Diskusi
soal peralihan dari feodalisme ke kapitalisme merupakan salah satu medan tafsir
yang cukup berpengaruh terhadap rupa dan dinamika perkembangan materialisme
historis sebagai sebuah piranti penelitian di kalangan Marxis.
Tulisan
Anto Sangaji yang merangkum kembali debat “debat transisi” juga boleh dibilang
penting dalam memperkenalkan (kembali) ragam rupa tafsir-tafsir tersebut bagi
para pembaca Indonesia. Tulisan ringkas namun relatif luas jangkauannya ini
saya pikir penting untuk dipublikasikan.
Apa
yang saya tulis disini bukanlah untuk mengulang kembali kandung tulisan Anto
Sangaji. Bahkan boleh dibilang tulisan saya ini agak keluar dari jalan teoritik
yang Anto tempuh sepanjang tulisannya.
Alih-alih
urun rembuk ke dalm debat teori, di sini saya hanya hendak memaparkan ulang apa
yang pernah ditulis oleh salah seorang Marxis klasik yaitu Rosa Luxemburg,
tentang peralihan dari feodalisme ke kapitalisme.
Kuliah Rosa tentang Kota-kota Benteng
Dari
1907 hingga 1914, Rosa menjadi guru di sekolah Partai yang didirikan Partai
Demokrasi Sosial Jerman (SPD). Mata pelajaran yang diampunya ialah sejarah
ekonomi dan ekonomi politik. Salah satu tema kuliah yang diberikannya ialah
tentangg sejarah ekonomi prakapitalisme. Selain tentang komunisme primitif dan
formasi perbudakan, Rosa juga memberi kuliah tentang Abad Pertengahan Eropa,
Feodalisme, dan Perkembangan kota-kota. Di dalam bahan kuliah inilah bisa
ditemukan gagasannya ihwal transisi ke kapitalisme.
Di
dalam bahan kuliahnya, Rosa berangkat dari proposisi bahwa feodalisme
berkembang dari sejenis masyarakat komunis primitif di taraf penghabisannya,
yakni masyarakat komunis agraria, yang di dalam riwayat bangsa-bangsa Jermanik
kuno, maujud ke dalam tatanan sosial yang berupa komunitas-komunitas mark.
Menurut
Rosa, peradaban Yunani kuno juga bermula dari komunitas-komunitas komunistik
semacam itu dan berakhir dengan perbudakan. Perbedaan antara formasi social
perbudakan Yunani kuno dan feodalisme Abad pertengahan Eropa terletak pada fakta bahwa perkembangan yang
pertama ke “jalan buntu, sementara abad pertengahan menjadi landasan dan titik
berangkat bagi perkembangan kapitalis”.
Mengapa bisa begitu? Menurut Rosa,
baik di dalam formasi perbudakan maupun di dalam feodalisme Abad pertengahan,
perdagangan, ekonomi, dan uang sama-sama pernah berkembang. Tapi, dampaknya
berbeda bagi keduanya. “Di bawah perbudakan” , menurut Rosa, perdagangan dan
perekonomian uang “menghantar ke keruntuhan ekonomi”, penurunan dan kejatuhan
sistem, dan di dalam perekonomian feodal hasilnya bisa jadi sama dengan yang
terjadi di dalam formasi perbudakan jika saja suatu titik berangkat baru tidak
muncul”. Dan memang titik berangkat baru itu muncul, yakni tumbuh dan
berkembangnya kota-kota jenis baru di puncak riwayat feodalisme”.
(Sumber:
Pendahuluan dalam
buku “Transisi dari
Feodalisme ke Kapitalisme”)
Agar
pembaca dapat mengulas lebih jauh
tulisan di atas, kami sajikan versi luring (offline) pada link
pdf di bawah ini
0 komentar:
Posting Komentar