Pages

Selasa, 02 Juni 2020

Jawahir al-Kalamiyah: Kitab Tanya Jawab Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah


Pengarang Kitab Jawahirul Kalamiyah bernama Thohir bin Muhammad Sholih bin Ahmad bin Mahbub As-Sam'uny Al-Jaza'iry. Pada tahun 1263 H/ 1847 M ayahanda beliau hijrah ke Damaskus, kota penuh keilmuan dan kemuliaan, dan menjabat sebagai hakim –karena beliau adalah orang yang paling alim fiqh di Damaskus- serta menjadi Mufti di Syam (Syiria). Beliau lahir di kota Damaskus pada tahun 1852M.

Beliau belajar di beberapa madrasah di Damaskus, diantaranya Madrasah Al-Jaqmaqiyyah Al-I'dadiyyah, dan menjadi murid ustadz Abdurrahman Al-Bustany. Dari beliau Syaikh Thohir belajar bahasa Arab, Prancis, Turki dan ilmu-ilmu dasar lainnya. Kemudian beliau berguru kepada ulama yang pada masanya terkenal dengan kealimannya yaitu Syaikh Abdul Ghony Al-Ghonimy AlMidany. Beliau konsisten belajar kepadanya hingga sampai sang guru, Syaikh Abdul Ghony, wafat. Gurunya yang satu ini terkenal alim, arif, dan pengetahuannya yang luas, menguasai intisari-intisari syari'at beserta rahasia-rahasianya, jauh dari bid'ah, menuruti hawa nafsu, dan ambisi popularitas, dan selalu mengikuti ulama salafussholeh. Sifat-sifat gurunya inilah yang diwaris oleh beliau, sehingga mulai dari kecil beliau terkenal sebagai anak yang gemar akan ilmu agama dengan segala macamnya.

Kemudian beliau menjadi kepala madrasah AlDzohiriyyah di Damaskus, pada waktu itu pula beliau kenal dengan pejabat bernama Madhat Basya –yang beliau anggap  sebagai pejabat yang bisa dipercaya dan punya punya bakat dan semangat untuk membebaskan tanah Syiria dari tirani para penjajah-. Oleh karena itu, beliau bercerita kepadanya tentang penderitaan-penderitaan yang dialami oleh orangorang Syiria dan mengajaknya untuk membantu menolong mereka. Pejabat dan Syaikh Thohir mempunyai ide untuk membangkitkan semangat belajar dan mengajar, dan mereka berdua bersepakat bahwa perjuangan yang pertama adalah mengentaskan masyarakat dari kebodohan dimulai dengan mewajibkan adanya pengajaran ilmu sejak dini, pengumpulan dana yang diambil dari dermawan-dermawan muslim, dan mengalokasikannya pada tujuan-tujuan yang telah disepakati, dengan demikian hasil jerih payah akan segera dinikmati yaitu kebangkitan dan kemerdekaan.

Metode pembelajaran beliau menggunakan metode praktis yang lebih mudah untuk dipaham, seperti; mengajarkan pelajaran sesuai dengan porsinya, mendahulukan perincian materi sebelum dijelaskan secara global, materi yang panjang lebar dijadikan sebuah ringkasan supaya lebih mudah untuk dihafal dan lain-lain.

Langkah awal Syaikh Thohir Al-Jaza'iry adalah dengan mendirikan perpustakaan di berbagai daerah, diantaranya adalah perpustakaan Daarul Kutub Al Wathaniyyah Al-Dhohiriyyah –yang sekarang menjadi salah satu aset terbesar yang ada di Damaskus- di dalam perpustakaan-perpustakaan itu telah diisi dengan sisa-sisa buku atau manuskrip-manuskrip yang sebelumnya telah diwakafkan di beberapa universitas atau madrasah, karena dikhawatirkan akan dirusak oleh perang yang sangat mencekam dan kekuasan pemerintah yang sangat kejam pada waktu itu. Beliau juga mendirikan perpustakaan nasional di kota Al-Quds yang dinamakan Al-Maktabah Al-Kholidiyyah, karena beliau ingin membantu Aali AlKholidy (keluarga Kholid), yang di dalamnya dipenuhi dengan karya-karya Syaikh Roghib Al-Kholidy, dan juga manuskrip-manuskrip yang lain.

Syaikh Thohir Al-Jaza'iry sering mengajak umat muslim untuk mempelajari dan mendalami agamanya, dan selalu menjaga kemurniannya, kebiasannya yang baik, dan budi pekertinya yang mulia dan juga menghimbau umat agar mempelajari semua ilmu baik ilmu salaf atau ilmu umum apapun bentuknya.

Langkah-langkah dan gagasan beliau dalam mengobarkan semangat kebangkitan umat, beliau wujudkan dengan menjadikan umat sebagai rakyat anti penjajah, membekali umat dengan ilmu dan akhlak, menjaga dan melestarikan warisan ulama salafussholeh.

Masa hidup beliau dihabiskan untuk memberantas kebodohan, memerangi kefanatikan. Beliau juga sering menghimbau para pelajar agar tidak hanya belajar ilmu saja, namun juga belajar kerja, sering sekali beliau berkata: "Belajarlah kalian semua tentang ilmu dan jangan lupa juga belajar bekerja yang dengannya kamu bisa hidup, sehingga kamu tidak menggantungkan hidupmu kepada para pejabat/ penguasa, dan bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Sehingga ketika pemerintahan membutuhkanmu maka mengabdilah kepadanya dan bekerjalah kamu disitu dengan ketulusan dan ketetapan hati dengan niat ikhlas, demi umat.

Pada tahun 1919 M pemerintah Arab mengangkatnya sebagai Mudir Aam perpustakaan Daarul Kutub Al-Wathoniyyah Al-Dhohiriyyah dan menjadikannya sebagai salah satu anggota Al-Majma' AlIlmy Al-Araby, namun beliau hanya menjabat dalam kurun waktu kurang dari empat bulan, karena beliau terserang penyakit Asma dan akhirnya beliau wafat pada hari Senin, 5 Kanun al-Tsani 1920 M. Dan atas wasiatnya beliau dikebumikan di kaki gunung Qasiyun.

Syaikh Thohir Al-Jaza'iry telah meninggalkan banyak karya tulis yang menunjukkan kedalaman ilmu beliau dan pengetahuannya yang luas. Karya-karya beliau banyak yang telah dicetak, baik pada waktu beliau masih hidup atau sesudah wafat. Diantara karya beliau adalah Taujihun Nadhor Ila Ushuli al-Atsar merupakan karya beliau yang paling monumental dan spektakuler yang didalamnya terkandung pokok-pokok ilmu Ushul fiqh dan Mushtholah Hadits dan al-Jawahir al-Kalamiyyah fi Idhohi al-Aqidah al-Islamiyyah dalam bidang ilmu Tauhid, kitab yang terjemahannya ada di hadapan kita.

Dikutip dari pengantar Terjemah al-Jawahir al-Kalamiyah.    

Agar Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline) pdf pada link di bawah ini.

Kitab al-Jawahir al-Kalamiyah pdf

Terjemah al-Jawahir al-Kalamiyah pdf

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer