Pages

Jumat, 28 Desember 2018

Sepintas Tentang Kritik Sanad dan Kritik Matan

Sumber gambar: jembermu.com

Sepintas kritik sanad sudah cukup untuk menilai shahih tidaknya sebuah hadits, sebab periwayatan seorang periwayat tsiqah dari periwayat tsiqah lainnya, yakni dari awal sampai akhir sanad, mengandung arti bahwa kita mempercayai keshahihan riwayat para periwayat tsiqah itu. Jika tidak demikian, maka penilaian tsiqah terhadap para periwayat tidak ada artinya.

Kritik sanad memang cukup, tetapi bersifat elementer saja, sebab setelah dilakukan kajian terhadap priode periwayatan, di mana hadis-hadis beralih dari seorang periwayat ke periwayat lain sampai ke tangan para penulis kitab hadis (mukharrij), ada dua fenomena yang mencolok, yaitu fenomena pemalsuan hadits dan fenomena kekeliruan para periwayat. Yang pertama lahir dari kesengajaan, yang kedua dari ketidaksengajaan.

Menurut hasil penelitian Al Adlabi, tuduhan bahwa Ulama mendahulukan kritik sanad ada benarnya, dan bahkan memiliki rasionalitas tersendiri. Namun demikian dalam mempraktikkan kritik sanad, ternyata ulama hadits juga menggunakan kritik matan, yakni ketika mereka memberi penilaian terhadap seorang periwayat melalui kritik terhadap riwayat-riwayatnya. Demikian pula ketika mereka mengkaji istilah-istilah teknis (al musthalahat). Walaupun sebagian besar istilah-istilsh teknis itu terfokus pada sanad, tetapi ada sejumlah istilah teknis yang memperhatikan kritik matan, seperti pembahasan tentang hadis syadz, hadis munkar, hadis mu’allal, hadits mudltharib, hadits mudraj, dan hadits maqlub.

Isu sentral yang terkandung dalam tugas uas ini ada empat kriteria dalam mempraktikkan kritik matan sekaligus penjelasan latar belakang pemalsuan hadits dan kritik matan pada masa sahabat. Empat kriteria itu yakni pertama, matan yang bersangkutan tidak bertentangan dengan Al Qur’an. Kedua, tidak bertentangan dengan hadits dan sirah nabawiyah yang telah diterima secara luas kebenarannya. Ketiga, tidak bertentangan dengan akal, indra, dan fakta sejarah. Dan keempat, mirip dengan sabda kenabian. Tampaknya memang sederhana, tetapi diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam mempraktikannya, agar orang tidak dengan mudah membuang suatu hadits hanya karena bertentangan dengan Al Qur’an, hadits, sirah nabawiyah, akal, indera atau fakta sejarah, tetapi penilaian bertentangan itu belum melalui penilaian yang cermat. Karena itu, dalam membahas masing-masing kriteria beserta turunannya, Al Adlabi juga menyertakan contoh praktiknya. Berikut kami sajikan link unduhan tugas UAS tentang hal di atas. Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer