Pages

Kamis, 23 Mei 2019

Ramadhan Mengembalikan Spirit Agama yang Humanis


Sumber gambar: geotimes.co.id

Narasi-narasi keagamaan yang bernafaskan kebencian semakin hari semakin mengeras dan tak bisa kita bendung. Memang politik kadang membuat seseorang lupa dengan jalan agamanya. Sehingga sikap egois seringkali menempel pada dinding pembuluh darah sebagai kebenaran tunggal yang harus diikuti.

Bulan Ramadan ini merupakan waktu yang tepat mengembalikan spirit agama yang humanis bisa tampil paling depan dengan segala kreatifitas dan aktivitasnya. Kita harus belajar dengan keberhasilan pesantren yang mengajar dan mendidik santri bersikap toleran dan menghargai perbedaan pendapat, menjunjung tinggi kemanusiaan, mengalah demi perdamaian, mengedepankan sikap luhur dalam setiap perbuatan, memilih lari dari sekadar hanya bersitegang dengan orang yang berbeda pendapat.

Agama harus bisa memberikan kesejukan dan kehangatan dalam berwarga negara serta perdamaian terhadap manusia. Sebab pada dasarnya agama adalah untuk kemanusiaan. Kiai pesantren selalu mengajarkan kita untuk membiarkan orang lain riang gembira dengan segala aneka ragamnya masing-masing. Tidak ada tujuan lain selain untuk menomorsatukan Indonesia dari segala perbedaan mazhab, pandangan politik, ekspresi agama, dan budaya.

Konon, Nabi pernah memberikan informasi kepada kita semua yang dikutip dari kitab al-Jami’ al Shaghir, Juz 1, h, 197 “bahwa mendamaikan konflik antar manusia memiliki nilai lebih utama ketimbang shalat, puasa atau zakat. Karena kerusakan yang ditimbulkan oleh konflik tersebut adalah kebinasaan agama”

Dari sini, kita belajar bagaimana spirit kemajuan agama harus terus ditopang dengan rasa kasih sayang, penuh tawaduk dan saling menghargai. Bukan justru spirit agama itu ditopang dengan pengekangan, pembinasaan dan penindasan. Sebagaimana firman Allah dalam QS an-Nahl: 125 yang artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan pendekatan filosofis, pembelajaran yang etis dan jika perlu berdebatlah secara elegan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan orang-orang yang mendapat petunjuk

Jelaslah kitab suci sebagai sumber kebenaran dan inspirasi pengetahuan berpulang kepada para penganutnya. Tetapi karena sikap keagamaan yang sektarian, jumud, dangkal berpikir, serta rapuhnya toleransi. Jadilah orang yang paling benar dengan segala mazhabnya dengan mempersetankan orang lain.

Mari di bulan Ramadan yang penuh berkah ini kita sama-sama meningkatkan kualitas keagamaan kita yang humanis, toleran, dan semangat dalam menjalankan tugas ibadah kita sebagai hamba Tuhan yang maha pengasih dan penyayang.

Sumber: bincangsyariah.com

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer