Pages

Selasa, 13 September 2022

Islam dan Kebudayaan Melayu Nusantara: Genealogi dan Transformasi

Melayu

Budaya Melayu merupakan suatu entitas yang dinamis, sehingga diperlukan paradigma berpikir yang dinamis pula. Tanpa sudut pandang seperti ini, maka konsep Melayu itu tidak dapat dipahami secara holistik dan komprehensif. Saat ini, ada banyak definisi tentang Melayu itu sendiri. Seperti yang diutarakan oleh Prof. Zainal Kling dari Universitas Malaya, Malaysia. Menurutnya, Melayu merupakan kawasan geografis dunia yang meliputi seluruh wilayah masyarakat yang berbahasa rumpun Melayu di Asia Tenggara, terutama di kawasan kepulauan yang kini menjadi unit-unit geopolitiknya seperti; Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina, selatan Thailand, kelompok-kelompok masyarakat di Singapura, Vietnam, Kamboja, dan Taiwan. Pengertian ini didasarkan pada corak kemiripan bahasa, karena bahasa merupakan satu-satunya bukti sejarah yang masih tersisa dan dapat membuktikan benar atau tidaknya suatu kawasan yang ditempati oleh kelompok-kelompok rumpun Melayu tersebut. (dikutip dari seminar budaya melayu :2010)

Salah satu ciri kebudayaan Melayu adalah sifatnya yang inklusif. Inklusivisme merupakan karakter dasar orang-orang Melayu. Tempat hidup orang-orang Melayu yang berada di pinggir laut dan sungai, memungkinkan mereka bersentuhan dengan orang-orang dari seluruh penjuru dunia. Masyarakat Melayu menyerap secara aktif kebudayaan-kebudayaan yang datang dari luar. Akhirnya, Melayu dapat membangun kebudayaan yang unggul dalam berbagai segi kebudayaan. Demikian menurut Mahyudin alMudra dari “Pemangku Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Yogyakarta” dalam salah satu makalahnya.

 

Fakta historis menunjukkan bahwa kebudayaan Melayu merupakan “buah” dari hasil pertemuan antara Melayu dengan kebudayaan-kebudayaan lain yang mendatangi kawasan Melayu. Sebelum kedatangan kebudayaan luar, masyarakat Melayu telah menganut sistem kepercayaan animisme dan dinamisme, sistem bercocok tanam, dan mampu membuat peralatan dari logam. Kebudayaan Melayu yang sudah terbentuk tersebut kemudian diperkarya oleh kedatangan kebudayaan besar dunia, yang terdiri dari empat fase, yaitu: kebudayaan India, kebudayaan China, kebudayaan Arab (Timur Tengah), dan kebudayaan Barat. Pertemuan kebudayaan ini dapat berlangsung dengan damai ataupun dengan ketegangan.


Fase pertama adalah pertemuan kebudayaan Melayu dengan kebudayaan India. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan agama Hindu-Buddha, sistem pemujaan yang semakin solid, sistem kerajaan, dan bahasa yang berkembang di dunia Melayu. Fase kedua adalah pertemuan kebudayaan Melayu dengan kebudayaan China, yang dapat dilhat akan pengaruh Konfusianismenya, perdagangan, kerajinan, dan kesenian dalam masyarakat Melayu. Fase ketiga ditandai dengan pertemuan kebudayaan Melayu dengan kebudayaan Asia Barat (Timur Tengah atau Arab) yang berupa agama Islam, sistem kesultanan, baca-tulis, sistem pendidikan, arsitektur, dan sebagainya. Terakhir, fase keempat adalah pertemuan kebudayaan Melayu dengan kebudayaan Barat, seperti: perkembangan agama Kristen-Katholik, sistem pemerintahan, sistem pendidikan, busana, dan arsitektur.

 

Diantara persentuhan budaya-budaya tersebut kebudayaan dari Asia Barat (Arab) yang berupa agama Islam, merupakan kebudayaan yang paling banyak berpengaruh dan paling dominan. Begitu kuat dan dominannya pengaruh Islam terhadap kebudayaan Melayu tersebut, maka beberapa sarjana mengambil kesimpulan bahwa “Dunia Melayu Dunia Islam”.

 

Secara kultural, sintesa kebudayaan Melayu dan Islam dapat lihat dalam ungkapan “Adat bersendi syarak, syarak bersendikan Kitabullah”, ungkapan ini biasa dijumpai di daerah-daerah, seperti: Aceh, Minangkabau, Riau, Jambi, Palembang, Banjar, Bugis, Gorontalo, Ternate, dan sebagainya. Bagi mereka, menjadi Melayu adalah menjadi Islam. Sebaliknya, mereka yang keluar dari Islam, sekaligus adalah keluar dari Melayu (Lihat: Mochtar Naim, 2011: 1).

 

Dikutip dari Sinopsis buku “Islam dan Kebudayaan Melayu Nusantara”.

 

Agar Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline) pdf pada link di bawah ini.

Islam dan Kebudayaan Melayu Nusantara pdf

Ulama, Politik dan Narasi Kebangsaan; Fragmentasi Otoritas Keagamaan di Kota-kota Indonesia 1

Ulama, Politik dan Narasi Kebangsaan; Fragmentasi Otoritas Keagamaan di Kota-kota Indonesia 2

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer