Pages

Minggu, 19 Mei 2019

Sistem Pendidikan Ikhwanul Muslimin


Andaikan bumi yang terhampar beku disiram hujan lalu bergoncang, hidup dan menumbuhkan tanaman yang subur. Begitulah keadaan umat Islam di pertengahan abad 14 H, sebelum tampil gerakan ikhwanul muslimin, di mana kepemimpinannya diporak-porandakan, sehingga mereka bertekuk lutut kepada penjajah Inggris, Perancis dan lain-lain. Pada waktu itu bangsa Belanda yang penduduknya tidak lebih dari setengah juta, ternyata mampu menguasai lebih kurang seratus juta kaum muslimin Indonesia. Betapa nistanya nasib yang menimpa umat yang bernaung di bawah panji akidah Islamiyyah, Hukum Islam disingkirkan, Al Qur’an diabaikan dari kehidupan kaum muslimin, khususnya kalangan terpelajar dikuasai oleh hukum dan tradisi barat (westernisasi).

Hal ini merupakan impact daripada hegemoni kolonial terhadap situasi umat Islam yang sedang mengalami krisis pendidikan dan pembinaan. Muncullah generasi baru menyandang predikat muslim, tetapi berwatak Eropa.

Kehancuran yang merupakan akibat penjajahan ini bertaut pula dengan sisi-sisi zaman kemunduran Islam, sehingga dunianya semakin kumal dan sakitnya semakin parah.

Akan tetapi ternyata Allah menghendaki terjadinya regenerasi dan reinkarnasi spirit Islam ke dalam jiwa penganutnya. Kalangan Islam dan keagungannya dipeliharanya melalui pemeliharaan Al Qur’an. Hasan Al Banna datang untuk menjadi pemimpin gerakan Ikhwanul Muslimin, yang sampai sekarang sudah berusia 50 tahun. Gerakan ini berhasil menunjukkan jejak dan peninggalan-peninggalannya yang meliputi semua lapangan, baik di dunia Islam maupun dunia luar.

Buku ini ditulis tidak untuk mengisahkan gerakan Ikhwanul Muslimin, dan bukan pula untuk menerangkan pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat Mesir, Arabia, dan masyarakat Islam pada umumnya. Sebab menerangkan kedua hal ini merupakan pekerjaan yang cukup berat, sehingga tak mungkin dilakukan hanya seorang, betapa pun mampu dan tersedianya data. Menerangkan kedua hal tersebut adalah tugas jamaah Ikhwanul Muslimin sendiri, suatu tugas yang tak boleh dilalaikan. Pukulan-pukulan yang mengenai jamaah di setiap masa kiranya janganlah dijadikan alasan untuk kelalaian dimaksud.

Buku ini hanya akan berkenaan dengan suatu segi saja dari beberapa segi gerakan yang besar itu, yakni segi pendidikannya. Di sini akan diterangkan bagaimana pemahaman Ikhwanul Muslimin terhadap pendidikan Islam dengan bercerminkan pada praktek-praktek yang dilakukannya sendiri. Berkenaan dengan segi ini pun kami tidak berambisi besar untuk mengungkapkannya  secara lengkap dan tuntas. Sebaliknya hanya akan memancang tonggak-tonggaknya saja, hanya ingin memberikan selayang pandang penjelasan tentang konsep pendidikannya berikut kesungguhan mempraktekkan, dengan mana tercipta sebuah kenyataan hidup dan tercermin dalam diri manusia-manusianya yang dinamis.

Bagi penelaan dan pengamat yang budiman adalah tidak asing lagi jika dikatakan pada tahapan awal gerakan Ikhwanul Muslimin ini merupakan proyek percontohan pendidikan Islam sebenarnya, kepentingannya adalah membentuk generasi baru yang memahami Islam secara tepat, meyakinkannya demikian mendalam, merealisasikannya dalam kehidupan pribadi dan keluarga, memperjuangkannya, melaksanakan syariat Islam dan mempersatukan seluruh umatnya.

Rahasia kesuksesan gerakan Ikhwanul Muslimin sebagai berikut.
1.    Keyakinan yang kuat
Bahwa pendidikan merupakan jalan tunggal bagi upaya merubah masyarakat, dan membina karakter guna mewujudkan cita-cita Imam Hasan Al Banna sendiri menyadari se dalam-dalamnya kesulitan dan rintangan yang harus dilalui, hal inilah yang menyebabkan sedikitnya orang tangguh untuk mencobanya, yakni hanya orang yang bercita-cita tinggi saja. Akan tetapi karena pendidikan satu-satunya jalan, maka tak ada pilihan lain dan tidak boleh tidak harus dilaksanakan. Bukankah Nabi Muhammad saw. sendiri menyelenggarakan pendidikan, sehingga terbentuk generasi yang menjadi suri tauladan dan belum ada tolak bandingannya. Merekalah yang kemudian mendidik masyarakat, menuntun ke jalan yang benar dan baik.
2.    Program pendidikan yang mempunyai tujuan, langkah-langkah dan sumber-sumber yang jelas, komprehensif, kaya akan metode, didasari falsafah yang jelas ditimba dari Islam, bukan dari ajaran lainnya.
3.    Adanya situasi masyarakat yang positif, ciptaan jamaah Ikhwanul Muslimin sendiri.
Sebenarnya adalah kesadaran akan keharusan setiap muslim membantu saudaranya untuk dapat hidup secara Islam. Caranya antara lain dengan memotivasi, tuntunan, saling isi mengisi di bidang pengetahuan, saling bahu membahu di dalam karya. Manusia tentulah lemah dalam kesendiriannya, akan kuat dalam kebersamaan, yang merupakan kekuatan untuk mewujudkan kebaikan, untuk menghalau kejahatan dan kemaksiatan.
4.    Adanya pemimpin yang bersih, menghayati tugas dan memiliki kemampuan.
Ia dikaruniai Allah swt. kekuatan imam yang mendalam luar biasa, sehingga mampu mempengaruhi setiap pendengarnya. Dari pancaran iman ini dialirkan ke dalam hati orang-orang sekelilingnya. Memang orang yang berkalbu hidup akan dapat mengesankan seruannya kepada pendengar dan penggemarnya. Sebaliknya orang yang berhati beku, tentulah tak dapat menghidupkan hati orang lain. Ibu yang tidur tidaklah sama dengan ibu yang menidurkan bayinya.
5.    Adanya tenaga pendidik yang tulus, tahan uji dan terpercaya.
Mereka meyakini tepatnya langkah-langkah yang diambil oleh pemimpinnya keyakinan inilah yang membuatnya bertekad bulat untuk mensukseskan setiap usaha. Ternyata hal ini dijiwai dan diteruskan oleh generasi berikutny, begitulah seterusnya.
Pendidik yang dimaksud di sini bukan alumnus Fakultas Pendidikan, tidak menyandang predikat master ataupun doktor, melainkan insan-insan yang memiliki kualitas iman yang tinggi, jiwa yang tangguh, jernih, keras keinginan, lapang dada dan berkemampuan mengesankan orang lain.
6.    Bentuk kegiatan yang fleksibel dan bervariasi.
Yakni kegiatan-kegiatan yang individual dan sosial, teoritis dan praktis, pemikiran dan perasaan, positif dan negatif. Ada yang mengambil bentuk khutbah, ceramah dan diskusi kelompok. Ada lagi yang dialog dengan diri sendiri, semboyan-semboyan, deklamasi, dan nyanyian-nyanyian yang mengesankan. Ada pertemuan bergilir dari rumah ke rumah denga para anggota yang terseleksi dan acara pengajian Al Qur’an , telaah kebudayaan, ibadah, dan ramah-tamah. Kelompok-kelompok ini dinamai “USROH” (Keluarga). Sengaja dinamai demikian untuk menanamkan rasa akrab dan saling mencintai sesama anggota. Usroh ini diperluas menjadi rayon-rayon. Rayon inilah yang kemudian dinamai “QUTAIBAH” (regu) untuk mengingatkan dan menyadarkan arti akan perjuangan.

Pendidikan harus konsisten dengan tujuannya, apapun namanya. Tidak hanya pendidikan untuk manusia, melainkan juga hewan. Suatu pendidikan untuk menciptakan manusia-manusia eksistensialis , lain dengan pendidikan yang bertujuan menciptakan manusia-manusia yang borjuis atau kapitalis. Semuanya itu lain pula dengan yang bertujuan menciptakan insan-insan muslim. Pendidikan Islam yang ditujukan untuk terciptanya manusia yang insan kamil, berbeda dengan pendidikan yang bertujuan menciptakan manusia-manusia terampil. Pendidikan Islam yang diselenggarakan masyarakat yang konsisten dengan Al Qur’an, tentu saja beda dengan yang diselenggarakan masyarakat yang di dalamnya kejahiliaan berkembang ganti berganti dengan keislaman, di dalamnya berbaur kekufuran dan keimanan. Kedua ide itu saling berebut pengaruh.

Memang, pendidikan yang hanya bertujuan terciptanya muslim-muslim yang berpuas diri dengan shalat, puasa, doa, dzikir, dan hanya pandai menyesali nasib dan mengeluh, tidaklah sama dengan pendidikan-pendidikan Islam yang bercita-cita ingin terciptanya muslim-muslim yang penuh gairah, kalbunya merasakan apa yang dirasakan oleh kaumnya. Kegairahan itu diubah sedemikian rupa menjadi motivasi sehat untuk bekerja dan mendorong mengupayakan perubahan.

Muslim yang kategori terakhir inilah yang diidam-idamkan oleh umat. Ia seakan bah cahaya dalam kegelapan. Inilah risalah abadi, menjangkau semua umat dan meliputi semua bidang, kata Hasan Al Banna. Terciptanya muslim-muslim yang kategori terakhir inilah yang menjadi tujuan utama pendidikan Ikhwanul Muslimin.

Berikut kami sertakan link pdf buku Sistem Pendidikan Ikhwanul Muslimin di bawah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer