Ilmu pengetahuan (atau pengetahuan ilmiah) merupakan salah satu unsur
yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Perencanaan,
pengaturan, penataan, dan penyelenggaraan kehidupan masyarakat hampir semuanya
didasarkan pada ilmu pengetahuan. Apalagi bagi lingkungan masyarakat akademis
di perguruan tinggi, boleh dikatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan inti atau
unsur pokok kegiatannya. Dengan demikian ilmu pengetahuan tidak boleh kita
abaikan, hanya diusahakan asal jalan saja. Sebagai hal yang penting dalam
kehidupan kita, ilmu pengetahuan perlu kita fahami dengan benar, dan perlu kita
selenggarakan dengan serius, dengan penuh tanggungjawab.
Perguruan Tinggi idealnya merupakan lembaga pendidikan tinggi yang
berperan membangun kampus sebagai lingkungan masyarakat ilmiah. Sebagai lembaga
ilmiah, selain terlibat dalam berbagai kajian bidang pengetahuan ilmiah,
Perguruan Tinggi tentu saja perlu memiliki sikap ilmiah dalam menyelenggarakan
kegiatan-kegiatannya. Sehingga dalam rangka pendidikan, perkuliahan yang merupakan
kegiatan pembelajaran pada mahasiswa juga perlu diselenggarakan dan
dipertanggungjawabkan secara ilmiah; perlu diusahakan secara rasional (kritis,
logis, dan sistematis), perlu memiliki kejelasan obyeknya sebagai yang
dibahasnya, arah-tujuannya serta perlu memiliki cara-cara dan sarana-sarana
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Namun dalam kenyataannya, kegiatan perkuliahan sering berlangsung begitu
saja sebagai rutinitas, secara kritis tanpa dipersoalkan dan dipedulikan
arah-tujuan yang sebenarnya, tanpa dilihat konsistensi antara langkah-langkah
yang ditempuh dengan arah tujuan yang mau dicapainya. Secara tradisional
kegiatan perkuliahan disadari sebagai kegiatan menimba ilmu; mahasiswa menimba
ilmu dengan menempuh berbagai macam mata-kuliah. Dalam perkuliahan mahasiswa
sekedar mendengar, mencatat, dan kalau perlu mengingat-ingat ilmu yang
disampaikan oleh dosen, baik secara tertulis maupun lisan. Perkuliahan hanya
sekedar difahami sebagai proses transfer
/ penyampaian ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), bukan sebagai
proses pembelajaran pada mahasiswa, agar mereka mampu melakukan kegiatan
ilmiah, yaitu kegiatan mengamati, menanya, mencari dan mencoba meneliti
persoalan atau permasalahan yang ada untuk selanjutnya dapat menemukan
langkah-langkah serta cara-cara mengusahakan jawaban dan pemecahannya, agar mereka mampu menangkap kebenaran ilmiah
dan selanjutnya menerapkan untuk memperoleh manfaat dalam kehidupan nyata (transfer
of learning).
Agar dosen dan mahasiswa tidak hanya sekedar melakukan rutinitas
kegiatan perkuliahan yang sebenarnya tidak memiliki makna tersebut, mereka
perlu berani merefleksikan orientasi perkuliahan yang sebenarnya, serta
langkah-langkah yang tepat untuk mendukung bagi terwujudnya tujuan perkuliahan.
Kiranya tidak ada suatu mata kuliah bidang studi yang secara khusus bertugas
untuk secara kritis merefleksikan dan menguji kebenaran orientasi dan
langkah-langkah kegiatan perkuliahan yang berlangsung; untuk menemukan
kebenaran tersebut perlu suatu pemikiran rasional (kritis, logis, dan
sistematis) serta bersifat obyektif, mendalam dan menyeluruh. Nampaknya
pemikiran filsafatlah, yang hakekatnya memang mempersoalkan segala sesuatu
secara kritis, memiliki tugas yang tepat untuk dapat mengkritisi orientasi
kegiatan perkuliahan sebagai usaha menggeluti ilmu pengetahuan. Karena
pemikiran filsafat ini lebih terarah pada kegiatan perkuliahan sebagai kegiatan
menggeluti ilmu pengetahuan sebagai obyeknya, maka layaklah pemikiran filsafat
ini disebut Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Filsafat Ilmu Pengetahuan Dalam
Definisi
Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas
berbagai macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan
berusaha membahas ilmu pengetahuan sebagai obyeknya secara rasional (kritis,
logis, dan sistematis), menyeluruh dan mendasar. Filsafat Ilmu Pengetahuan
berusaha memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan secara jeas, benar dan
lengkap, serta mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok serta unsur-unsur
hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya.
Sehinga kita dapat menentukan identitas ilmu pengetahuan dengan benar, dapat
menentukan mana yang termasuk ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak termasuk
dalam lingkup ilmu pengetahuan.
Filsafat yang didasari semangat mencari kejelasan, kebenaran serta
kebijaksanaan, tentu saja tidak puas terhadap kebiasaan-kebiasaan serta
pendapat-pendapat yang dikemukakan begitu saja tanpa adanya landasan pemikiran
rasional dan obyektif yang dapat dipertanggungjawabkan. Filsafatlah merupakan
pelopor yang pertama-tama berani mendobrak dan membongkar pandangan-pandangan
tradisional dan mitis yang sejak lama hanya diterima begitu saja tanpa adanya
penjelasan rasional. Filsafat dengan pertanyaan-pertanyaannya yang rasional
(kritis, logis, sistematis), obyektif, menyeluruh dan radikal berusaha
membongkar pandangan-pandangan yang dikemukan begitu saja tanpa adanya penjelasan
rasional, serta membongkar kebiasaan-kebiasaan yang tidak memiliki orientasi
yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pemikiran rasional lah yang mampu melepaskan diri manusia dari
belenggu-belenggu tradisional dan mitis, serta membebaskan manusia dari
kepicikan, ketidakjelasan, ketidaktahuan dan kebodohannya. Dengan pemikiran
kritisnya, manusia tidak puas terhadap kebodohannya sendiri serta terhadap
ketidakjelasan segala macam informasi yang diterimanya. Pemikiran kritis adalah
pemikiran yang menyadari akan arah tujuan dari kegiatan berpikir, yaitu mencari
kejelasan dan tidak kebenaran. Sehingga orang yang berpikir kritis tidak puas
akan sekedar informasi sebagai penjelasan yang asal saja. Informasi yang
merupakan penjelasan diharapkan merupakan informasi yang relevan dengan hal
yang dijelaskan serta memberikan penjelasan yang terang dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Demgan demikian orang yang berpikir kritis
perlu dapat membedakan serta memilih penjelasan yang relevan dan benar, daripada
penjelasan yang tidak relevan dan salah. Untuk memperoleh penjelasan yang
relevan dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan, selain melakukan
pengamatan dan penelitian secara cermat dan teliti, orang juga perlu berpikir
logis. Berpikir logis adalah pemikiran yang didasarkan pada kaidah-kaidah
penalaran yang mendukung bagi terwujudnya pemahaman, keputusan, serta
kesimpulan yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan pemikiran yang
kritis dan disusun secara logis, diharapkan dapat menghasilkan tubuh
pengetahuan yang sistematis, sebagai satu-kesatuan pemahaman yang saling
terkait satu sama lain secara organis, yang masing-masing bagian memiliki
kedudukan dan peranan yang memang tak tergantikan.
Dengan dibongkarnya belenggu-belenggu tradisional dan mitis, manusia
dibebaskan dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Filsafat membebaskan manusia
dari pemahaman yang picik , dangkal dan tidak jelas. Filsafat akan membebaskan manusia dari cara
berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih. Ringkasnya filsafat akan
membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang
gerak akal budi manusia, serta memberi keleluasaan pada manusia untuk berpikir.
Untuk membebaskan manusia dari cara pemahaman yang picik dan dangkal, filsafat
akan membimbing manusia untuk berpikir secara luas (komprehensif) dan mendalam
(radikal). Dan filsafat akan membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak
teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia melakukan pemikiran secara
rasional (kritis, logis dan sistematis), memilahkan mana yang relevan untuk
memberikan penjelasannya dan mana yang tidak relevan, serta dapat memberikan
jalan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Selain sedikit penjelasan tentang peranan filsafat sebagai pendobrak, pembebas
dan pembimbing pemikiran manusia dari segala macam belenggu yang mengekang dan
mempersempit aktivitasnya, ada baiknya dijelaskan sedikit tentang pendorong
munculnya pemikiran filsafat. Filsafat ternyata berakar dalam kecenderungan
kodrat manusia yang berakal budi itu. Manusia yang didasari oleh rasa heran dan
kagum cenderung bertanya-tanya tentang lingkungan alam dan kehidupan yang
sedemikian mengagumkan. Pertanyaan-pertanyaan yang didorong oleh rasa ingin
tahu tersebut menggerakkan manusia untuk berpikir, menyelidiki dan berusaha
memperoleh jawabannya. Jawaban-jawaban yang diperolehnya sering masih belum
jelas, masih diragukan kebenarannya, dan tentu saja manusia tidak puas terhadap
jawaban yang kebenarannya kurang meyakinkan tersebut. Sehingga manusia terus-menerus
bertanya dan bertanya untuk memperoleh jawaban yang memang memberikan
penjelasan yang meyakinkan dan memuaskan. Hakikat filsafat justru terletak pada
kemampuannya untuk bertanya dan usaha mencari jawabannya; sehingga berfilsafat
terutama berarti mengemukakan pertanyaan dan bukan mengemukan pernyataan.
Dengan filsafat kita didorong untuk berani mempersoalkan segala macam hal yang
kita hadapi dan berusaha mengungkap rahasia alam semesta dan kehidupan ini.
Dengan demikian Filsafat Ilmu Pengetahuan (sebagai pemikiran filosofis)
tentu saja semestinya juga mengemukakan sebanyak mungkin pertanyaan-pertanyaan
dan persoalan-persoalan tentang segala macam hal yang berkenaan dengan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak hanya dipahami atas dasar kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan serta atas dasar pandangan-pandangan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, melainkan perlu dipahami atas dasar pembahasan yang
rasional (kritis, logis, dan sistematis), obyektif, menyeluruh dan mendalam.
Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak membahas ilmu pengetahuan atas
perkiraan-perkiraan yang ada pada subyek, melainkan langsung mengarah pada ilmu
pengetahuan itu sendiri sebagai obyeknya. Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak
membatasi pembahasannya hanya pada beberapa unsur serta hanya dari satu segi
saja, melainkan berusaha untuk membahasnya secara menyeluruh, sehingga
diperoleh pemahaman yang utuh. Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak hanya
membahas hal-hal yang secara aksidental nampak di permukaan, melainkan perlu
membahas secara radikal (mendalam) untuk dapat memperoleh unsur-unsur hakiki
yang menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan.
Ada tiga landasan yang digunakan untuk melakukan pembahasan secara
filosofis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu: landasan ontologis, landasan
epistemologis, dan landasan aksiologis. Berdasarkan landasan ontologis,
filsafat mempersoalkan tentang ciri khas
dari ilmu pengetahuan (yang mencakup segala jenis ilmu pengetahuan) bila
dibandingkan dengan berbagai macam pengetahuan dan kegiatan yang dilakukan oleh
manusia. Secara ontologis juga perlu dipersoalkan tentang lingkup wilayah kerja
ilmu pengetahuan sebagai obyek dan sasarannya, serta perlu diketahui tentang
target dari kegiatan ilmu pengetahuan yang ingin diusahakan serta dicapainya.
Landasan epistemologis memberikan dasar pembahasan tentang cara kerja ilmu
pengetahuan dalam usaha mewujudkan kegiatan ilmiah. Di sini perlu dijelaskan
langkah-langkah, metode-metode ilmu pengetahuan, dan sarana yang relevan dengan
sasaran serta target kegiatan ilmiah yang dilakukannya. Dan landasan aksiologis
menjadi dasar pembahasan untuk menemukan nilai-nilai yang terkait dalam
kegiatan ilmiah. Selain nilai kebenaran, perlu disadari adanya berbagai nilai
kegunaan yang dapat ditemukan dalam ilmu pengetahuan sebagai implikasinya.
Sebagai yang memiliki nilai kegunaan, ilmu pengetahuan memiliki nilai netral, yang
baik dan jahatnya sangat tergantung pada manusia yang mengoperasikannya.
Dikutip
dari Buku Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Agar
Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring
(offline) pdf pada link di bawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar