Menghafal
itu mudah. Terlebih menghafal Al Qur’an merupakan suatu ibadah yang mulia di
sisi Allah. Membacanya saja bernilai ibadah, apalagi mampu menghafal serta
mengamalkannya menjadi nilai plus tersendiri bagi seseorang tersebut. Ada
berbagai banyak metode dalam menghafal Al qur’an. Salah satunya adalah metode Tabarak.
Metode
Tabarak menitikberatkan pada konsep reward sebab metode ini memang secara
khusus dilahirkan untuk anak usia balita. Melalui reward pemberian
hadiah ternyata mampu memberikan stimulus pada anak untuk selalu meningkatkan
semangat dan motivasinya dalam menghafal Al Qur’an.
Asal
muasal penamaan metode ini dilatarbelakangi oleh nama seorang anak kecil yakni
Tabarak yang berasal dari keluarga Dr. Kamil el Laboody dan Dr. Rasya Abdul
Mun’im el Gayyar. Pasangan suami istri tersebut berasal dari Tanta, Mesir dan
dianugrahi tiga orang anak yakni Tabarak, Yazid dan Zeenah.
Pada
tahun 2000, mereka berdua merantau ke Jeddah dan bekerja sebagai dosen di
Batterjee Medical College. Mereka tinggal di kawasan bandara lama dekat masjid
Sa’id bin Zubeir. Imam masjid itu adalah Syaikh Ali Badahdah. Di kawasan itulah
sang istri mengandung anak pertama yang kelak menjadi kebanggaan umat Islam.
Sejak
Tabarak masih berada dalam kandungan, kedua orang tuanya telah memiliki
cita-cita yang kuat bahwa anaknya kelak akan menjadi seorang hafidz. Dr. Kamil
bercerita, “Semenjak istri saya hamil, ia selalu membaca Ali Imran ayat 35
seraya bernazar bahwa janin yang ada di perut ini akan diabdikan demi Al
Qur’an. Ketika itu Dr. Rasya baru hafal surat Al Baqarah dan Ali Imran atau
dikenal dengan al-Zahwarain”.
Dr.
Rasya tak lain istrinya selalu membaca ayat tersebut. ayat itu menggambarkan
nazar istri Imran yang sedang mengandung untuk mendedikasikan anaknya kelak
dalam rangka pengabdian kepada Allah swt. Ternyata bayinya itu perempuan dan
diberi nama Maryam. Istri Imran pun melaksanakan nazarnya. Sejak usia kecil,
Maryam mengabdikan diri di tempat peribadahan hingga akhirnya memiliki seorang
bayi, yaitu Nabi Isa a.s. Seperti halnya istri Imran, istri Dr. Kamil ini pun
bernazar ingin menjadikan anaknya kelak mengabdi untuk Al Qur’an.
Pada
tanggal 22 Februari 2003 M, bertepatan dengan 20 Dzulhijjah 1423 H, lahirlah
putra pertama mereka yang diberi nama Tabarak. Mereka menamakan anaknya dengan Tabarak
karena sang ayah selalu memimpikan kalimat Tabaarakasmu rabbika dzul jalaali
wal ikraam.
Mimpi
ini tidak hanya terjadi satu kali, melainkan berulang kali selama masa
kehamilan sang istri. Mimpi inilah yang menginspirasi mereka untuk menamai
anaknya Tabarak. Kedua orang tua Tabarak mempunyai azam besar agar keturunan
mereka diberi kelebihan oleh Allah untuk menghafal Al Qur’an. Hal itu dimulai
dari diri mereka berdua terlebih dahulu, kemudian diterapkan pada anak
pertamanya.
Tabarak
mulai menghafal Al Qur’an pada usia 3 tahun. Surat pertama yang dihafal adalah
surat Al Faatihah karena ia adalah induk Al Qur’an. Hafalan kemudian
dilanjutkan ke Surat An Naba’ di Juz Amma.
Beberapa
lama kemudian, atau tepatnya tahun 1428 H, keluarga itu pindah rumah ke kawasan
al-Salamah, samping Masjid Al Syua’iby. Di sanalah Tabarak mengkhatamkan
hafalannya pada bulan Ramadhan tahun yang sama. Ketika itu usianya 4,5 tahun.
Pada
tahun itu pula, Tabarak mengikuti ujian dari berbagai lembaga Al Qur’an, di
antaranya dua lembaga resmi berkedudukan di Jeddah. Kedua lembaga ternama
tersebut menguji hafalan Tabarak 30 Juz sekaligus pada bulan Ramadhan 1429 H.
Hasilnya Tabarak dinyatakan lulus dengan predikat Mumtaz sekaligus memcahkan
rekor hafiz termuda sedunia, mengalahkan Muhammad Ayyub dari Tazikistan yang
menghafal Al Qur’an pada usia 5 tahun.
Hadirin
yang dirahmati Allah swt,
Ternyata
dibalik anak yang sukses, anak yang cerdas, anak yang ta’dzim sopan santun,
anak yang ramah, ada peran orang tua yang begitu hebat dalam mendidik dan
membesarkan putra putrinya tak terkecuali Tabarak Al Hafidz. Oleh karena itu,
pelajaran yang dapat diambil bahwa di era modern ini, di era revolusi industri
4.0/ digital dimana perkembangan informasi dan teknologi semakin cepat, mari
meneladani ghirah dan semangat juang kedua orang tua Tabarak untuk
menjadikan anak-anak kita generasi penerus bangsa yang Ahlulllah yakni
penghafal Qur’an lafdzan wa ma’nan wa amalan serta mampu memberi syafaat
kita di hari kiamat nantinya aamiin.
Agar
Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring
(offline) pdf pada link di bawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar