Pages

Senin, 16 Maret 2020

Literasi sebagai Best Practices Eksistensi Diri

Sumber gambar: campuspedia.id


Melihat dan membaca judul buku ini membuat teringat akan filsuf terkenal asal Perancis Rene Descartes yang terkenal dengan kata-katanya “cogito ergo sum” (aku berfikir maka aku ada). Manusia dikatakan bermakna dan berguna di sekitar  masyarakat bila dia dapat berfikir. Itulah makna dibalik kata-kata Descartes. Buku ini pun dibuat pertama kali dengan tujuan bahwa mahasiswa dapat exist bagi masyarakat. Perwujudan exist yang creative dan inovative salah satunya adalah membuat hasil karya yang terpublikasikan di media, yaitu karya tulis ataupun artikel pribadi. Semangat untuk creative, innovative dan exist bagi mahasiswa yang biasa dikenal dengan CIE (Creative, Inovative, and Exist). Membuat hasil karya tulis dengan membiasakan diri kita untuk menulis apa pun merupakan bentuk nyata dari eksistensi mahasiswa di dunia pendidikan.

Menulis adalah aktivitas memindahkan pengalaman ke dalam simbol-simbol verbal. Pengalaman apa pun juga, pengalaman empirik, pengalaman membaca, pengalaman imajinatif, maupun pengalaman orang lain (Redi Panju, 2008: 09). Buku ini pun menceritakan berbagai pengalaman mahasiswa ilmu komunikasi UTM, seperti; pengalaman pertama kali menulis, kiat-kiat menulis dan pegalaman pribadi tentang cinta, persahabatan dan cita-cita.

Banyak mahasiswa untuk memulai menulis berawal dari under pressure. Faktor under pressure yang dimiliki oleh para penulis dalam buku ini bermacam-macam, mulai dari tugas sekolah, bentuk emosi, dan psikologi komunikasi. Sebagian besar masyarakat tidak menyukai cara kerja under pressure dikarenakan tidak memanusiakan manusia atau melanggar human right. Pola kerja under pressure adalah membatasi manusia untuk tidak bebas dalam melakukan aktivitas yang diinginkannya, karena harus fokus untuk mengerjakan tugas ataupun kerjaan yang harus diselesaikan tepat waktu.

Beberapa kritikan pola kerja under pressure yang ada di atas telah membuat beberapa orang menjauh bahkan tidak mau dengan sistem kerja yang seperti itu, namun berbeda dengan mahasiswa ilmu komunikasi UTM. Mereka mengerjakan artikel pribadinya sebagai bentuk perwujudan tugas kuliah dengan sistem under pressure yang harus dikumpulkan tepat waktu. Seorang psikolog terkenal bernama Sheldon Kopp dalam buku Failing Forward yang ditulis oleh John C Maxwell mengatakan,”semua pertempuran yang penting terjadinya di dalam diri sendiri”. Orang mengadakan pertempuran paling berat melawan kelemahan serta kegagalannya sendiri. Mahasiswa ilmu komunikasi UTM pertama kali mengalami pertempuran dengan dirinya sendiri Hasil akhir yang sangat signifikan adalah mahasiswa dapat menumbuhkan bakat, minat dan keinginan menulis yang sudah lama ditinggalkan. Dampak yang sangat mencolok dari penentangan sistem under pressure adalah potensi-potensi yang ada di dalam mahasiswa tidak ter-expose keluar, sehingga untuk memulai proses menulis artikel pribadinya. Setiap mahasiswa berusaha untuk melawan rasa malas dan ketidakmampuannya dalam menulis agar dapat berkarya dalam ranah intelektual bakat yang terpendam hanya berada di dalam diri mahasiswa tanpa bisa diwujudkan dalam sebuah karya tulis yang terdokumentasikan. Dibalik pola kerja under pressure yang tidak disukai oleh masyarakat, ternyata menyimpan kelebihan yang cukup significant untuk menumbuhkan potensi yang terpendam di dalam diri seseorang. Judul buku “terpeleset menulis, mencari eksistensi diri” yang berkorelasi dengan faktor under pressure dengan disimbolisasikan oleh teks “terpeleset” yang kemudian menghasilkan eksistensi diri sebagai perwujudan mahasiswa ada di tengah-tengah masyarakat.

Hasil karya tulis mahasiswa lainnya yang merupakan bagian dari isi buku ini sangat layak di apresiasi, karena mereka telah mampu memulai menulis dan menceritakan kembali pengalaman-pengalaman saat di rumah, sekolah maupun di lingkungan masyarakat mengenai arti hidup. Beberapa kisah mahasiswa juga ada yang bersifat secret, namun merelakannya untuk tetap dipublikasikan agar para pembaca dapat mengambil inti sari yang ada di dalam tulisan tersebut yang kemudian dirubah menjadi saran untuk menjalani hidup dengan berkarya dan terus berkarya.

Buku ini juga merupakan kritik atas ketidakberdayaan kaum akademisi untuk melawan rasa malas dalam menulis dan berkarya. Berkarya dalam tulisan mempunyai beberapa tujuan, yaitu: menginformasikan, membujuk, mendidik, dan menghibur (Elina, Zulkarnaini, dan Sumarno, 2009: 6). Dengan membujuk pembaca buku ini agar dapat menentukan sikap, mendidik para pembaca dengan membuka wawasan dan pengetahuan setelah membaca buku ini, dan mempunyai tujuan untuk menghibur para pembaca yang sedang tidak bersemangat untuk menulis ataupun beraktivitas.

Dikutip dari pengantar buku “Terpeleset Menulis Mencari Eksistensi Diri”.

Agar Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline) pdf Buku “Terpeleset Menulis Mencari Eksistensi Diri” pada link di bawah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer