Pages

Selasa, 18 Februari 2020

Bahasa Sebagai Alat Komunikasi

Sumber gambar: www.steemit.com

Pengajaran bahasa komunikatif dimulai pada awal perubahan paradigma pengajaran bahasa pada abad 20. Ini dimulai saat perubahan tradisi pengajaran bahasa di Inggris pada akhir 1960-an. Situational Language Teaching (SLT) mewakili pendekatan pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Pada SLT, bahasa diajar dengan mempraktikkan struktur dasar yang bermakna pada situasi berbasis aktivitas. Namun, sebagaimana teori linguistik yang mendasari aliran audiolingual ditolak Amerika pada pertengahan 1960-an. Sekarang pengajaran bahasa komunikatif juga telah diterima di seluruh dunia. Pengajaran bahasa komunikatif/ CLT (Communicative Language Teaching) dikenal sebagai pendekatan daripada metode (Richard & Rodgers, 2001). Namun, untuk menyatukannya harus menyeluruh berdasar pada sifat bahasa dan pengajaran serta pembelajaran bahasa.

Ini adalah tanggapan sebagian kritisi pendukung linguis Amerika, yaitu Noam Chomsky. Chomsky menyatakan bahwa teori struktural bahasa tidak mampu menghitung karakteristik fundamental bahasa-kreativitas dan keunikan kalimat-kalimat perorangan. Linguis terapan Inggris menekankan dimensi fundamental bahasa yang tidak memadai dalam pengajaran bahasa saat ini. Mereka fokus pada pengajaran bahasa yang komunikatif daripada semata-mata penguasaan struktur bahasa.

Kompetensi komunikatif mengacu pada kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Celce Murcia, dkk menyatakan bahwa istilah kompetensi komunikatif pertama kali diperkenalkan oleh Del Hymes pada tahun 1967 dan 1972 dalam artikelnya yang berjudul “On Communicative Competence”. Isinya berupa pemaparan definisi kompetens komunikatif, yaitu penguasaan secara naluri yang dipunyai seorang penutur untuk menggunakan dan memahami bahasa secara wajar (appropriately) dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, dalam hubungannya dengan konteks sosial.

Menurut Richards (2006) bahwa yang termasuk aspek kompetensi komunikasi dalam pengetahuan bahasa sebagai berikut:
1.    Mengetahui bagaimana menggunakan bahasa pada tujuan dan fungsi yang berbeda.
2.  Mengetahui bagaimana membedakan penggunaan bahasa sesuai latar/kondisi dan penutur (misalnya mengetahui penggunaan bahasa formal dan informal).
3. Mengetahui bagaimana membuat dan memahami jenis-jenis teks yang berbeda (misalnya teks naratif, report, wawancara, teks percakapan, dll).
4.  Mengetahui bagaimana memelihara komunikasi meskipun ada keterbatasan pengetahuan bahasa seseorang (misalnya, karena penggunaan jenis-jenis strategi komunikasi yang berbeda-beda).

Menurut Swain dan Canale (1983) mengajukan kerangka teori kompetensi komunikatif yang terdiri dari atas empat komponen. Keempat aspek kompetensi tersebut adalah.
1. Kompetensi gramatikal (grammatical competence), aspek kompetensi komunikatif yang meliputi pengetahuan tentang item-item leksikal dan kaidah morfologi, sintaksis, semantik, tata bahasa dan fonologi. Kompetensi inilah yang disebut dengan penguasaan kode linguistik sebuah bahasa.

2.    Kompetensi wacana (discource competence) merupakan pelengkap kompetensi gramatikal, mengacu pada kemampuan mengkombinasikan bentuk-bentuk bahasa dan makna untuk memperoleh kepaduan wacana dalam berbagao hal (mengaitkan kalimat-kalimat dalam rentang wacana untuk membentuk makna secara keseluruhan dari rangkaian ujaran). Cara menyusun gagasan yang lebih dari satu kalimat sehingga tercipta kohesi dan koherensi dalam pikiran yang tertuang dalam suatu wacana.

3.    Kompetensi sosiolinguistik (sociolinguistic competence). Pengetahuan tentang kaidah-kaidah sosial budaya bahasa dan wacana, tipe kompetensi ini meniscayakan pemahaman tentang konteks sosial di mana bahasa digunakan.

4. Kompetensi strategis (strategic competence). Kompetensi strategis sebagai strategi komunikasi verbal yang bisa dipakai untuk mengimbangi komunikasi yang stagnan karena kompetensi yang tidak memadai. Swain dalam Brown mengatakan bahwa kompetensi strategis ini adalah strategi-strategi komunikasi yang bisa digunakan untuk meingkatkan efektivitas komunikasi maupun mengimbangi stagnasi. Yule Tarone dalam Brown menyatakan bahwa kompetensi strategis sebagai kemampuan memilih sebuah sarana efektif untuk menampilkan sebuah aksi komunikasi yang memungkinkan pendengar/ pembaca mengenali rujukan yang dimaksud. Bahkan, disebutkan bahwa kompetensi strategis adalah cara kita memanipulasi bahasa untuk memenuhi tujuan-tujuan komunikatif tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa kompetensi komunikatif adalah kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan gramatikal, sosiolinguistik, wacana dan strategis.

Seorang pakar linguistik Inggris, D.A. Wilkins (1972), mengemukakan definisi fungsional atau komunikatif bahasa dapat memberikan dasar pengembangan silabus komunikatif untuk pengajaran bahasa. Kontribusi Wilkin memberikan analisis pengertian komunikatif bahwa pembelajar bahasa perlu pemahaman dan pengungkapan daripada penjelasan inti bahasa lewat konsep tata bahasa dan kosakata. Wilkin mencoba menunjukkan sistem arti yang terdapat dibalik penggunaan komunikatif bahasa. Menurut Wilkin, ada dua jenis arti, yaitu:

1)     National Categories (konsep seperti waktu, urutan, kuantitas, lokasi, frekuensi).
2) Categories of Communicative Function (permintaan, penolakan, penawaran, komplain).

Para pakar linguistik terapan Inggris, Widdowson, dkk. Menggunakan dasar teori pendekatan komunikatif atau fungsional untuk pengajaran bahasa. Istilah pendekatan komunikatif atau pengajaran komunikatif bahasa (national-functional approach and functional approach) juga kadang-kadang digunakan. Sejak pertengahan tahun 1970 cakupan communicative langucage teaching (CLT) telah berkembang, baik pendukung Amerika atau maupun Inggris melihat CLT ini sebagai pendekatan bukan metode yang bertujuan:
1) Membuat kemampuan komunikatif sebagai tujuan dari pengajaran berbahasa.
2) Mengembangkan prosedur pengajaran untuk empat keterampilan berbahasa yang menjawab saling ketergantungan bahasa dan komunikasi.

Para ahli tidak menyebut sebagai metode, melainkan pendekatan komunikatif (Brown, 2001). Pendekatan ini berkembang awal tahun 70-an di Inggris dengan hal yang membedakannya dari beberapa metode lainnya adalah fungsi bahasa sebagai unsur pembangun kurikulum dan membedakan dari kurikulum berbasis struktur tata bahasa. Pendekatan komunikatif berfokus pada bagaimana bahasa diterapkan dalam komunikasi bermakna (fungsi pragmatik). Kata fungsi berkaitan dengan fungsi bahasa.

Dikutip dari Buku Teori Pembelajaran Bahasa: Suatu Catatan Singkat

Agar pembaca dapat mengulas lebih jauh tema pembahasan di atas, maka kami lampirkan versi luring (offline) pdf di bawah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer