Pages

Senin, 30 Maret 2020

Artikulasi Takfir, Tasyrik, dan Tabdii' dalam Mazhab Wahhabiyah

Sumber gambar: taufiq.net

Wahabi atau wahhabiyyah adalah sebuah sebutan untuk para pendukung paham Muhammad bin Abdul Wahhab. Walaupun mereka menolak penisbatan wahabi/wahabiyyah ini atas gerakan kelompok mereka, namun para tokoh dan ulama mereka sendiri mengakui dan membanggakan penyebutan wahhabi /wahabiyyah terhadap kelompok pembela paham Muhammad bin Abdul Wahhab ini sebagaimana diterangkan dalam buku ini.

Sekte Wahhabi ini sejak awal kemunculannya hingga saat ini selalu terjadi bentrok dengan mayoritas kaum muslimin lainnya, disebabkan paham-paham yang mereka bawa banyak berseberangan dengan paham mayoritas kaum muslimin yang sejak dulu berpaham Ahlus sunnah wal-Jama’ah. Sekte wahhabi ini selalu berteriak lantang mengajak kaum muslimin untuk kembali pada tauhid yang murni versi mereka dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan dan kekafiran, karena menurut mereka sejak masa Muhammad bin Abdul Wahhab bahkan sebelum kelahirannya hingga saat ini, pada umumnya kaum muslimin telah banyak melakukan perbuatan jahiliyyah, syirik dan kufur yang menyebabkan keluar dari Islam seperti melakukan praktek tawassul dengan nabi atau orang shaleh yang telah wafat. Dan tidak sedikit perkara furu’ ijtihadiy (masalah cabang yang yang masih diperselisihkan ulama) mereka jadikan perkara ushul (pokok) yang jika bertentangan dinilainya bid’ah, musyrik atau kafir sehingga sering kali lisan mereka, kitab-kitab, buku-buku, situs, majalah, bulletin, radio, televisi dan media lainnya tidak sepi dari vonis-vonis syirik, kafir atau bid’ah bagi yang bersebrangan dengan akidah dan kaidah mereka.

Bahkan banyak sekali perkara furu’ yang terjadi saling vonis bid’ah sesama kelompok mereka sendiri, misalnya Ibnu Utsaimin menilai perkara meletakkan kedua tangan di dada setelah ruku’ adalah sunnah, namun Albani menilainya itu bid’ah dhalalah. Ketika kita sodorkan fakta ini pada mereka, maka mereka mungkin akan menjawab “ Ulama kami berijtihad, jika benar maka mendapat dua pahala dan jika salah, maka mendapat satu pahala “, lantas apa bedanya dengan para ulama besar yang berbeda pendapat dalam masalah semisal maulid, talqin, membaca Quran di kuburan dan lainnya?? Ya, mungkin prinsip mereka adalah jika ulama mereka saling berselisih, maka mereka menilainya itu ijtihad bukan bid’ah tetapi jika ulama di luar kelompok mereka berselisih, maka mereka menilainya bid’ah atau sesat. Misal lainnya : Ibnu Baaz dan Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa menggunakan tasbih ketika berdzikir bukanlah bid’ah, sedangkan Albani, Ibnu al-Fauzan dan Bakar Abu Zaid mengatakannya bid’ah dhalalah bahkan hal itu menyerupai dengan orang-orang kafir. Fa subhanallah Muqassimil ‘uquul.

Slogan yang mereka dengungkan di tengah-tengah kaum muslimin memang terdengar bagus dan indah di telinga seperti “ Kembali kepada Alquran dan Sunnah “, “ Tidak ada tempat meminta kecuali hanya kepada Allah”, “Tidak ada pertolongan kecuali dari Allah“, sehingga tidak sedikit kaum muslimin yang terpengaruh oleh paham mereka. Namun slogan-slogan yang mereka dengungkan realitanya tidaklah sesuai dengan ajaran Ahlus sunnah wal Jama’ah meskipun mereka mengakui sebagai Ahlus sunnah waljama’ah satusatunya, slogan-slogan itu tidaklah jauh berbeda dengan apa yang telah disindir oleh sayyidina Ali R.A. “Kalimaatu haqqin uriida bihaal baathil “, “ Kalimat haq tapi yang dimaksud adalah kebatilan.

Dakwah mereka bukan membawa kedamaian dan persatuan umat Islam justru malah membawa perpecahan dan permusuhan di antara kaum muslimin sendiri, sehingga terjadi konflik tajam yang berkepanjangan seakan tak akan pernah ada habisnya. Inilah fitnah terbesar dalam agama yang jauh-jauh hari telah dinformasikan oleh Nabi saw.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِسْتَقْبَلَ مَطْلَعَ الشَّمْسِ فَقَالَ مِنْ هَاهُنَا يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ وَهَاهُنَا الْفِتَنُ وَالزَّلَازِلُ وَالْفَدَّادُوْنَ وَغِلَظُ الْقُلُوْبِ.

Dari Ibnu Umar bahwa Nabi saw. menghadap ke arah matahari terbit seraya bersabda “Dari sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan kegoncangan dan orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar “. [HR. Thabrani, Mu’jam Al Awsath 8/74 no 8003].

Dalam hadits lainnya Nabi bersabda:

سَيَخْرُجُ فِيْ آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ سٌفَهَاءُ الْأَحْلاَمِ يَقُوْلٌوْنَ قَوْلَ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُوْنَ الْقُرْأَنَ لاَيُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرًّمِيَّةِ، فَإِذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ، فَإِنَّ قَتَلَهُمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

“Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan sebaik-baik manusia (Hadits Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan mereka, perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi Allah kelak di hari kiamat “. (HR. Imam Bukhari : 3342)

Dalam buku ini menguraikan sejarah awal kemunculan sekte takfir (mudah memvonis kafir), tasyriik (mudah memvonis syirik) dan tabdii’ (mudah memvonis bid’ah) ini agar kaum muslimin lebih mengetahui doktrin-doktrin menyimpang yang dibangun oleh mereka sehingga harapannya nanti tidak mudah dipengaruhi oleh manisnya rayuan dakwah mereka dibalik topeng yang mengatasnamakan tauhid dan shalaf shaleh. Dalam buku ini penulis juga menguak secara ringkas sejarah kaum Khawarij yang telah diinformasikan oleh Nabi saw. dalam banyak haditsnya sejak masa Nabi, imam Ali dan generasi-generasi Khawarij selanjutnya yang mewarisi doktrin takfirnya salah satunya sekte Wahhabi ini yang sekarang bermetamorfosis menjadi salafi atau salafiyyah yang mengklaim kelompok merekalah pengikut manhaj salaf shaleh satu-satunya.

Refrensi sejarah dan ajaran sekte ini, penulis nukil dari kitab-kitab karya ulama mereka (wahabi) sendiri baik yang sezaman dengan pendiri mereka atau bahkan karya-karya syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri maupun para ulama setelahnya agar penjabarannya menjadi terang, adil dan jelas. Baik kitab-kitab sejarahnya, ideologi, fiqih maupun kumpulan fatwa-fatwa ulama mereka. Dan sebagian juga kami ambil dari karya tulis para ulama mu’tabar di luar sekte ini sebagai penyeimbang informasi.

Buku ini dibagi menjadi enam bab sebagai berikut :

Bab I menguraikan sejarah ringkas Muhammad bin Abdul Wahhab yang penulis sertakan scan redaksi dari kitab-kitab sejarah ulama Wahhabi sendiri dan sedikit dari kitab sejarah ulama Ahlus sunnah selain mereka sebagai penyeimbang informasi. Pada bab ini, penulis angkat penuturan sejarawan Wahhabi dalam kitab-kitab sejarah mereka yang berbicara secara tulus dan bangga berkenaan kerancuan paham, keberingasan dan kekejaman Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya yang dianggap sebagai paham Islam yang murni, dan dianggap telah sesuai dengan Alquran dan manhaj Nubuwwah. Dan setiap selesai penukilan, penulis tuangkan komentar penulis sebagai penjelas dan klarifikasi pada persoalan yang terjadi sebenarnya, agar memberikan pemahaman yang jelas dan sesuai realitanya pada pembaca.

Bab II menguraikan tentang fitnah tanduk syaitan yang telah diinformasikan oleh Nabi saw. dalam banyak hadits sahihnya. Dalam bab ini, penulis berusaha menjelaskan secara detail posisi letak munculnya fitnah dan kegoncangan dahysat tersebut secara ilmiyyah, sesuai kaidah ilmu hadits dan ushul fiqih, di mana hal ini juga menjadi konflik dan dilema di dalam memahami makna dan menetapkan posisinya, penulis sertakan pula komentar para ulama mu’tabar dari berbagai ahli disiplin ilmu, baik ahli tafsir, hadits, fiqih, nahwu, buldan dan ilmu geografi.

Penulis juga memaparkan hadits-hadits sahih yang menerangkan  sifat dan ciriciri para pembawa fitnah tanduk syaitan tersebut disertai komentar para ulama Ahlus sunnah yang mu’tabar yang juga terkait dengan munculnya kaum Khawarij dan Wahhabi ini. Dalam bab ini penulis juga menyebutkan beberapa fitnah yang terjadi di Najd sesuai histori yang ada dalam kesaksian kitab-kitab ulama sejarah.   

Bab III menguraikan sebagian penyimpangan kaum wahabi yang menyebabkan terjadinya konflik dengan kaum muslimin lainnya dan bantahan atasnya secara ilmiyyah dan aergumentatif.

Bab IV menguraikan konsep tauhid wahhabi yang menjadi dasar konflik dengan mayoritas kaum muslimin. Pembagian tauhid yang mereka ada-adakan menjadi problem yang merenggangkan keharmonisan di tengah-tengah umat Islam. Sehingga muncullah pemahaman takfir, tasyrik, tabdi’ dan tadhlil kepada mayoritas umat Islam dan bahkan kepada para ulama besar Ahlus sunnah wal Jama’ah.  Bantahan atas pembagian tauhid yang bathil ini, juga penulis paparkan secara detail dan argumentatif.

Bab V menguraikan konsep aqidah tajsim kaum Wahhabi khususnya dari para ulama mereka belakangan ini yang semakin menyimpang jauh dari sebelumnya. Konsep akidah yang mensifati Allah dengan sifat-sifat makhluk hingga pada taraf menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, Naudzu bilahi min dzaalik... Penulis sertakan pula ucapan-ucapan para ulama besar dari kalangan salaf dan khalaf tentang akidah yang dibawa oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya.

Bab VI menguraikan kegoncangan dan kontradiksi yang terjadi di kalangan Wahhabi sendiri dalam masalah akidah yang membuktikan bahwa akidah mereka bathil dan bukan berasal dari akidah Rasulullah saw. yang diikuti oleh para sahabat dan mayoritas ulama Ahlus sunnah wal Jama’ah.

Dikutip dari Buku Rekam Jejak Radikalisme Salafi-Wahabi: Sejarah, Doktrin, dan Akidah.

Agar Pembaca dapat mengulas tema di atas lebih dalam, kami lampirkan versi luring (offline) pdf Buku Rekam Jejak Radikalisme Salafi-Wahabi: Sejarah, Doktrin, dan Akidah pada link di bawah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer