Pages

Selasa, 14 Juli 2020

Moderatisme Islam

kompasiana.com

Hingga saat ini, sebagian besar penulis dan sarjana muslim Indonesia merujukkan konsep “moderasi” pada konsep wasathiyah, yang secara harfiah berarti tengah atau pertengahan. Ummah wasathâ berarti umat yang pertengahan atau yang berada di tengah. Namun, makna etimologis kata wasatha tidak sesederhana itu. Beberapa kamus utama bahasa Arab mengindikasikan makna yang lebih khusus. Kamus al-Ghanîy, Mu‘jam alLughah al-Arabiyyah al-Mu‘âshirah, juga al-Wasîth menunjukkan bahwa kata itu tidak hanya berarti di tengah, menengahi, atau pertengahan. Ketiga bersepakat menyatakan bahwa dalam kata wasath terkandung makna alhaqq (kebenaran), al-‘adl (keadilan), dan al-syarafah (kemuliaan).

 

Dengan kata lain, seorang wâsith adalah orang yang dianggap berpegang pada kebenaran, keadilan, dan sekaligus juga menjadi orang yang dihormati di tengah kaumnya, atau di tengah kelompoknya. Dengan demikian, berdiri di tengah atau menjadi ummah wasatha adalah tugas yang besar dan berat untuk dijalani. Sebab, ummah wasatha bukanlah kelompok atau komunitas yang hanya berdiri di tengah, di antara berbagai kelompok lain, lalu diam tidak melakukan apa-apa. Komunitas wasatha bukanlah umat yang diam tidak berpihak.

    

Komunitas wasathâ adalah komunitas yang secara istikamah berpihak pada kebenaran dan keadilan sehingga dua karakter itu melekat pada diri mereka. Jika keduanya telah melekat, pada gilirannya mereka menjadi komunitas yang syarîf—kelompok yang mulia dan dihormati kelompok lain. Lebih jauh, kamus-kamus itu menjelaskan bahwa kata wasatha adalah kata kerja aktif yang sekaligus menunjukkan posisi. Karenanya, untuk mengatakan “Zaid duduk di antara para tamu” cukup dengan ungkapan “wasatha zaid al-dhuyûfa”, tidak perlu menggunakan kata “jalasa fî wasath al-dhuyûfi” atau duduk di antara para tamu.

 

Jadi, bisa dikatakan, ummah wasathâ bukanlah ummah yang berdiam diri, tidak punya kecenderungan, dan tidak punya keberpihakan. Pribadi wasathâ juga bukanlah pribadi yang tidak berpihak, tetapi pribadi yang selalu berpegang pada kebenaran, bersikap adil, dan menjaga kemuliaan dirinya. Maka, predikat wasathâ itu bukanlah predikat yang bisa dengan mudah dilekatkan pada satu atau sekelompok orang. Predikat itu lahir berkat perjuangan sepanjang hayat membela kebenaran dan keadilan. Jadi, butuh waktu yang panjang untuk mewujudkan ummah wasathâ.

 

Salah satu ayat Al-Quran yang kerap dirujuk ketika berbicara tema moderasi adalah Q.S. al-Baqarah 143. Dalam ayat tersebut Allah berfirman, “Dan demikianlah Kami menjadikan kamu ummah wasathâ dan agar kalian menjadi saksi atas manusia…”  Menarik untuk dicermati bahwa ayat ini muncul setelah ayat tentang konflik orientasi, perbedaan paham tentang qiblah, arah pikiran, arah cita-cita dan arah tujuan. Seakan-akan Allah hendak mengatakan, tidak penting orientasimu ke mana, karena kebenaran itu ada di mana-mana (qul lillâh al-masyriq wa al-maghrib). Ketika ada begitu banyak orientasi, begitu banyak arah yang dituju, yang harus dilakukan adalah istikamah menempuh jalan petunjuk yang paling kokoh rambu-rambunya (yahdî man yasyâ’ ilâ shirâth mustaqîm).

 

Berkaca pada makna etimologis kata wasathâ, bisa dikatakan bahwa menjadi pribadi yang moderat tidak cukup hanya dengan berada di tengahtengah tanpa cenderung pada salah satu pihak atau golongan. Sosok yang moderat tetap berpihak dan memiliki pilihan, bahkan kokoh di jalan pilihannya, tetapi ia pun mengakui dan menerima perbedaan orang lain. Jadi moderasi adalah bagaimana “menerima” perbedaan dan keragaman.

 

Sikap penerimaan itu dilandasi oleh al-haqq dan al-‘adl. Karena itulah Grand Syekh Al-Azhar, Syaikh Ahmad Thayyib, dalam acara World Forum of Wasthiyah Islam, mengatakan bahwa tidak penting lagi memperdebatkan apa makna wasathiyyah. Sebab, yang paling penting adalah bagaimana menarik pembicaraan ini dari ruang teoretis ke arah praktis. Kita semua membutuhkan solusi daripada sekadar memperdebatkan satu istilah di ruang akademis yang kaku dan penuh teori.

 

Dikutip dari Buku Moderatisme Islam.

 

Agar Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline) pdf pada link di bawah ini.

Moderatisme Islam pdf


0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer