Simak cerita berikut dan kita akan
menambah kosa kata bahasa Arab sekaligus bisa menentukan jenis katanya. Mana
kata benda (ism) yang menunjukkan jenis laki-laki/bentuk maskulin (mudzakkar)
dan mana kata benda yang menunjukkan jenis perempuan/bentuk feminin (muannats).
Tafadhdhal !
Alkisah, suatu hari seorang lelaki
dan seorang perempuan bertemu dan terjadilah percakapan antara keduanya sebagai
berikut:
“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa
‘al-kaun’ (jagat raya) itu berjenis lelaki (mudzakkar)?” tanya si lelaki.
“Ya, tapi saya perhatikan bahwa ‘al-majarrah’ (bintang galaksi) itu berjenis perempuan (muannats),” jawab si perempuan.
“Tidakkah engkau perhatikan bahwa an-nur (cahaya) itu mudzakkar?” tanya si laki-laki.
“Tidakkah engkau lihat bahwa asy-syams (matahari) adalah muannats?” ujar si perempuan.
“Bukankah ‘al-karam’ (murah hati) itu mudzakkar,” ujar si lelaki.
“Ya, tapi ‘al-karamah’ (kemuliaan) itu muannats,” ucap si perempuan.
“Tidakkah engkau heran bahwa ‘asy-syi'r’ (syair/puisi) itu mudzakkar?”
“Ya. Tapi aku kagum bahwa kebanyakan ‘al-masya'ir’ (perasaan) adalah muannats.”
“Tidakkah engkau tahu bahwa ‘al-‘ilmu’ (ilmu) itu mudzakkar?”
“Ya, tidakkah engkau tahu bahwa ‘al-ma'rifah’ (pengetahuan) itu muannats?”
“Ya, tapi saya perhatikan bahwa ‘al-majarrah’ (bintang galaksi) itu berjenis perempuan (muannats),” jawab si perempuan.
“Tidakkah engkau perhatikan bahwa an-nur (cahaya) itu mudzakkar?” tanya si laki-laki.
“Tidakkah engkau lihat bahwa asy-syams (matahari) adalah muannats?” ujar si perempuan.
“Bukankah ‘al-karam’ (murah hati) itu mudzakkar,” ujar si lelaki.
“Ya, tapi ‘al-karamah’ (kemuliaan) itu muannats,” ucap si perempuan.
“Tidakkah engkau heran bahwa ‘asy-syi'r’ (syair/puisi) itu mudzakkar?”
“Ya. Tapi aku kagum bahwa kebanyakan ‘al-masya'ir’ (perasaan) adalah muannats.”
“Tidakkah engkau tahu bahwa ‘al-‘ilmu’ (ilmu) itu mudzakkar?”
“Ya, tidakkah engkau tahu bahwa ‘al-ma'rifah’ (pengetahuan) itu muannats?”
Si laki-laki memejamkan kedua
matanya, menarik napas dalam, dan memandang si perempuan dengan pandangan penuh
makna. Setelah itu, ia berkata kepada si perempuan,”Aku dengar ‘al-khiyanah’ (pengkhianatan)
adalah muannats!”
“Aku dengar bahwa ‘al-ghadru (pengkhianatan) itu mudzakkar!”
“Para lelaki mengatakan bahwa ‘al-khadi'ah’ (penipuan) adalah muannats.”
“Para perempuan mengatakan bahwa ‘al-kidzbu’ (dusta) itu mudzakkar!”
“Ada orang yang mengatakan kepadaku bahwa ‘al-hamaqah’ (kedunguan) itu muannats!” ujar si laki-laki.
“Ilmu menetapkan bahwa ‘al-ghaba’ (ketololan) adalah mudzakkar!”
“Sangat disayangkan, ‘al-jarimah’ (kejahatan) itu muannats,” ucap si laki-laki.
“Sungguh mengerikan, ‘al-itsmu’ (dosa) itu mudzakkar!” ucap si perempuan.
“Sungguh menyakitkanku bahwa ‘al-basya'ah (keburukan)’ itu muannats!” kata si laki-laki.
“Sungguh mencemaskanku bahwa ‘al-qubhu’ (kejelekan) itu mudzakkar!” ujar si perempuan.
“Aku dengar bahwa ‘al-ghadru (pengkhianatan) itu mudzakkar!”
“Para lelaki mengatakan bahwa ‘al-khadi'ah’ (penipuan) adalah muannats.”
“Para perempuan mengatakan bahwa ‘al-kidzbu’ (dusta) itu mudzakkar!”
“Ada orang yang mengatakan kepadaku bahwa ‘al-hamaqah’ (kedunguan) itu muannats!” ujar si laki-laki.
“Ilmu menetapkan bahwa ‘al-ghaba’ (ketololan) adalah mudzakkar!”
“Sangat disayangkan, ‘al-jarimah’ (kejahatan) itu muannats,” ucap si laki-laki.
“Sungguh mengerikan, ‘al-itsmu’ (dosa) itu mudzakkar!” ucap si perempuan.
“Sungguh menyakitkanku bahwa ‘al-basya'ah (keburukan)’ itu muannats!” kata si laki-laki.
“Sungguh mencemaskanku bahwa ‘al-qubhu’ (kejelekan) itu mudzakkar!” ujar si perempuan.
Si laki-laki memegang gelas air minum
sehingga si perempuan takut. Ia meminum air tersebut sehingga si perempuan
tersenyum dan merasa tenang.
“Hal yang menggembirakanku bahwa ‘ath-thabi'ah’ (alam) berjenis kelamin perempuan (muannats)!” kata si laki-laki.
“Hal yang membahagiakanku bahwa ‘al-jamal’ (keindahan) berjenis kelamin laki-laki (mudzakkar),” ucap si perempuan.
“Sungguh benar orang yang mengatakan bahwa ‘as-sa'adah’ (kebahagiaan) itu muannats,” ucap si laki-laki.
“Sungguh tepat orang yang mengatakan bahwa ‘al-hubb’ (cinta) itu mudzakkar,” kata si perempuan.
“Aku akui bahwa ‘at-tadhiyyah’ (pengorbanan) berjenis kelamin perempuan (muannats),” ucap si laki-laki.
“Dan aku mengakui bahwa ‘ash-shafhu’ (sifat pemaaf) berjenis kelamin laki-laki (mudzakkar),” ujar si perempuan.
“Aku percaya bahwa ‘ad-dunya’ (dunia) berjenis kelamin perempuan (muannats),” kata si laki-laki.
“Dan aku sangat yakin bahwa ‘al-khulud’ (keabadian) berjenis kelamin laki-laki (mudzakkar),” ujar si perempuan.
“Hal yang menggembirakanku bahwa ‘ath-thabi'ah’ (alam) berjenis kelamin perempuan (muannats)!” kata si laki-laki.
“Hal yang membahagiakanku bahwa ‘al-jamal’ (keindahan) berjenis kelamin laki-laki (mudzakkar),” ucap si perempuan.
“Sungguh benar orang yang mengatakan bahwa ‘as-sa'adah’ (kebahagiaan) itu muannats,” ucap si laki-laki.
“Sungguh tepat orang yang mengatakan bahwa ‘al-hubb’ (cinta) itu mudzakkar,” kata si perempuan.
“Aku akui bahwa ‘at-tadhiyyah’ (pengorbanan) berjenis kelamin perempuan (muannats),” ucap si laki-laki.
“Dan aku mengakui bahwa ‘ash-shafhu’ (sifat pemaaf) berjenis kelamin laki-laki (mudzakkar),” ujar si perempuan.
“Aku percaya bahwa ‘ad-dunya’ (dunia) berjenis kelamin perempuan (muannats),” kata si laki-laki.
“Dan aku sangat yakin bahwa ‘al-khulud’ (keabadian) berjenis kelamin laki-laki (mudzakkar),” ujar si perempuan.
Sepasang laki-laki dan perempuan ini
terus bercakap-cakap dan berdebat. Perdebatan antara keduanya akan terus
berlangsung selama pertanyaannya seputar jenis laki-laki (mudzakkar) dan
jawabannya jenis perempuan (muannats).
[Sumber: Dr. Anwar Wardah, Yuhka 'An,
2019]
Masih ingat kan ciri kata-kata yang الْمُذَكَّر? Sekadar menyegarkan ingatan, inilah dia!
1. Dari segi bentuknya, yaitu tidak memiliki ة (tā’ bundar = تَاءٌ مَرْبُوْطَةٌ) pada akhirnya, seprti مُحَمَّدٌ, مُدِيْرٌ (direktur), مُحَافِظٌ (gubernur), دِيْكٌ (ayam jantan), غَنَمٌ (kambing), بَابٌ (pintu), dan بَيْتٌ (rumah), atau
1. Dari segi bentuknya, yaitu tidak memiliki ة (tā’ bundar = تَاءٌ مَرْبُوْطَةٌ) pada akhirnya, seprti مُحَمَّدٌ, مُدِيْرٌ (direktur), مُحَافِظٌ (gubernur), دِيْكٌ (ayam jantan), غَنَمٌ (kambing), بَابٌ (pintu), dan بَيْتٌ (rumah), atau
2. dari segi maknanya, yaitu yang
maknanya menujukkan kepada jenis laki-laki, walaupun di akhirnya terdapat ة (tā’ mabūthah=tā’ bundar), seperti حَارِثَةُ, حَمْزَةُ, dan طَلْحَةُ.
Dan, ciri الْمُؤَنَّثُ
sebagai berikut.
1. Dari bentuknya, yaitu dengan adanya ة (tā’ bundar = تَاءٌ مَرْبُوْطَةٌ) pada akhirnya, seperti فَاطِمَةُ (Fatimah), أُسْتَاذَةُ (guru), مُدَرِّسَةٌ (pengajar), خَادِمَةٌ (pelayan),دَجَّاجَةٌ (ayam betina), بَقَرَةٌ (sapi), مَدْرَسَةٌ (sekolah), dan سَيَّارَةٌ (mobil) atau,
1. Dari bentuknya, yaitu dengan adanya ة (tā’ bundar = تَاءٌ مَرْبُوْطَةٌ) pada akhirnya, seperti فَاطِمَةُ (Fatimah), أُسْتَاذَةُ (guru), مُدَرِّسَةٌ (pengajar), خَادِمَةٌ (pelayan),دَجَّاجَةٌ (ayam betina), بَقَرَةٌ (sapi), مَدْرَسَةٌ (sekolah), dan سَيَّارَةٌ (mobil) atau,
2. dari maknanya yang menunjuk kepada
jenis perempuan, walaupun di akhirnya tidak terdapat ة(tā’
bundar = تَاءٌ مَرْبُوْطَةٌ), seperti زَيْنَبُ (Zainab), هِنْدٌ
(Hindun), نَارٌ (api), dan شَمْسٌ (matahari).
Sumber: qaf media
0 komentar:
Posting Komentar