Pages

Kamis, 24 Mei 2018

Alquran Sumber Inpirasi Peradaban Bangsa

Seminar Nasional Al-Quran dan Peradaban Bangsa 2018 di Sport Center UIN Sunan Ampel Surabaya

Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan Allah oleh kepada umat manusia sebagai kitab hidayah. Al-Qur’an secara perlahan tapi pasti telah berhasil merobah cara berfikir masyarakat arab jahili melalui berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang paling efektif dalam merobah tata kehidupan bangsa arab pada saat itu adalah pendekatan humanis (insani) dengan memperhatikan unsur lokalitas. Ujaran ujaran Al-Qur’an yang sangat bijak menjadi shock therapy yang positif bagi kehidupan mereka sekaligus juga menjadi cambuk untuk memulai kehidupan baru yang penuh dengan penuh keoptimisan.

Pendekatan Kemanusiaan

Al-Qur’an menggunakan beberapa istilah untuk manusia. Istilah yang paling universal adalah: 1. Bani Adam: (terulang sebanyak 7x diantaranya 5x dengan panggilan).Istilah ini mengacu pada kenyataan bahwa semua manusia adalah keturunan Nabi Adam. 2. Al-Basyar: (terulang sekitar22x). Istilah ini digunakan untuk memberi pengertian biologis (fisik) manusia yang kelihatan kulitnya, tidak dibalut oleh bulu sebagaimana binatang lainnya. 3. Al-Insan: (terulang 296 kali dalam Al-Qur’an. Diantaranya 2x dengan panggilan), Insan (1x), Al-Ins (5x yang 2x nya dengan panggilan), Ins:(3x):  yang menunjukkan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial yang senang kepada kedamaian, merasa damai dengan sesama (al-Mufradat:1/94). 4. An Nas (terulang sebanyak 172x):dari : untuk menunjukkan arti makhluk yang selalu dinamis, bergerak, karena adanya daya pikir. Pada mereka ada unsur-unsur kemanusiaan. (Lihat Al-Mufradat:1 /828). Ada 20 kali Allah memanggil mereka dengan sebutan : “Ya ayyuhannas”. 

Nilai filosofis dari penggunaan istilah-istilah tersebut ialah bisa dirangkai dalam untaian berikut : “Manusia berasal dari satu diri yaitu Nabi Adam. Manusia berbeda dengan binatang karena secara biologis kulit manusia kelihatan.  Manusia adalah makhluk social yang cinta damai, tak bisa hidup sendirian. Mereka harus hidup berdampingan dengan yang lainnya, sehingga saling bahu membahu dalam menangani semua aspek kehidupan sehingga tercipta rasa tentram dan damai. Sebagai khalifah di bumi yang telah diberi bekal oleh Allah berupa akal fikiran, manusia perlu mengaktifkan daya imajinasinya, menjadi makhluk yang kreatif mampu menciptakan produk kebudayaan, menciptakan sendiri kebutuhan hidup mereka dari makanan, sandang dan papan. Semuanya dilakukan dalam rangka beribadat kepada Allah yang mengangkat mereka sebagai Khalifah di bumi”. 

Pesan Pesan Kemanusiaan

Sebagai ujaran samawi yang arahnya adalah hida’i, Al-Qur’an menitikberatkan pada tiga obyek utama yaitu : Akidah, Syari’ah dan peringatan-peringatan. Dalam rusan Akidah dan Akhlak yang mempunyai nilai nilai abadi, Al-Qur’an menggunakan uslub yang Jelas dan tegas. Ayat ayatnya muhkamat. Hal ini berbeda dengan hukum yang bersifat fleksibel: menggunakan sistim graduasi. Sebagai contoh: kewajiban salat, zakat, puasa dan haji waktunya tidak bersamaan tapi secara bertahap. Dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel. Begitu juga dengan penanganan masalah Khamr, Riba, jihad dan lain lainnya. Al-Qur’an benar benar memanusiakan manusia. Manusia adalah makhluk yang sangat unik. Al-Ghazali dalam “Ihya’”nya mengatakan bahwa pada diri manusia ada beberapa unsur yaitu unsur Rabbaniyyah (ketuhanan), unsur kesetanan (Syaithaniyyah), Sabu’iyyah (kebuasan) dan unsur kebinatangan. (Ihya’:3/485, Maktabah Syamilah).   

Nilai Nilai Universal

Al-Qur’an membawa pesan pesan Universal
1.    Logic (ma’qul): sesuai dengan akal.
وإلهكم إله واحد – لو كان فيهما آلهة إلا الله لفسدتا -
2.   Transparan: ajaran ajarannya tidak ada yang di tutup tutupi:
الكتاب المبين – هذا بيان للناس
روى البخارى فى صحيحه بسنده إلى أبي جحيفة رضى الله عنه أنه قال: "قلت لعلىّ رضى الله عنه: هل عندكم شئ من الوحى إلا ما فى كتاب الله؟ قال: لا، والذى فلق الحبة وبرأ النسمة ما أعلمه إلا فهماً يُعطيه الله رجلاً فى القرآن، وما فى هذه الصحيفة، قلت: وما فى هذه الصحيفة؟ قال: العقل، وفكاك الأسير، وألاَّ ييُقتل مسلم بكافر". التفسير والمفسرون - د. محمد حسين الذهبى (2/ 10)
3.   Moderat: tawazun: tidak ekstrim kanan atau kiri :
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا} [البقرة: 143]{ وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا (67) } [الفرقان: 67]{وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (31)} [الأعراف: 31]{وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا (29)} [الإسراء: 29]
4.    Adil:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (8)} [المائدة: 8]{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ } [النساء: 135]
5.   Demokratis: tidak menggeneralisir persoalan.
Asas musyawarah. Ta’awun dalam semua kebaikan (al-Birr). Al-Qur’an mengemukakan bagaimana Allah, kalamNya  dan rasulNya dicaci maki sedemikian rupa oleh masyarakat jahili. 
{وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْر} [آل عمران: 159] {وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ} [الشورى: 38] {وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ } [المائدة: 2]
6. Obyektif: mengetenghakan persoalan apa adanya sesuai dengan kenyataan.
7. Simpel: mudah dalam semua urusan. Bisa dilakukan oleh siapapun.
{ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ } [البقرة: 185] {مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ } [المائدة: 6] {وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَج} [الحج: 78]  {مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (2)} [طه: 2] 
8. Tidak ada yang kontradiktif:
{ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا (82) } [النساء: 82، 83]
9. Mencakup semua urusan: Dunia-akhirat. Lahir- batin. Pribadi (privat)- masyarakat. Logika- perasaan.
{وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا} [القصص: 77]
10. Menjunjung kemaslahatan dan menolak segala kemafsadatan
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
Dengan tawaran yang manusiawi dan nilai nilai universalnya, ajaran Al-Qur’an diterima secara luas oleh masyarakat arab dan non arab.

Unsur Lokalitas

Dari perspektif sebab nuzul dan graduasi penurunannya, Al-Qur’an tidak turun pada masyarakat yang hampa budaya, Al-Qur’an berbeda dengan kitab kitab suci sebelumnya yang diturunkan sekaligus. Al-Qur’an diturunkan secara bertahap selama lebih dari 22 tahun. Pada saat pentahapan ini Al-Qur’an berjalan bersama dengan kondisi masyarakat.  

Bahasa Arab:

Bahasa Arab sebagai bahasa nasional bangsa Arab dengan segala gramatikanya, nilai satranya yang unggul, mampu menyerap aspirasi pesan pesan Allah dengan sangat baik. Dengan menggunakan bahasa Arab, komunitas Arab jahili menerima ujaran Al-Qur’an dengan baik.  

{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ} [إبراهيم: 4] {إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (2)} [يوسف: 2] {لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ (103)} [النحل: 103]

Dialek:  Bangsa Arab mempunyai beragam dialek. Hampir setiap kabilah mempunyai dialekna masing masing. Dialek kabilah Tamim di pedesaan berbeda dengan dialek kabilah Quraisy di perkotaan. Fenomena bacaan Imalah, Idgham (kabir dan shaghir) oleh suku Tamim. Pengucapan hamzah dengan tahqiq, syiddah oleh suku Tamim.  Sementara kaum Quraisy mengucapkan hamzah dengan di perlunak melalui bacaan tashil, ibdal, naql, hadzf. Dalam kondisi dan situasi seperti ini Allah memperbolehkan mereka membaca Al-Qur’an sesuai dengan apa yang mudah bagi mereka. Hadis tentang “Sab’atu Ahruf” mencerminkan adanya nilai nilai lokalitas di akomodir dalam pembacaan Al-Qur’an.  

Kondisi Sosial Masyarakat Jahili:

Al-Qur’an dengan sangat baik memotret kondisi social masyarakat jahili dalam banyak sisinya seperti: penyembahan terhadap berhala, bintang2, berbangga bangga dengan harta dan keturunan, peminggiran peran kaum wanita dalam kancah sosial, perzinaan, pembunuhan terhadap bayi/anak perempuan, memakan harta anak yatim, budaya minum khamr, judi, perang antar kabilah, fanatik yang berlebihan terhadap kabilah dan lain lainnya. Dengan mengetengahkan sisi kehidupan mereka, Al-Qur’an betul betul kitab yang membumi, unsur lokalitas dan watak asli masyarakat arab dengan jelas kelihatan. Al-Qur’an dengan cermatg telah melakukan pemetaan masalah sebelum memberikan solusi terhadap mas’alah tersebut.    

Dalam menghadapi semua itu Al-Qur’an dengan bijak dan berjenjang. Memerlukan waktu bertahun tahun untuk menghentikannya.Dalam menghadapi adat istiadat, Al-Qur’an pada prinsipnya membolehkan selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar keislaman. Menjadi persoalan yang serius manakala adat istiadat disamakan dengan ibadat, karena membawa implikasi hukum tersendiri.

Al-Qur’an dan Realitas KeIndonesiaan

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, banyak suku dan bahasa dengan serba serbi adat istiadatnya. Keberadaan Negara Indonesia di khattul istiwa, dengan alamnya yang ramah dan sumber daya alamnya yang melimpah, menciptakan adat istiadatnya tersendiri. Watak asli manusia Indonesia adalah orangnya tenang, bersahaja, senang berdamai, suka bermusyawarah, suka tolong menolong dengan sesama, menerima perbedaan dalam segala hal, menghormati kaum pendatang, menghormati pendapat orang lain, menjunjung tinggi unsur senioritas dalam kancah sosial, tidak suka bertengkar dan kekerasan, tidak reaktif.  Semua watak asli bangsa Indonesia ini sebenarnya sudah sesuai dengan “al-Qiyam al islamiyyah”. Para Founding Fathers bangsa Indonesia dengan bijak dan tepat merumuskan konten konten yang ada pada UUD 45 dan Pancasila. Menjadi persoalan yang serius manakala penanganan berbagai masalah kemasyarakatan di Indonesia menggunakan instrumen instrument yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Apa yang dilakukan oleh Wali Songo di Jawa betul betul adalah cerminan seni berdakwah dengan selalu memandang kearifan lokal (Local Wisdom). Hasilnya adalah cepatnya penyebaran islam di tanah jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Kearifan Lokal dan Globalisasi

Globalisasi benar benar telah membawa pengaruh yang sangat signifikan dalam orientasi berfikir, perilaku masyarakat. Ada tiga hal yang perlu kita perhatikan dalam menangani manusia Indonesia yaitu : Pertama: nilai nilai universal yang ada pada Al-Qur’an. Kedua: arus peradaban barat dengan segala pernak perniknya  dan Ketiga : arus Islamisasi dengan motif arabisasi. Dalam melihat ketiga hal diatas, yang perlu kita perhatikan dengan sungguh sungguh adalah nilai nilai universal yang ada pada Al-Qur’an yang perlu dipertahankan. Kearifan local manusia Indonesia bisa dijadikan landasan untuk berperan dalam kancah dunia. Nilai nilai luhur pada bangsa arab, seperti al karam (pemurah), asy syaja’ah (keberanian), ash sharahah (terus terang) Syiddatusysyakimah (tangguh) ulet, tidak gampang menyerah, sangat percaya diri, dan lain lainnya atau watak bangsa barat yang menghormati waktu, disiplin dan kerja keras, semangat penelitian, menghormati kreatifitas dan lain lain, menjadi daya pendorong manusia Indonesia untuk bisa tampil di kancah dunia dengan style dan gayanya sendiri. 

Ungkapan bijak : (خذ ما صفا ودع ما كدر)  Patut dijadikan adagium bagi kita dalam menampilkan watak keislaman ala Indonesia yang khas. Pada prinsipnya jika manusia Indonesia yang muslim, masih tetap dengan watak keindonesiaannya, dan mengambil apa yang positif dari bangsa lain akan melahirkan satu bentuk keislaman yang khas yang mempunyai daya tawar tersendiri. Islam adalah satu tapi cara penampilannya bisa berbeda. (ASM).

PP Dar Al-Qur’an Kebon Baru
Arjawinangun Cirebon
18 April 2018

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer