Pages

Minggu, 17 Mei 2020

Corona: Siksaan atau Peringatan


Sumber gambar: nationalgeographic.grid.id

Pandemi corona mengubah banyak hal dalam kehidupan manusia termasuk dalam praktik agama. Sebagaimana anjuran pemerintah dan ahli kesehatan untuk menghindari kerumunan, shalat Jumat pun salah satu ibadah yang mesti kita hindari karena melibatkan manusia dalam jumlah yang banyak. Pemuka-pemuka agama berbeda pendapat dalam menanggapinya.

Belakangan ramai anggapan, bahwa virus corona adalah wabah penyakit yang diturunkan Allah untuk menghukum manusia. Quraish Shihab tak sependapat dengan anggapan tersebut. Menurutnya, wabah corona ini merupakan ujian dari Allah yang dapat mengenai semua orang, termasuk orang-orang baik dan orang yang tidak berdosa.

Sesuai hadis nabi, orang yang berpulang karena wabah ini mendapatkan ganjaran serupa dengan ganjaran orang-orang yang meninggal di medan perang. "Tentu saja, syahidnya tidak sama dengan mereka yang gugur dalam peperangan membela kebenaran," Kata Quraish Shihab.

Beragama khususnya Islam, menurut Quraish Shihab, harus taktis dan punya konsep atau kehendak kuat untuk memikirkan segala sesuatu secara optimistis. Kemampuan akal yang diberikan Tuhan selaiknya dipakai untuk melihat fenomena alam secara jernih dan rasional. Tidak memandang suatu penyakit dan agama dengan pikiran matematis, simplistik, dan free will.

Beragama disarankan, tentu saja kembali kepada panduan kalam Tuhan. Tapi beragama secara fatalis tak lebih dari ketidakmampuan ilmu dan berpikir, bahkan tak menghargai ilmu pengetahuan yang diberikan Tuhan. Alih-alih mencerahkan umat, bahkan ia menyesatkan dan mendegradasi kemahakuasaan Tuhan.

Dengan membandingkan virus korona dengan Tuhan, menurut Shihab, seseorang sudah menempatkan sejajar virus korona dengan Sang Pencipta. Selain itu, mereka bisa menyesatkan dan membahayakan banyak orang. Juga membuat ajaran agama jadi dangkal, lemah dan pesimistis, serta belas kasih Tuhan kian direduksi, makin sempit.

Dalam konteks kedaruratan global ini, kepongahan dan kegagapan teologis harus dihentikan. Umat beragama mesti menyadari makna penting fatwa larangan tanpa melanggar syariat dari otoritas keagamaan, termasuk negara. Seperti larangan penangguhan tarawih, haji, dan salat Jumat di masjid yang hari ini masih dilakukan banyak tempat.

Kebijakan social distancing, physical distancing, work from home, larangan mudik atau isolasi diri dalam berbagai bentuk rupa dimaksudkan untuk mencegah diseminasi virus korona yang lebih dahsyat. Bukan sedang ingin menurunkan derajat kesalehan umat beragama, melainkan menjaga kemaslahatan bersama.

Quraish Shihab dalam buku ini menegaskan bahwa penangguhan ibadah keagamaan, apalagi sunnah di musim penyakit, atau melakukannya di tempat lain, dibolehkan asalkan tidak melanggar syariat. Dan itu senapas dengan yang telah diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah saw atas perintah Tuhan (Q.S. al-Muzammil).

Menjaga kesehatan dan memelihara kelangsungan hidup lebih diutamakan ketimbang beribadah yang berpotensi menularkan penyakit yang menyebabkan kematian. Beribadah (puasa) di tengah wabah sesungguhnya merupakan latihan penempaan integritas, kepaduan pribadi, yang kaffah dan tauhidi. Ini adalah salah satu aglomerasi sentral untuk memparipurnakan rohani, baik di tingkat pribadi maupun publik.

Beribadah untuk mencapai derajat iman-takwa hanya bisa dicapai dengan mengalahkan hawa nafsu angkara murka dan kemudian mengaktualisasi sikap asketisme, yaitu menciptakan hawa nafsu yang tenang dan damai (al-nafs al-muthmainnah). Sikap asketisme selalu berbuat baik kepada diri sendiri, lingkungan, umat dan negara-bangsanya dengan rida Tuhan (Q.S. al-Fajr: 27-28).

Jika beribadah, termasuk puasa, dilakukan dengan cara-cara santun demikian, apalagi dalam menghadapi masalah kemanusiaan seperti pandemi ini, dengan komitmen dan konsistensi sepanjang tahun, Insya Allah pribadi, masyarakat dan bangsa kita dapat meningkatkan kualitas keislaman, keimanan, keindonesiaan dan kemanusiaannya.

Dikutip dari koran.tempo.co.

Agar Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline) pdf pada link di bawah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer