Menarik
saat DR. Ishom Abdul Aziz Abdul Qadir dari Mesir membuka kalam dipertemuan
malam itu dima'had putri Yayasan Ibnu Katsir Jember. Kurang lebih "saya
ingin tau, kenapa kalian berada disini, memilih ada disini dan belajar
disini"
Pertanyaan
klasik, batin saya. Tapi saya juga benar2 ingin tahu, apakah jawabannya juga
se-klasik itu. Tepat, para santriwati menjawab dengan semantap jawaban bahwa
mereka ingin menjadi hafidzah, membahagiakan kedua orang tua. Simple tapi
mengena. Dan itu tidak salah.
Tapi
syaikh Ishom geleng-geleng, tersenyum, rupanya berharap ada jawaban lain...
nah! Saya suka gaya beliau yg ini, yg membuat saya mengejar-mengejar beliau ke ma’had
putri ya ini heheh.
Tabiatnya
yg selalu detil dan berhasil menghidangkan makna terdalam dan fakta yg luput
dari pikiran kebanyakan orang atas kalimat-kalimat yg beliau sampaikan dalam
muhadharahnya. "Baik saya akan beritahu kalian" lanjut beliau.
"Saya
tidak akan memberikan ceramah ini kepada santri dimahad putra, mereka tidak
butuh ini, singkat saja kalau dengan mereka itu khusus saya berikan ini untuk
anda para wanita karena anda khas, spesial, tidak sama dengan santri
putra" (semua tertawa tersanjung) sambil "cieeeeeee".
Rahasia
dari jawaban pertanyaan itu adalah, bahwa santriwati adalah perempuan, dan
kelak akan menjadi istri... lalu menjadi ibu... "ooohhhhhh"
sahut seisi ruangan.
"Saya
katakan kepada kalian, jika lelaki sholih mendapat istri tidak sholihah maka
rusaklah anaknya, tapi jika istri sholihah, kalaupun bapaknya tidak sholih maka
baiklah anaknya" beliau kisahkan perempuan-perempuan sholihah dalam
Al-Qur’an. Diantaranya, Siti Asiyah, istri Nabi Nuh a.s., istri Nabi Luth,
ibunda Nabi Musa, bunda Nabi Muhammad saw. Bahkan Ibunda Anas Bin Malik atau
yang lebijh kita kenal dengan nama besarnya sebagai Imam Madzhab yaitu Imam
Malik.
Alkisah,
bapak Imam Malik ini sangat mengidamkan memperistri perempuan yg cantik
rupawan, maka ketika pernikahan terjadi, dan hijab sang istri dibuka ternyata
dijumpainya wajah sang istri hitam dan (maaf) tdk cantik .
Sang
suamipun marah dan kecewa, namun ibu Imam Malik ternyata perempuan yg cerdas
dan beriman sempurna, terlihat dari saat menjawab kekecewaan suami yg baru
dinikahinya "sesungguhnya hitamnya wajah ini, tidaklah mencerminkan apa yg
ada pada diriku, jika dapat kau lihat dalamnya hati dan isi kepalaku, dalamnya
imanku sungguh akan kau ketahui secerah mentari bersinar.... di malam itu tugas
sang suami pun tertunai untuk pertama dan terakhir kalinya.
Perempuan
mulia hati itupun hamil dan melahirkan seorang putra yg diberi nama Anas bin Malik,
Imam Malik disini dinisbahkan pada kakeknya dan bukan bapaknya. Ketika mendekap
bayinya, sang ibu berkata "aku tidak ingin menjadikanmu artis terkenal
tetapi aku akan mendidikmu dengan pendidikan Nabi".
Dan
kemudian jaman dibuat takjub dengan kebesaran nama Imam malik dengan Madzhab Maliki-nya.
(Wallahu a'lam).
Syaikh
Ishom melanjutkan "Anda tau? Perempuan itu diciptakan lebih kuat daripada
lelaki, dia temani anaknya sehari semalam sambil mengerjakan pekerjaan lain dia
bisa, kalaupun marah hanya sekejap dia masuk kamar, lalu keluar lagi membersamai
anak-anaknya,
Beda
dengan bapak, (sambil menjawil penerjemah ganteng disampingnya) mengajari
sedikit jika anak tak kunjung bisa maka hilanglah kesabaran. Perempuan itu
telaten dan sabar". Sang penerjemah pun angguk-angguk, rupanya setuju
hehe. "Itulah kenapa Islam begitu meninggikan derajat perempuan..."
"Letak
kekuatan ummat dimasa depan ada pada darah yg mengalir dalam diri kalian, jika
darah yg mengalir dipenuhi dengan bacaan-bacaan Al-Qur'an maka akan
menghasilkan anak-anak yg berisi Al-Qur’an sejak lahir. Kelak mereka jika terus
dididik dan dipenuhi dengan Al-Qur’an maka akan menjadi generasi unggulan.
Kuatnya bangsa dan agama ada ditangan perempuannya".
Lalu
"Kalian tau, tak berdaya para lelaki didunia ini tanpa perempuan" semua
tergelak dan kompak bilang "cieeee" syaikh pun tertawa,
"haqiqan, ini benar. Kalian lihat saya, tak akan ada di dunia ini jika
tidak dilahirkan oleh ibu saya"
"Maka
tugas kalian di ma'had ini benar-benar sungguh berat. Tidak hanya Al-Qur’an yang
harus kalian hafalkan dan pelajari. Tetapi ilmu fiqih, hadits, warits, aqidah
dan sebagainya, harus kalian kuasai, itulah bekal menjadi ibu" (menengok kedalam diri saya sendiri saya
malu, tidak banyak ternyata ilmu yang saya miliki untuk menjadi seorang ibu...
oh الله
Beliau
umpamakan lagi,
"Perempuan
itu bagaikan bumi, bagaikan tanah, jika tanah itu bagus kualitasnya, bersih,
subur tidak tercemar maka hasil bumi darinya jua akan menjadi hasil unggulan,
jika kotor, tidak subur dan tercemar maka.... rusaklah hasil buminya"
"Itulah
yg harus kalian miliki wahai pelajar..."
"Maka
pesan beliau selanjutnya adalah, milikilah motivasi ini, motivasi melihat الله diakhirat kelak. Agar kelak setelah
menikah kalian tidak akan tenggelam dalam tumpukan baju kotor yang harus dicuci
atau rumah yang selalu harus disapu atau tingkah anak-anak yang
menyibukkan kalian. jika motivasi melihat الله
kalian punyai maka hafalan kalian akan terjaga dan kalian akan tetap menjadi
Ahlul Quran."
Kira-kira
30 menit lebih beliau menyampaikannya, padahal beliau dari awal sudah berjanji
akan menyampaikan nya dengan lebih ringkas dan lebih cepat. Karena sudah padat
agenda dan masuk wktu istirahat. faktanya Walaupun waktu molor, kami
semua menikmati bahkan merasa kurang atas mauidhoh yang beliau sampaikan dan saya yakin itu semua karena
memahami perempuan itu memang rumit serumit menjadi seorang perempuan
#eaaa
Tapi
jangan sedih dan merasa berat menjadi perempuan..., kalaupun rumit haditsnya tidak
berubah, "surga itu dibawah telapak kaki ibu"
Dikutip
dari Hamba Allah. Semoga tulisan ini membawa hikmah, manfaat, dan keberkahan
serta maslahah bagi kita semua untuk senantiasa memperbaiki diri dan tentunya
terkhusus untuk wanita, “Jagalah Muru’ah kalian karena itu adalah pintu untuk
melahirkan generasi yang sholih sholihah.”
0 komentar:
Posting Komentar