Sumber gambar: islami.co |
Media
sosial menjadi wahana yang memfasilitasi penciptaan atau pertukaran informasi,
ide, minat karier, dan bentuk ekspresi lainnya melalui komunitas dan jaringan
virtual (Kietzmann dkk., 2011; Obar & Wildman., 2015). Penggunaannya terus
mengalami peningkatan dalam kehidupan keseharian masyarakat. Data menunjukkan
bahwa 60% penduduk dunia merupakan pengguna aktif media sosial (Kemp, 2020a).
Di Indonesia, laporan Datareportal per Januari 2020 menunjukan bahwa pengguna
aktif media sosial di Indonesia berjumlah 160 juta dengan persentase penetrasi
sebesar 59% (Kemp, 2020b).
Saat ini media sosial telah menjadi sumber informasi
yang populer untuk mengetahui kabar apapun. Baik yang sifatnya ringan maupun
penting dan serius, termasuk di dalamnya adalah informasi terkait agama.
Naiknya penggunaan media sosial untuk komunikasi keagamaan pun mempengaruhi
cara orang beragama. Beberapa studi menunjukan bahwa berbagai macam praktik
keagamaan mulai dari berderma hingga kegiatan-kegiatan virtual yang diyakini
mampu memperkuat keimanan dan keyakinan semakin mudah dijumpai (Laney, 2005).
Hal ini menjadi mungkin karena sifat media sosial yang ekspresif, sehingga ia
bisa digunakan untuk memberi dan menerima dukungan spiritual, mengekpresikan
keyakinan seseorang, menginformasikan kepada orang lain terkait praktek/ritual,
aktivitas, bahkan pemahaman keagamaan. Media sosial juga menjadi media untuk
memperoleh panduan spiritual dan rujukan primer dalam beragama, dan secara
bersamaan menawarkan hiburan bagi para penggunanya. Oleh karena itu, media
sosial menyediakan jalan untuk memenuhi kebutuhan dan gairah keagamaan yang
bisa diekspresikan dan dipenuhi secara online (Brubaker & Haigh, 2017).
Para penganut agama bahkan memiliki keleluasaan dalam
memilih pola-pola pengkonsumsian agama secara online. Mereka bisa memilih
berbagai situasi virtual sesuai seleranya, baik yang mampu menghadirkan suasana
nyaman dalam berdiskusi di komunitas virtual relijius (Mandaville & Karim,
2003), yang bisa memunculkan ruang berdoa bersama secara online sebagai bentuk
kesalehan yang baru (Cheong, 2011, 2014), atau bisa saja menjadi alternatif di
tengah kejenuhan narasi dakwah yang direproduksi oleh otoritas keagamaan
tradisional (Campbell, 2007). Tapi ada juga yang memanfaatkan media sosial
untuk saling hujat antar masyarakat beragama––yang ternyata kerap didukung oleh
para pemegang otoritas keagamaan bercorak fundamentalis di dunia maya (van Zoonen,
Liesbet, Farida Vis, 2013).
Media sosial juga digunakan untuk mentransmisi paham dan
ideologi keagamaan yang terjadi di tengah fenomena keagamaan online misalnya,
untuk menyebarkan pemahaman konservatif (Lim, 2017; Sebastian & Nubowo,
2019), fundamentalisme beragama (Barzilai-Nahon & Barzilai, 2005; Howard,
2010), radikalisme, islamisme, hingga ekstremisme (Bräuchler, 2003, 2004;
O’Hara & Stevens, 2015). Bahkan pada tingkat yang ekstrim, kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi ini membantu kelompok terorisme untuk
mengembangkan jaringannya dan memobilisasi individu-individu agar melakukan
berbagai tindakan teror baik online maupun offline (Jurriens & Tapsell,
2017). Studi lainnya yang dilakukan oleh Weng (2018) terkait media sosial dan
propagasi Islam, juga menjelaskan bagaimana aktivitas dakwah seorang tokoh HTI
(Hizbut Tahrir Indonesia), Felix Siauw, yang secara kreatif menggunakan media
sosial dan gambar visual untuk menyebarkan ideologi HTI di kalangan pemuda
Muslim Indonesia.
Meskipun telah ada beberapa studi yang dilakukan terkait
internet dan penyebaran pemahaman keagamaan di dunia maya, ada beberapa
kelemahan dari studi-studi tersebut. Pertama, studi-studi yang ada cenderung
membatasi pada satu tokoh atau satu organsisasi saja sehingga sulit untuk
memahami kecenderungan umum paham keagamaan yang berkembang di dunia maya.
Kedua, secara metodologi belum banyak studi yang menggunakan big data untuk
analisis konten dan jaringan sosial dalam penyebaran pemahaman keagamaan di
media sosial. Ketiga, belum banyak studi yang mencoba mengeksplorasi secara
komprehensif hubungan antara konteks sosial politik dan perkembangan narasi
keagamaan di dunia maya. Oleh karena itu, untuk mengisi kekosongan dalam
literatur, penelitian ini bermaksud untuk menganalisa paham dan narasi
keagamaan yang berkembang di media sosial, menganalisa jaringan sosial untuk
melihat persebaran paham kegamaan online dan menganalisa pengaruh konteks
sosial politik bagi perkembangan dan perubahan narasi keagamaan di dunia maya.
Dikutip dari MERIT REPORT INDONESIA PPIM UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Agar Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam,
kami lampirkan versi luring (offline) pdf pada link di bawah ini.
MERIT REPORT: Beragama di Dunia Maya; Media Sosial dan
Pandangan Keagamaan di Indonesia 2020 pdf
Digital Indonesia Februari 2022 pdf
Dialektika Keilmuan Ushuluddin: Epistemologi, Diskursus dan Praksis pdf
Scriptual Polemics: The Quran and Other Religions Mun’im
Sirry pdf
Sejarah Indonesia Modern M.C. Ricklefs pdf
0 komentar:
Posting Komentar