Setelah runtuhnya kekhalifahan Turki
Utsmani pada tahun 1924, pasca perang dunia pertama, hampir semua negara Arab
jatuh ke tangan penjajah Barat. Umat Islam pun mulai tercabik-cabik oleh
kekuatan imperialisme Barat. Dalam kondisi dunia Islam seperti itulah, seorang
pemuda bernama Hasan bersama beberapa orang sahabatnya mendirikan cikal bakal
gerakan “Ikhwanul Muslimun”.
Hasan
Al-Banna lahir di Al-Mahmudiyah, sebuah kota kecil di Mesir, pada 14 Oktober
1906. Ayah beliau, Ahmad Abdurahman As-Sa’ati, bekerja sebagai tukang arloji
tetapi juga merupakan ulama terkenal karena karya besarnya Fathur Rabbani dan
Bulughul Amani. Ini kitab besar yang memberi penjelasan tentang musnad Imam
Ahmad yang mencakup ribuan hadits.
Hasan
kecil mendapat pendidikan awal melalui kedua orangtuanya. Ruh Alquran telah
tertanam dalam jiwanya sejak kecil. Sehingga keberanian untuk menyampaikan
sesuatu yang hak dan mencegah hal yang munkar telah tumbuh semenjak remajanya.
Di usianya yang masih remaja, Hasan telah menunjukkan kepiawaiannya dalam
memimpin dan berorganisasi. Bersama beberapa kawan sekolahnya, ia mendirikan
perkumpulan “Akhlaq Adabiyyah” yang tujuannya bagaimana menjaga akhlak dan adab
yang baik.
Aktivitas
mereka, yaitu saling menasihati di antara sesama anggota untuk berakhlak mulia,
di samping menghimpun dana bagi kaum fakir miskin. Setelah menyelesaikan
pendidikan menengahnya, Pemuda Hasan melanjutkan sekolahnya di Perguruan Darul
Ulum Kairo selama empat tahun
Sesudah lulus, ia ditugaskan mengajar
sekolah dasar di Ismailiyyah. Di kota kecil inilah Hasan membangun gerakan
dakwah IM. Gerakan Ikhwan memulai kiprahnya, semenjak Maret 1928. Tujuan
gerakan IM, sebagaimana dikemukakan Hasan Al-Banna adalah menyampaikan risalah
Islam secara benar dan jelas kepada seluruh manusia pada umumnya dan kaum
muslim khususnya. Al-Ikhwan berupaya menyatukan hati umat muslim dengan
landasan yang satu, yaitu Islam.
Selain
itu, mereka ingin membebaskan negeri-negeri muslimin dari kungkungan kaum
penjajah. Mereka juga berupaya sekuat tenaga menegakkan negara yang
merealisasikan hukum-hukum Islam di tengah rakyatnya, serta mampu menyampaikan
misi dan risalah Islam ke luar negeri.
Pada
awalnya, gerakan dakwah Al-Banna dan Ikhwannya sama seperti gerakan lainnya,
yakni lebih terfokus pada pembinaan masyarakat untuk kembali kepada Islam
melalui mimbar mesjid dan sarana dakwah lainnya. Tapi gerakan Ikhwan mempunyai
keunikan tersendiri. Dakwah yang mereka lakukan tidak hanya kokoh di mesjid-mesjid,
tetapi melebar ke tempat-tempat umum, seperti sekolah-sekolah, pasar-pasar,
pabrik-pabrik, kantor-kantor bahkan di warung kopi (maqha) tempat berkumpulnya
orang-orang untuk melepas kepenatan.
Nama
Al-Banna yang melekat pada Hasan adalah pemberian sahabat-sahabatnya disebabkan
keutamaan pribadi beliau sebagai muassis dan pembangun jamaah dakwah. Nama
gerakan Al-Ikhwanul Muslimun lahir begitu saja. Ketika Imam Hasan Al-Banna
ditanya oleh para sahabatnya tentang nama gerakannya, beliau menjawab “Kita semua
adalah Umat Islam dan Umat Islam itu pada hakikatnya bersaudara, jadi kita
adalah “Al-Ikhwanul Muslimun (Persaudaraan Islam)”.
Sejak
saat itu, pengikut Hasan Al-Banna menamakan Al-Ikhwanul Muslimun bagi
organisasi mereka. Mereka tidak membangga-banggakan nama kelompoknya ini karena
tujuan mereka adalah mengajak kepada Islam. Imam Hasan Al-Banna sendiri pernah
berkata, “Kam minna wa laisa fiina wa kam fiina wa laisa minna” (Berapa banyak
orang dari kita tetapi tidak bersama kita dan berapa banyak orang yang bersama
kita, tetapi belum termasuk golongan kita). Hasan Al-Banna sendiri sangat
mengutamakan kesatuan Umat. Beliau selalu berpesan pada pengikutnya agar
berpegang pada prinsip, “Nata’awan fimaa ittaqnaa, wanataa’dzar fimaa
ikhtalafnaa” (Kita bekerja sama pada hal yang kita sepakati dan bertoleransi
terhadap hal-hal yang kita berbeda)
Sumber: Kubral
harakatul Islamiyah-Dr. Muhammad Said Wakil; Ahdats Shanaat Tarikh-Mahmud Abdul
Halim; Kafilah Al Ikhwan Al Muslimin-Abbas As Sisi.
Dikutip
dari islampos.com
0 komentar:
Posting Komentar