Pages

Rabu, 03 April 2019

KH. Bisri Syansuri; Tegas Berfiqih, Lentur Bersikap



Bishri Syansuri dilahirkan di Desa Tayu, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah, tanggal 28 Dzulhijjah 1304 H / 18 September 1886. Ayahnya bernama Syansuri ibn Abd. Shamad dan ibunya bernama Mariah yang merupakan keluarga penganut tradisi keagamaan yang sangat kuat. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren PP Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang dan terkenal atas penguasaannya di bidang fikih agama Islam.

Pada usianya yang menginjak tujuh tahun, KH. Bishri Syansuri mulai belajar agama secara teratur. Pertama-tama beliau belajar membaca Al-Qur’an dan Tajwidnya kepada KH. Sholeh di Tayu selama lebih kurang tiga tahun. Selanjutnya di beberapa pesantren lokal, antara lain pada KH. Abdul Salam di Kajen, Jawa Tengah. Memasuki usai remaja, beliau melanjutkan pendidikan keagamaannya kepada KH. Kholil Harun Kasiangan Rembang, KH. Syua’ib Sarang Lasem. Selanjutnya perjalanannya menuju Jombang diawali ketika pada usia 15 tahun, KH. Bishri Syansuri mulai keluar kandang untuk nyantri kepada KH. Kholil Demangan Bangkalan Madura. Di sinilah Bisri Syansuri secara serius mendalami ilmu Fiqh yang dikemudian hari menjadi trade mark-nya, dan sekaligus bertemu dengan KH Abdul Wahab Hasbullah, washilah yang membawanya ke Jombang, nyantri kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari selama enam tahun di PP Tebuireng Jombang, sebelum memperdalam ilmu di tanah suci Mekkah.

Ia kemudian mendalami pendidikannya di Mekkah dan belajar ke pada sejumlah ulama terkemuka antara lain Syekh Muhammad Baqir, Syekh Muhammad Sa’id Al-Yamani, Syekh Umar Bajened, Syekh Muhammad Sholeh Bafadlol, Syekh Abdullah, Syekh Ibrahim Al-Madani, Syekh Jamal Maliki, Syekh Ahmad Khatib Padang, Syekh Syu’aib Doghestani, dan Kiai Mahfudz Termas. Ketika berada di Mekkah, Bisri Syansuri menikahi adik perempuan Abdul Wahab Chasbullah.

Sepulangnya dari Mekkah, dia menetap di pesantren mertuanya di Tambak Beras, Jombang, selama dua tahun. Ia kemudian berdiri sendiri dan pada 1917 mendirikan Pondok Pesantren PP Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang. Saat itu, Bisri Syansuri adalah kiai pertama yang mendirikan kelas khusus untuk santri-santri wanita di pesantren yang didirikannya. Pergerakan dan politik

Dalam diri KH. Bishri Syansuri paling tidak melekat tiga karakter sekaligus. Yaitu sebagai perintis kesetaraan gender dalam pendidikan di pesantren, seorang ahli dan pecinta fiqh dan sekaligus seorang politisi.

Rasanya tidak berlebihan kalau Kyai Bishri Syansuri disebut sebagai pejuang kesetaraan gender, khususnya di kalangan pesantren. Kyai Bishrilah orang pertama yang mendirikan kelas khusus untuk santri-santri wanita di pesantren yang didirikannya. Walalupun baru diikuti perempuan-perempuan di desanya.

Di zaman yang masih kental dengan nilai-nilai patrimonial waktu itu, apa yang dilakukan Kyai Bisri termasuk kategori “aneh“. Untung sang guru yang sangat dihormatinya, hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari tidak menentang terobosan yang dilakukannya. Kalau saja hadratussyaikh melarang, niscaya Kyai Bishri Syansuri tidak akan melanjutkan langkah fenomenal yang telah dibuatnya. Hal ini semata-mata karena takdzimnya yang begitu mendalam kepada sang guru yang selalu dipanggilnya “kyai“.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, ia bergabung ke dalam barisan Sabilillah dan menjabat sebagai Kepala Staf Markas Besar Oelama Djawa Timoer (MBO-DT) yang kantornya di belakang pabrik paku Waru, Sidoarjo. Ia termasuk salah seorang Kiai yang hadir dalam pertemuan 31 Januari 1926 di Surabaya, saat para ulama menyepakati berdirinya organisasi NU. Kiai Bisri duduk sebagai A’wan (anggota) Syuriah dalam susunan PBNU pertama kali itu.

Sejak KH Hasyim Asy’ari wafat pada tahun 1947, jabatan Rais Akbar dihapuskan, diganti dengan Rais ‘Aam. Posisi itu dijabat oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, di mana K.H. Bisri Syansuri ditetapkan sebagai wakilnya. Tahun 1971 ia menggantikan KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais ‘Aam sampai akhir hayatnya.

Beliau meninggal di Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur tanggal 25 April 1980 pada umur 93 tahun dan dimakamkan di komplek Pesantren Denanyar (PP Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang).

Berikut kami sertakan link unduhan biografi KH. Bisri Syansuri di bawah ini

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer