Pages

Sabtu, 05 Oktober 2019

Transisi dari Feodalisme ke Kapitalisme



Diskusi soal peralihan dari feodalisme ke kapitalisme merupakan salah satu medan tafsir yang cukup berpengaruh terhadap rupa dan dinamika perkembangan materialisme historis sebagai sebuah piranti penelitian di kalangan Marxis.

Tulisan Anto Sangaji yang merangkum kembali debat “debat transisi” juga boleh dibilang penting dalam memperkenalkan (kembali) ragam rupa tafsir-tafsir tersebut bagi para pembaca Indonesia. Tulisan ringkas namun relatif luas jangkauannya ini saya pikir penting untuk dipublikasikan.

Apa yang saya tulis disini bukanlah untuk mengulang kembali kandung tulisan Anto Sangaji. Bahkan boleh dibilang tulisan saya ini agak keluar dari jalan teoritik yang Anto tempuh sepanjang tulisannya.

Alih-alih urun rembuk ke dalm debat teori, di sini saya hanya hendak memaparkan ulang apa yang pernah ditulis oleh salah seorang Marxis klasik yaitu Rosa Luxemburg, tentang peralihan dari feodalisme ke kapitalisme.

Kuliah Rosa tentang Kota-kota Benteng

Dari 1907 hingga 1914, Rosa menjadi guru di sekolah Partai yang didirikan Partai Demokrasi Sosial Jerman (SPD). Mata pelajaran yang diampunya ialah sejarah ekonomi dan ekonomi politik. Salah satu tema kuliah yang diberikannya ialah tentangg sejarah ekonomi prakapitalisme. Selain tentang komunisme primitif dan formasi perbudakan, Rosa juga memberi kuliah tentang Abad Pertengahan Eropa, Feodalisme, dan Perkembangan kota-kota. Di dalam bahan kuliah inilah bisa ditemukan gagasannya ihwal transisi ke kapitalisme.

Di dalam bahan kuliahnya, Rosa berangkat dari proposisi bahwa feodalisme berkembang dari sejenis masyarakat komunis primitif di taraf penghabisannya, yakni masyarakat komunis agraria, yang di dalam riwayat bangsa-bangsa Jermanik kuno, maujud ke dalam tatanan sosial yang berupa komunitas-komunitas mark.

Menurut Rosa, peradaban Yunani kuno juga bermula dari komunitas-komunitas komunistik semacam itu dan berakhir dengan perbudakan. Perbedaan antara formasi social perbudakan Yunani kuno dan feodalisme Abad pertengahan Eropa terletak pada fakta bahwa perkembangan yang pertama ke “jalan buntu, sementara abad pertengahan menjadi landasan dan titik berangkat bagi perkembangan kapitalis”.

Mengapa bisa begitu? Menurut Rosa, baik di dalam formasi perbudakan maupun di dalam feodalisme Abad pertengahan, perdagangan, ekonomi, dan uang sama-sama pernah berkembang. Tapi, dampaknya berbeda bagi keduanya. “Di bawah perbudakan” , menurut Rosa, perdagangan dan perekonomian uang “menghantar ke keruntuhan ekonomi”, penurunan dan kejatuhan sistem, dan di dalam perekonomian feodal hasilnya bisa jadi sama dengan yang terjadi di dalam formasi perbudakan jika saja suatu titik berangkat baru tidak muncul”. Dan memang titik berangkat baru itu muncul, yakni tumbuh dan berkembangnya kota-kota jenis baru di puncak riwayat feodalisme”.

(Sumber: Pendahuluan dalam buku “Transisi dari Feodalisme ke Kapitalisme”)

Agar pembaca dapat mengulas lebih jauh tulisan di atas, kami sajikan versi luring (offline) pada link pdf di bawah ini

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer