Pages

Rabu, 24 Maret 2021

Khittah dan Khidmah Nahdlatul Ulama

 

Sumber gambar: crcs.ugm.ac.id

MBN (Majma’ Buhuts an-Nahdliyyah) telah banyak sekali melakukan kegiatan silaturrahim dan kajian-kajian sosial yang bersifat aktual dengan berbagai macam bentuk forum di berbagai kabupaten dan Alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan. Memuaskan karena telah dapat menginspirasi Ittihadul Afham tentang dakwah dan ke-Indonesiaan. Alhamdulillah MBN juga telah banyak melakukan silaturrohmi lintas batas baik lintas budaya, politik, ekonomi dan lain-lain. Hasil-hasil pertemuan ini, telah dan Insya Allah akan disebarluaskan oleh MBN baik kepada warga NU maupun Pemerintah.

Selanjutnya kita dapat simak bersama bahwa awal misi Rasulullah dalam perkembangan dan pengembangan kehidupan manusia didapatkan melalui wahyu pertama yang unik yaitu اقراء dimana kalau kita perhatikan disitu ada perintah membaca tapi tidak ada objek yang harus dibaca (inilah keunikannya). Namun demikian secara umum bahwa aspek keilmuan dan amal kemanusiaan tidak melulu bersandar pada keunikan itu sendiri, terbukti Al-Qur’an memberikan motivasi untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan, ini dapat kita lihat lewat perintah maupun pernyataan  yang memancing kita untuk selalu mengadakan dialog misalnya dengan ungkapan apakah kamu tidak berpikir? Apakah kamu tidak melihat? Wahai orang-orang yang berakal dan sebagainya.

Ad-Diin sendiri dalam terjemahannya adalah

وضع الهي سائق لذوي العقول السليمة الى ما هو خير لهم فى دنياهم واخرتهم

“Ketentuan Ilahi yang mendorong siapa saja yang berakal sehat ke arah yang lebih baik dalam kehidupan dunia dan akhirat”.

Pengertian ini merupakan  kontribusi keilmuan dan dorongan yang menumbuhkan pemahaman bahwa apa saja yang kita ker jakan yang mempunyai tujuan menuju kehidupan yang lebih baik dunia akhirat maka secara langsung maupun tidak langsung menjadi bagian integral dari pengamalan ajaran Islam itu sendiri secara otomatis. Maka apa yang MBN lakukan sekarang ini bersama-sama dengan para aktifis NU dari berbagai kalangan termasuk juga pengamalan ajaran  Islam, Insya Allah.

Nahdlatul Ulama sendiri sebagai sebuah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan berkembang dan tumbuh dari  konsep dan misi li utammima makaarimal akhlak dan tafaqquh fid diin. Kedua konsep inilah yang menjadi ruh pendidikan pesantren selama berabad-abad. Nahdlatul Ulama lalu menjahit jama ah pesantren ini menjadi sebuah Jam’iyyah. Adalah kurang tepat apabila kedua konsep ini lalu diterjemahkan sebagai hanya memplejari hal-hal yang dianggap sebagai perwujudan murni agama sebab jika kita tarik ke pengertian الدين maka kita sebenarnya tidak mengenal istilah Agama dan Umum yang dikotomis. Ini merupakan politik Belanda yang menargetkan isolasi pesantren agar jauh dari pengertian kehidupan nyata.

Jika Nahdlatul Ulama dan pesantren berbicara dalam kehidupan nyata sekarang ini, maka mau tidak mau Nahdlatul Ulama dan pesantren harus mempunyai kemampuan mengkombinasikan sistem pengelolaan kemasyarakatannya. Dengan demikian pendidikan yang dilakukan untuk dan kepada masyarakat memiliki kemampuan memadupadankan antara yang salaf dan kholaf. Perpaduan konsep dan sistem ini sangat menguntungkan tetapi kita harus mampu melakukan dan memenuhinya dengan penuh, jangan setengah-setengah. Kita tidak boleh latah hanya sekedar ikut-ikutan saja dengan mengorbankan asas, tetapi kita harus persiapkan serius perangkat pendidikan masyarakat itu, antara lain sistem pendidikan, kurikulum, sarana prasarana, pendidik dan tenaga  kependidikan, dan tentu saja biaya.

Ada perbedaan antara pesantren dan Nahdlatul Ulama dengan lembaga lainnya, yaitu bahwa NU dan pesantren sangat menekankan aspek afektif dalam mendidik masyarakat, dengan demikian hal ini mampu mengembangkan pendidikan dan gerak organisasi sebagai perangkat psiko-motorik. Jangan  heran jika para santri dan anggota-anggota Nahdlatul Ulama di masa lalu mampu menempatkan Islam ala ahlis sunnah wal jamaah sebagai pemandu aktivitas.

Mari kita kembali pada sejarah, Nahdlatul Ulama dan pesan tren selama sekian puluh tahun lalu, benar-benar dapat menjawab tantangan zaman, dengan munculnya para Kyai dan tokoh-tokoh yang luar biasa. Kenapa? Konon ini karena muassis dan tokoh-tokohnya terdidik dan terlatih menjadi santri dan kader yang KHOLISON MUHLISON LIWAJ HILLAH. Sekarang ini apakah pesantren dan Nahdlatul Ulama masih juga bertujuan menjadikan masyarakat Tafaqquh Fiddin? Masihkah para aktifisnya di berbagai tingkatan dan kalangan menjaga dan menjadi contoh akhlakul karimah?

Memang para sesepuh kita dalam mengajarkan materi keilmuan kepada santri dan masyarakat tidaklah menggunakan apa yang disebut kurikulum atau membuat sarana prasana yang cukup memadahi, akan tetapi kekuatan Kiyai dalam memegang prinsip, mempertahankan tujuan atau asas berdirinya pesantren dan Nahdlatul Ulama sangat kuat sekali, sehingga meski ada peraturan atau pandangan sinis terhadap sistem pendidikan pesantren maupun Nahdlatul Ulama, Kyai dan masyarakat pendukungnya tidak goyah sama sekali.

Hal ini yang membuat Nahdlatul Ulama dan pesantren selama bertahun-tahun menjadi jangkar yang menjaga agar kapal besar bernama Bangsa Indonesia tetap kokoh ketika diamuk badai. Menjadi haluan yang menjaga arah dan tujuan kapal besar ini saat semua komponen dan badan kapal berderakderak maju dibawa angin jaman.  Ini adalah kekayaan NU yang luar biasa yang harus kita pertahankan. 

MBN mengajak dan mengingatkan kepada masyarakat utamanya dari pesantren maupun aktifis-aktifis Nahdlatul Ulama untuk berpikir bersama dalam menata umat agar jauh dari kesesatan. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga dan menata akhlak bangsa dalam rangka menjaga dan memperbaiki Indonesia.

Bersama-sama kita bisa melihat kembali, mengenali lebih dekat lalu menjadikannya pelajaran ialah: bagaimana cara para Walisongo dan pendahulu-pendahulu kita melakukan dakwahnya  yang  sangat santun dan tidak menyakiti fihak  lain. Dakwah yang mungkin secara pelan-pelan tetapi nyata dan berhasil. Kita bisa meniru jejak mereka dan membantu merubah Indonesia menjadi lebih baik. Syukur-syukur kita, NU, bisa menjadi garda depan perubahan ini.

Dikutip dari A. Muadz Thohir, Majma’ Buhuts an-Nahdliyyah dalam Khittah dan Khidmah NU.

Agar Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline) pdf pada link di bawah ini.

Khittah dan Khidmah NU pdf

1 komentar:

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer