Andaikan
bumi yang terhampar beku disiram hujan lalu bergoncang, hidup dan menumbuhkan
tanaman yang subur. Begitulah keadaan umat Islam di pertengahan abad 14 H,
sebelum tampil gerakan ikhwanul muslimin, di mana kepemimpinannya
diporak-porandakan, sehingga mereka bertekuk lutut kepada penjajah Inggris,
Perancis dan lain-lain. Pada waktu itu bangsa Belanda yang penduduknya tidak
lebih dari setengah juta, ternyata mampu menguasai lebih kurang seratus juta
kaum muslimin Indonesia. Betapa nistanya nasib yang menimpa umat yang bernaung
di bawah panji akidah Islamiyyah, Hukum Islam disingkirkan, Al Qur’an diabaikan
dari kehidupan kaum muslimin, khususnya kalangan terpelajar dikuasai oleh hukum
dan tradisi barat (westernisasi).
Hal
ini merupakan impact daripada hegemoni kolonial terhadap situasi umat
Islam yang sedang mengalami krisis pendidikan dan pembinaan. Muncullah generasi
baru menyandang predikat muslim, tetapi berwatak Eropa.
Kehancuran
yang merupakan akibat penjajahan ini bertaut pula dengan sisi-sisi zaman
kemunduran Islam, sehingga dunianya semakin kumal dan sakitnya semakin parah.
Akan
tetapi ternyata Allah menghendaki terjadinya regenerasi dan reinkarnasi spirit
Islam ke dalam jiwa penganutnya. Kalangan Islam dan keagungannya dipeliharanya
melalui pemeliharaan Al Qur’an. Hasan Al Banna datang untuk menjadi pemimpin
gerakan Ikhwanul Muslimin, yang sampai sekarang sudah berusia 50 tahun. Gerakan
ini berhasil menunjukkan jejak dan peninggalan-peninggalannya yang meliputi
semua lapangan, baik di dunia Islam maupun dunia luar.
Buku
ini ditulis tidak untuk mengisahkan gerakan Ikhwanul Muslimin, dan bukan pula
untuk menerangkan pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat Mesir, Arabia, dan
masyarakat Islam pada umumnya. Sebab menerangkan kedua hal ini merupakan pekerjaan
yang cukup berat, sehingga tak mungkin dilakukan hanya seorang, betapa pun
mampu dan tersedianya data. Menerangkan kedua hal tersebut adalah tugas jamaah
Ikhwanul Muslimin sendiri, suatu tugas yang tak boleh dilalaikan.
Pukulan-pukulan yang mengenai jamaah di setiap masa kiranya janganlah dijadikan
alasan untuk kelalaian dimaksud.
Buku
ini hanya akan berkenaan dengan suatu segi saja dari beberapa segi gerakan yang
besar itu, yakni segi pendidikannya. Di sini akan diterangkan bagaimana
pemahaman Ikhwanul Muslimin terhadap pendidikan Islam dengan bercerminkan pada
praktek-praktek yang dilakukannya sendiri. Berkenaan dengan segi ini pun kami
tidak berambisi besar untuk mengungkapkannya
secara lengkap dan tuntas. Sebaliknya hanya akan memancang tonggak-tonggaknya
saja, hanya ingin memberikan selayang pandang penjelasan tentang konsep
pendidikannya berikut kesungguhan mempraktekkan, dengan mana tercipta sebuah
kenyataan hidup dan tercermin dalam diri manusia-manusianya yang dinamis.
Bagi
penelaan dan pengamat yang budiman adalah tidak asing lagi jika dikatakan pada
tahapan awal gerakan Ikhwanul Muslimin ini merupakan proyek percontohan
pendidikan Islam sebenarnya, kepentingannya adalah membentuk generasi baru yang
memahami Islam secara tepat, meyakinkannya demikian mendalam, merealisasikannya
dalam kehidupan pribadi dan keluarga, memperjuangkannya, melaksanakan syariat
Islam dan mempersatukan seluruh umatnya.
Rahasia
kesuksesan gerakan Ikhwanul Muslimin sebagai berikut.
1. Keyakinan
yang kuat
Bahwa pendidikan merupakan
jalan tunggal bagi upaya merubah masyarakat, dan membina karakter guna
mewujudkan cita-cita Imam Hasan Al Banna sendiri menyadari se dalam-dalamnya
kesulitan dan rintangan yang harus dilalui, hal inilah yang menyebabkan
sedikitnya orang tangguh untuk mencobanya, yakni hanya orang yang bercita-cita
tinggi saja. Akan tetapi karena pendidikan satu-satunya jalan, maka tak ada
pilihan lain dan tidak boleh tidak harus dilaksanakan. Bukankah Nabi Muhammad
saw. sendiri menyelenggarakan pendidikan, sehingga terbentuk generasi yang
menjadi suri tauladan dan belum ada tolak bandingannya. Merekalah yang kemudian
mendidik masyarakat, menuntun ke jalan yang benar dan baik.
2. Program
pendidikan yang mempunyai tujuan, langkah-langkah dan sumber-sumber yang jelas,
komprehensif, kaya akan metode, didasari falsafah yang jelas ditimba dari
Islam, bukan dari ajaran lainnya.
3. Adanya
situasi masyarakat yang positif, ciptaan jamaah Ikhwanul Muslimin sendiri.
Sebenarnya adalah kesadaran
akan keharusan setiap muslim membantu saudaranya untuk dapat hidup secara
Islam. Caranya antara lain dengan memotivasi, tuntunan, saling isi mengisi di
bidang pengetahuan, saling bahu membahu di dalam karya. Manusia tentulah lemah
dalam kesendiriannya, akan kuat dalam kebersamaan, yang merupakan kekuatan
untuk mewujudkan kebaikan, untuk menghalau kejahatan dan kemaksiatan.
4. Adanya
pemimpin yang bersih, menghayati tugas dan memiliki kemampuan.
Ia dikaruniai Allah swt.
kekuatan imam yang mendalam luar biasa, sehingga mampu mempengaruhi setiap
pendengarnya. Dari pancaran iman ini dialirkan ke dalam hati orang-orang
sekelilingnya. Memang orang yang berkalbu hidup akan dapat mengesankan
seruannya kepada pendengar dan penggemarnya. Sebaliknya orang yang berhati
beku, tentulah tak dapat menghidupkan hati orang lain. Ibu yang tidur tidaklah
sama dengan ibu yang menidurkan bayinya.
5. Adanya
tenaga pendidik yang tulus, tahan uji dan terpercaya.
Mereka meyakini tepatnya
langkah-langkah yang diambil oleh pemimpinnya keyakinan inilah yang membuatnya
bertekad bulat untuk mensukseskan setiap usaha. Ternyata hal ini dijiwai dan
diteruskan oleh generasi berikutny, begitulah seterusnya.
Pendidik yang dimaksud di
sini bukan alumnus Fakultas Pendidikan, tidak menyandang predikat master
ataupun doktor, melainkan insan-insan yang memiliki kualitas iman yang tinggi,
jiwa yang tangguh, jernih, keras keinginan, lapang dada dan berkemampuan
mengesankan orang lain.
6. Bentuk
kegiatan yang fleksibel dan bervariasi.
Yakni kegiatan-kegiatan yang individual
dan sosial, teoritis dan praktis, pemikiran dan perasaan, positif dan negatif.
Ada yang mengambil bentuk khutbah, ceramah dan diskusi kelompok. Ada lagi yang
dialog dengan diri sendiri, semboyan-semboyan, deklamasi, dan nyanyian-nyanyian
yang mengesankan. Ada pertemuan bergilir dari rumah ke rumah denga para anggota
yang terseleksi dan acara pengajian Al Qur’an , telaah kebudayaan, ibadah, dan
ramah-tamah. Kelompok-kelompok ini dinamai “USROH” (Keluarga). Sengaja dinamai
demikian untuk menanamkan rasa akrab dan saling mencintai sesama anggota. Usroh
ini diperluas menjadi rayon-rayon. Rayon inilah yang kemudian dinamai
“QUTAIBAH” (regu) untuk mengingatkan dan menyadarkan arti akan perjuangan.
Pendidikan
harus konsisten dengan tujuannya, apapun namanya. Tidak hanya pendidikan untuk
manusia, melainkan juga hewan. Suatu pendidikan untuk menciptakan
manusia-manusia eksistensialis , lain dengan pendidikan yang bertujuan
menciptakan manusia-manusia yang borjuis atau kapitalis. Semuanya itu lain pula
dengan yang bertujuan menciptakan insan-insan muslim. Pendidikan Islam yang
ditujukan untuk terciptanya manusia yang insan kamil, berbeda dengan pendidikan
yang bertujuan menciptakan manusia-manusia terampil. Pendidikan Islam yang
diselenggarakan masyarakat yang konsisten dengan Al Qur’an, tentu saja beda
dengan yang diselenggarakan masyarakat yang di dalamnya kejahiliaan berkembang
ganti berganti dengan keislaman, di dalamnya berbaur kekufuran dan keimanan.
Kedua ide itu saling berebut pengaruh.
Memang,
pendidikan yang hanya bertujuan terciptanya muslim-muslim yang berpuas diri
dengan shalat, puasa, doa, dzikir, dan hanya pandai menyesali nasib dan
mengeluh, tidaklah sama dengan pendidikan-pendidikan Islam yang bercita-cita
ingin terciptanya muslim-muslim yang penuh gairah, kalbunya merasakan apa yang
dirasakan oleh kaumnya. Kegairahan itu diubah sedemikian rupa menjadi motivasi
sehat untuk bekerja dan mendorong mengupayakan perubahan.
Muslim
yang kategori terakhir inilah yang diidam-idamkan oleh umat. Ia seakan bah
cahaya dalam kegelapan. Inilah risalah abadi, menjangkau semua umat dan
meliputi semua bidang, kata Hasan Al Banna. Terciptanya muslim-muslim yang
kategori terakhir inilah yang menjadi tujuan utama pendidikan Ikhwanul
Muslimin.
Berikut
kami sertakan link pdf buku Sistem Pendidikan Ikhwanul Muslimin di bawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar