sekali lagi kita bertanya, mengapa kita bertoleransi? Karena semua manusia mendambakan kedamaian, tanpa toleransi tidak mungkin ada kedamaian. Semua kita mendambakan kemaslahatan, tanpa toleransi tidak akan ada kemaslahatan. Semua kita menginginkan kemajuan, tanpa toleransi kemajuan tidak akan tercapai.

Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer