Pages

Rabu, 29 Desember 2021

Memperjuangkan Keadilan Perempuan: Antara Teks Agama dan Realitas

Sumber: republika.co.id

 

Di antara kaum yang tertindas di dunia ini, kaum perempuan berada di urutan teratas. Penderitaannnya semakin bertambah bila kebetulan ia anggota kelas minoritas atau kelas miskin. la selalu dijadikan kambing hitam dari semua persoalan di dunia ini. la tertindas di tengah-tengah komunitas yang religius sebagaimana ia pun tertindas di tengah-tengah komunitas yang "progresif". Ia ditindas atas nama Tuhan, dieksploitasi, atau "di-seksploitasi", atas nama kesempatan dan popularitas. Perempuan adalah makhluk asing di dunia laki-laki. la mengambil apa saja yang disodorkan kepadanya dan, dalam banyak kasus, ia tidak berani membuka mulut untuk memprotes, pun di zaman yang konon disebut sebagai "women's lib" ini.

 

Tak seorang pun dari kita bisa ada di dunia ini, jika tidak karena seorang perempuan yang mengandung kita di dalam rahimnya, merawat kita saat kita belum berdaya, dan mengajari kita ketika kita tidak tahu apa-apa. Singkatnya, perempuanlah yang menjadikan kita seperti sekarang. Tentu, tidak berarti bahwa semua perempuan telah hidup di dalam standar keibuan yang cukup, khususnya dalam kasus-kasus dimana si ayah bebas bepergian tanpa menanggung beban.

 

Pada zaman perbudakan di Amerika, dan pada masa apharteid di Afrika Selatan, kelompok-kelompok keagamaan dan otoritas-otoritasnya telah menyalahgunakan atau memelintir ajaran-ajaran kitab suci untuk membenarkan penindasan terhadap kaum hitam. Setara dengan hal tersebut, kaum perempuan juga tertindas dan diperdaya oleh berbagai jenis orang, yang penindasan ini sekali lagi juga dijustifikasi oleh otoritas-otoritas dan lembaga keagamaan denngan menyalahgunakan dan menyalahtafsirkan kitab suci.

 

Perlakuan terhadap perempuan belum pernah sebaik ketika Muhammad saw, Nabi Islam, memulai dakwahnya. Islam mengemansipasikan kaum perempuan dan memulihkan kembali harga diri mereka. Nabi Muhammad, lewat risalahnya, telah mendorong para pengikut Islam untuk menghormati kaum perempuan, memperlakukan mereka sebagai manusia, memenuhi hak-haknya, serta mendorong partisipasi mereka dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

 

Islam mewajibkan orang yang beriman untuk berjuang membebaskan kaum yang tertindas. Sayangnya, bersama dengan berjalannya waktu, para penganut Islam melupakan pesan ini. Mereka telah tnenyerah dalam memperjuangkan emarisipasi kaum perempuan. Malahan, mereka sendiri kemudian memperlakukan kaum petempuan dengan sikap yang tidak patut mereka perbuat. Belakangan ini, kenyataannya, semakin "religius" seseorang, semakin besar sifat menindasnya terhadap perempilan. Kemunafikan telah mencapai tingkat sedemikian rupa sehingga mereka yang mempercayai dominasi kaum pria malah menulis buku-buku tentang "Status Kaum Perempuan dalam Islam", yang umumnya untuk konsumsi non-Muslim: Pada saat mereka membanggakan diri mengenai bagaimana Islam mengemansipasikan kaum perempuan, pada saat itu pula mereka bekerja untuk organisasi-organisasi yang menindas kaum perempuan.

 

Kebanyakan perempuan Muslim, entah karena ketidaktahuan atau karena keputusasaan, menerima perlakuan yang salah terhadap mereka sebagai takdir. Segelintir mereka yang mencoba menyuarakan perlawanan terhadap penindasan dibuat frustrasi oleh kenyataan itu. Akibatnya, mereka berbalik melawan Islam dan menempuh cara-cara Barat atau menerima ideologi Sosialis. Kaum pria Muslim masih belum bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut dan masih terus memperlakukan kaum perempuan sebagai objek dan budak mereka.

 

Perlahan-lahan, kaum misionaris Kristen dan kelompok-kelompok Sosialis-Komunis di dunia Islam mengeksploitasi keputusasaan kaum Muslimah tersebut dan mengorganisir mereka untuk melawan Islam.

 

Kaum Muslimah gagal menyadari bahwa Islam membebaskan mereka, dan bahwa mereka tidak dapat memperbaiki duniamereka a tau berharap keselamatan di akhirat kecuali dengan memahami Islam dan hak-hak yang telah diberikan Islam kepada mereka, dan dengan menantang Islam versi kaum pria.

 

Bagaimana mungkin kaum perempuan dapat melihat Islam sebagai kekuatan pembebas ketika Islam sendiri ditunggangi oleh cara berpikir tribalis dan kauvanis kaum pria? Kaum pria ini telah menurunkan peran dan kedudukan kaum perempuan di masyarakat. Dalam karya-karya tafsir, kaum pria telah mengabaikan ajaran-ajaran Islam mengenai perempuan dan rrtemberikan penjelasan simplistik (yang menggambarkan kaum perempuan. sebagai kaum yang "lemah-pikir").

 

Rezim-rezim diktator, seperti Saudi, dan para ulama yang didanai mereka, sangat agresif mempertahankan penindaianterhadap kaum perempuan sampai ke tingkat yang maksimal dengan berlaku tidak jujur terhadap ajaran al-Qur'an. Orang-orang Saudi tampaknya khawatir bila kaum perempuan yang tererrtansipasikan akan dapat melahirkan generasi revolusioner yang akan menantang status quo, menantang eksploitasi atas Islam, menantang kediktatoran yang ada, serta menantang penindasan yang terus berlangsung di sana. Maka, merekalah yang membuat kaum perempuan Muslim menantang Islam.

 

Kaukab Siddique adalah salah seorang dari sedikit sekali penulis Muslim dan intelektual yang sudah banyak menulis dan berbicara tentang pembebasan kaum perempuan dan tentang hak-hak yang telah diberikan Allah kepada mereka. Ia melawan pengkhianatan para "ulama'' tradisional dan kauvanis (terhadap Islam). Ia berpandangan bahwa organisasi-organisasi dan media-media Islam yang sekarang ada tidak berhasrat atau tidak siap umuk memimpin perjuangan ini. Oleh sebab itu, diskusi-diskusi ekstensif pertama kali mendorong terbitnya majalah New Trend sebagai forum bagi kaum yang tertindas, sebagai media pemberi informasi dan pengubah sikap-sikap mereka. Penerbitan tersebut disusul dengan terbentuknya ]ama’at al-Musllimin, yang didirikan untuk mengkampanyekan dan mempraktikan kesetaraan kaum pria dan wanita dalam Islam, serta memberikan kesempatan kepada kaum Muslimah untuk berpartisipasi dalam gerakan Islam secara aktif dan setara dengan kaum pria. BaikNew Trend maupun jama'at al-Muslimfn sama-sama menghadapi perlawanan dan berbagai kesulitan. Kaum tradisional dan kauvinis mencoba menyusup ke dalam majalah dan organisasi tersebut untuk mengubah arah mereka ataupun melemahkan usaha-usaha mereka.

 

Dikutip dari Ali Siddiqui, dalam Pengantar Buku Menggugat Tuhan Yang Maskulin.

Berikut agar pembaca dapat mengulas lebih kami sertakan versi luring/offline pada link di bawah ini.

Menggugat Tuhan Yang Maskulin pdf

Memecah Kebisuan; Agama Mendengar Suara Perempuan Korban Kekerasan pdf

Seksualitas Perempuan dalam Tarikan Agamadan Tradisi Muslim pdf

Kajian Tentang Hukum dan Penghukumandalam Islam; Konsep Ideal Hudud dan praktiknya pdf

Dokumen Resmi Proses dan HasilKongres Ulama Perempuan Indonesia pdf

Bahasa Arab sebagai Akar Bias Gender dalam Wacana Islam pdf

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer