Pages

Sabtu, 23 Mei 2020

Fakta dan Proposisi


Sumber gambar: billionairecoach.co.id

Mengenal F.R. Ramsey

Seri Filsafat Analitik menerbitkan terjemahan salah satu artikel yang ditulis oleh Frank Plumpton Ramsey (22 February 1903 – 19 January 1930). Dia adalah seorang matematikawan yang, meskipun hanya hidup selama 26 tahun, kontribusi pentingnya tidak hanya dalam bidang matematika, tetapi juga dalam bidang filsafat dan ekonomi. Dia juga termasuk teman dekat Ludwig Wittgenstein, dan menerjemahkan Tractatus Logico-Philosophicus ke dalam Bahasa Inggris. “Fakta dan Proposisi” (1927) adalah artikel penting Ramsey dalam teori konten pengetahuan dan teori kebenaran di luar “Kebenaran dan Probabilitas” (1926).

Terbit pertama kali dalam Suplementary Volume VII Proceedings of the Aristotelian Society, “Fakta dan Proposisi” berargumen bahwa masalah kebenaran tidak lebih dari kekacauan linguistik yang muncul karena ketidakmampuan bahasa sehari-hari untuk mengekspresikan kebenaran sehingga, karenanya, diperlukan pendekatan pragmatis untuk menjelaskan sikap meyakini dan makna ucapan dengan selalu merujuk ke peran kausal dari sikap tersebut. Dua gagasan inti tersebut, meskipun mendapat kritik serius dari G.E. Moore, terutama dalam posisi Ramsey yang dianggap cukup naif tentang acuan proposisional, berhasil menginspirasi teori kebenaran redundansi yang di kemudian hari dipegang oleh A. J. Ayer dan W.V.O Quine, dan teori semantik sukses yang saat ini dikembangkan oleh D.H. Mellor.

Pengantar Fakta dan Proposisi

MASALAH yang saya ajukan untuk dipecahkan adalah analisis logis terhadap apa yang disebut dengan istilah putusan (judgement), keyakinan (belief), dan pernyataan (assertion). Semisal, pada saat ini saya mengatakan bahwa Caesar dibunuh; maka, berdasarkan fakta tersebut, kita wajar untuk memisahkan, di satu sisi, pikiran saya, atau keadaan mental saya saat ini, atau kata-kata atau gambaran dalam pikiran saya, yang akan kita sebut faktor-faktor mental, dan, di sisi lain, Caesar atau pembunuhan Caesar, atau Caesar dan pembunuhan, atau proposisi Caesar dibunuh, atau fakta bahwa Caesar dibunuh, yang akan kita sebut faktor-faktor objektif. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul kemudian adalah pertanyaan terkait hakikat dua himpunan faktor-faktor tersebut dan hakikat relasi di antara keduanya, pembedaan fundamental di antara elemen-elemen ini nyaris tidak pernah dipertanyakan. Mari kita mulai dari faktor-faktor objektif; pandangan paling sederhana adalah hanya terdapat satu faktor, satu proposisi, yang mungkin dapat benar atau salah, kebenaran dan kesalahan menjadi atribut yang tidak dapat dianalisis. Pandangan ini pernah dipercayai oleh Tuan Russell, dan di dalam esainya, “Tentang Hakikat Kebenaran dan Kesalahan,” dia menjelaskan mengapa dia meninggalkan pandangan tersebut. Secara singkat, alasannya adalah karena ketidakmungkinan eksistensi objek-objek seperti “bahwa Caesar mati di ranjangnya,” yang dapat digambarkan sebagai kesalahan objektif, dan hakikat misterius dari perbedaan, yang dalam teori ini, antara kebenaran dan kesalahan. Oleh karena itu, Tuan Russell menyimpulkan bahwa sebuah putusan tidak memiliki objek tunggal, tetapi relasi berlipat antara faktor pikiran atau mental dan objek yang banyak, yang dapat kita sebut sebagai konstituen proposisi yang diputuskan (constituents of the proposition judged).

Namun, terdapat pandangan alternatif untuk mempertahankan bahwa sebuah putusan memiliki objek tunggal, yang sebaiknya dipertimbangkan dahulu sebelum kita pergi terlalu jauh. Dalam esai yang disebutkan di atas, tuan Russell menyatakan bahwa persepsi, yang berbeda dengan putusan yang dia anggap tidak bisa salah, memiliki objek tunggal, semisal sebuah objek kompleks “pisau-di-sebelah-kiri-buku.” Objek kompleks ini, saya pikir, dapat diidentifikasi dengan apa yang disebut banyak orang (dan juga tuan Russell sekarang) sebagai fakta bahwa pisau tersebut berada di sebelah kiri buku; semisal, kita dapat mengatakan bahwa kita memersepsi fakta ini. Dan karena kita dapat membentuk sebuah frase koresponden (corresponding phrase) yang dimulai dengan kata “fakta bahwa” dan berbicara tentang fakta bahwa Caesar tidak mati di kasurnya, dengan pertimbangan kita mengambil proposisi Caesar tidak mati di kasurnya, tuan Russell juga menganggap bahwa setiap proposisi yang benar memiliki korespondensi dengan sebuah objek kompleks.

Meskipun tuan Russell berpendapat bahwa objek persepsi adalah sebuah fakta, pada kasus putusan, kemungkinan kesalahan (the possibility of error) membuat pandangan tersebut tidak dapat dipertahankan, karena objek putusan bahwa Caesar mati di kasurnya itu tidak mungkin fakta bahwa dia mati di kasurnya, karena memang fakta tersebut tidak pernah ada. Namun, jelas bahwa kesulitan tentang adanya kemungkinan kesalahan ini dapat dihilangkan dengan mempostulatkan, dalam kasus putusan, dua relasi yang berbeda, yakni antara faktor-faktor mental dan fakta, bahwa yang satu muncul dalam putusan yang benar, dan yang lainnya muncul dalam putusan yang salah. Dengan demikian, meskipun putusan bahwa Caesar dibunuh dan putusan bahwa Caesar tidak dibunuh mungkin memiliki objek yang sama, yaitu fakta bahwa Caesar dibunuh, relasi antara faktor mental dan objek tersebut berbeda. Inilah mengapa dalam Analisis Budi, tuan Russell berbicara tentang keyakinan entah sebagai penunjuk (pointing towards) atau penjauh (pointing away from) fakta. Namun demikian, menurut saya, pandangan-pandangan tersebut, entah tentang putusan atau tentang persepsi, tidak akan memadai karena sebuah alasan yang, jika tepat, akan menjadi sangat penting. Semisal, contoh yang sederhana, persepsi, dan agar sesuai dengan argumen yang dibangun, andaikan bahwa persepsi itu tidak dapat salah, kemudian pikirkan apakah “dia mempersepsi bahwa pisau berada di sebelah kiri buku” dapat benar-benar menyatakan relasi ganda (dual relation) antara seseorang dan sebuah fakta. Anggap bahwa saya yang membuat pernyataan tersebut tidak dapat melihat pisau dan buku yang sedang dinyatakan, bahwa pisau yang saya nyatakan ternyata sebenarnya berada di sebelah kanan buku; tetapi karena sebuah ketelodaran saya menganggap bahwa pisau tersebut berada di sebelah kiri dan juga menganggap bahwa dia mempersepsinya ada di sebelah kiri, sehingga saya secara salah menyatakan “dia mempersepsi bahwa pisau berada di sebelah kiri buku.” Dengan demikian, meskipun pernyataan saya salah, pernyataan saya tetap signifikan dan memiliki makna yang sama sebagaimana jika pernyataan tersebutbenar; maknainitidakmungkin berarti terdapat relasi ganda antara seseorang dan sesuatu (sebuah fakta) yang membuat “bahwa pisau berada di sebelah kiri buku” sebagai nama, karena tidak pernah ada hal tersebut. Situasi ini mirip dengan pernyataan dengan deskripsi; “Raja Prancis bijaksana” bukan tidak masuk akal, sehingga “Raja Prancis,” sebagaimana ditunjukkan Tuan Russell, bukanlah nama, melainkan simbol yang tidak lengkap, dan hal yang sama juga benar untuk “Raja Itali.” Dengan begitu, “bahwa pisau berada di sebelah kiri buku,” entah pernyataan tersebut benar atau salah, tidak dapat menjadi nama dari sebuah fakta.

Dikutip dari Pendahuluan Buku Fakta dan Proposisi.

Agar Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline) pdf pada link di bawah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer