Pages

Selasa, 19 Mei 2020

Khutbah Jumat Kontemporer: Mendakwahkan Islam Rahmatan Lil 'Alamiin


Sumber gambar: tebuireng.online

Tidak ada yang menyangkal bahwa Islam adalah agama damai atau pengemban misi perdamaian di muka bumi ini. Secara intrinsik, misalnya, dapat dilihat dari makna etimologis Islam yang berasal dari kata bahasa Arab, yakni aslama-yuslimu-islaman Artinya selamat, damai atau tunduk.

Dengan demikian, dari sisi makna harfiahnya saja, Islam sudah jelas-jelas memperlihatkan dirinya sebagai agama yang menekankan perdamaian. Sama sekali Islam tidak menghendaki adanya pertentangan, konflik, apalagi peperangan antar sesama manusia dan seluruh makhluk hidup di alam dunia ini.

Risalah atau misi damai Islam tersebut bahkan tercermin dari ritual-ritual yang paling fundamental seperti shalat. Seperti diketahui, dalam Islam shalat dipandang sebagai ajaran paling dasar atau rukun Islam. Dalam keterangan lain, shalat dianggap sebagai tiang agama. Maka, makna shalat sedemikian penting bagi kaum Muslim.

Kalau diperhatikan secara seksama di dalam ibadah shalat saja, risalah perdamaian itu terlihat sangat jelas. Hal ini, misalnya, tampak dari gerakan menutup shalat dengan menengok ke sebelah kanan dan dilanjutkan ke kiri seraya mengucapkan assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Memang yang wajib hanya yang menengok ke kanan, tetapi semua orang Islam pasti menengok ke kedua arah setiap kali shalat.

Secara sosiologis, gerakan menengok ke kanan dan kiri sambil mengucapkan salam dapat dimaknai sebagai perintah suci Islam untuk senantiasa menyebarkan ajaran damai kepada seluruh umat manusia. Bahwa setelah umat Islam melakukan hubungan vertikal kepada Allah ta’ala melalui ibadah shalat secara khusyu’ dan penuh penyerahan diri, kemudian mereka diminta untuk melakukan hubungan horizontal kepada sesama manusia di muka bumi.

Maka, kalau dalam ibadah yang paling fundamental saja risalah perdamaian itu demikian jelas terlihat, apalagi dalam ajaran-ajaran Islam yang lain. Ada berbagai teks di dalam Kitab Suci al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad saw yang menekankan bahwa Islam sesungguhnya membawa risalah perdamaian bagi seluruh umat manusia bahkan seluruh isi alam.

Nabi Muhammad saw sendiri memang diutus ke dunia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Rahmat dalam konteks ini bisa dipahami sebagai terwujudnya perdamaian di seluruh alam, karena rahmat berasal dari kata rahima-yarhamu yang berarti kasih dan sayang. Ajaran tentang kasih dan sayang antar sesama manusia tentu menjadi fondasi bagi perdamaian. Tak ada perdamaian yang berbasis pada rasa saling benci, permusuhan, apalagi peperangan. Namun bagaimana dengan pernyataan bahwa Islam disebarkan dengan pedang atau melalui peperangan? penyalahpahaman sebagian kalangan terhadap ajaran Islam. Mereka hanya melihat secara lahirian bahwa Nabi dan para sahabat sering berperang tanpa melihat kepada substansinya secara mendalam.

Betul bahwa Nabi mengikuti sejumlah peperangan. Namun dalam semua peperangan yang diikuti Nabi, atau yang disebut dengan ghazwah, tidak ada satu pun yang dimulai oleh umat Islam. Semua perang dimulai terlebih dahulu oleh kaum kafir Quraisy, baik pada perang Badr, Uhud, Khandaq, dan lain-lain. Dengan kata lain, Nabi lebih bersifat defensif atau mempertahan diri, tidak sebaliknya bertindak opensif atau melakukan penyerangan.

Di luar itu, ada beberapa etika peperangan yang selalu ditekankan Nabi, dan ini sesungguhnya layak dijadikan teladan oleh masyarakat dunia dewasa ini. Misalnya, Nabi selalu melarang umat Islam yang berperang untuk memerangi atau membunuh anak-anak dan wanita. Ini jelas menunjukkan penghormatan yang luar biasa. Bandingkan dengan kasus sekarang di mana anak-anak dan wanita kerap menjadi korban.

Bahkan terhadap kelompok yang sudah tidak berdaya, Nabi melarang umat Islam untuk menganiayanya. Pada peristiwa fathu Makkah, misalnya, sebelum pergi ke Makkah, Nabi berpesan agar siapa pun yang menutup pintu rumahnya mereka akan aman. Ini artinya bahwa Nabi memang mengutamakan perdamaian daripada peperangan. Peristiwa itu sendiri sebenarnya dimulai oleh pelanggaran kaum kafir Quraisy terhadap Perjanjian Hudaibiyah.

Oleh karena itu, umat Islam yang hidup pada masa kita sekarang, sebaiknya tidak perlu terobsesi untuk, misalnya, ikut dalam peperangan dengan alasan jihad fi sabilillah. Karena jihad, sebenarnya asal katanya jahada-yajhadu-juhdan yang artinya berusaha sungguh-sungguh. Maka, jihad tidak harus ikut berperang, tetapi belajar sungguh-sungguh, menuntut ilmu agama atau yang lainnya juga merupakan jihad.

Selain perdamaian, Islam juga sangat menekankan toleransi dan kebebasan, termasuk kebebasan beragama. Hal itu tercermin, misalnya, pada fase kehidupan Nabi setelah hijrah ke Madinah al-Munawwarah. Di kota ini Nabi membentuk Piagam Madinah yang oleh banyak kalangan disebut sebagai konstitusi modern pertama di dunia. Melalui piagam tersebut, semua kalangan pemeluk agama diperbolehkan tinggal di Madinah, tentu dengan syaratsyarat yang telah disepakati.

Dengan kata lain, Nabi sangat menghormati kebebasan beragama semua penduduk Madinah. Maka, jika pada saat Revolusi Perancis 1789 dikenal tiga kredo, yakni kebebasan, persamaan, dan persaudaraan, maka Islam sudah sejak lama mengamalkan ketiga kredo tersebut di periode Madinah. Bukan sekadar lip service belaka, melainkan benar-benar diwujudkan dalam kehidupan masyarakat secara konkret.

Dengan pemaparan di atas, kita berharap bahwa umat Islam zaman sekarang, khususnya di Indonesia dapat meneladani apa yang telah dipraktikkan Nabi dan para sahabatnya. Salah satu caranya adalah memahami secara benar semua ajaran Islam yang terkandung dalam sumbersumber utama, yakni al-Qur’an dan Hadits, serta rujukan otoritatif karya ulama al-salaf al-shalih, bukan hanya secara tekstual melainkan juga kontekstual. Dengan demikian, pemahaman kita tidak sekadar pemahaman yang harfiah.

Dikutip sambutan Iding Rosyidin, Wakil Direktur The Political Literacy Institute.

Agar Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline) pdf pada link di bawah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer