Pages

Selasa, 04 Juni 2019

Waktu dan Keberkahan Hidup

Sumber gambar: fajrifm.com

Waktu terus bergulir meniti setiap detik masa tanpa mampu kembali ke belakang. Semakin jauh waktu berjalan, semakin berkurang kesempatan kita hidup di dunia. Al-waqtu huwal hayah, waktu adalah kehidupan. Waktu itu sama berharganya dengan kehidupan, karena dalam bentangan waktu itulah kita hidup, berkarya, beramal dan melakukan segalanya. Jika waktu telah habis, maka habis pula kehidupan. Dalam bentangan waktu yang terbatas itulah manusia dituntut untuk menunjukkan kualitas dirinya di hadapan Allah. Di antara mereka ada yang diberi kesempatan waktu yang panjang, ada pula yang hanya sebentar. Namun, persoalan pentingnya bukan terletak pada durasi, tetapi pada keberkahan hidup yang dijalani dalam ruang lingkup waktu yang telah diberikan oleh Allah. Ada ungkapan dalam bahasa Arab
“Yang penting bukan banyak, tetapi berkah.”

Sayyid Quthb pernah mengatakan, “Usia bukanlah bilangan waktu, tetapi bilangan kesadaran dan prestasi.” Artinya, bukan menjadi persoalan seberapa panjang usia seseorang, tetapi yang penting adalah dengan apa dia mengisi setiap detik hidupnya untuk menjadi pribadi Muslim yang lebih baik. Sebagai contoh, shahabat Rasulullah yang bernama Saad bin Muadz hanya diberi kesempatan hidup oleh Allah hingga usia 37 tahun. Padahal dia baru masuk Islam pada usia 31 tahun. Jadi, hanya enam tahun dia menjalani hidupnya sebagai seorang Muslim. Tetapi ketika dia wafat Rasulullah bersabda tentangnya “Sungguh Arsy Allah Yang Rahman bergetar dengan berpulangnya Saad bin Muadz.” (Hr. Muslim)

Hanya dalam waktu enam tahun dia telah menempatkan dirinya sebagai pribadi agung yang dapat mengguncang Arsy Allah. Sungguh hidup yang penuh dengan keberkahan. Demikian pula keberkahan telah menghiasi masa-masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Meskipun berkuasa hanya dalam waktu kurang lebih dua setengah tahun, Umar bin Abdul Aziz telah berhasil memenuhi bumi ini dengan keadilan. Sungguh, kepemimpinan yang berkah selalu dipenuhi kebaikan dan kemudahan dalam menjalankannya. 

Berkah selalu berkaitan dengan kebaikan. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana definisi yang disampaikan oleh para ulama, bahwa berkah itu adalah tumbuh, berkembang, dan bertambah kebaikan (ziyadatul khair). Maka, jika semua hal yang kita hadapi, kita dapatkan dan kita lakukan semakin menambah kebaikan pada diri dan ketaatan pada Allah, itu pertanda bahwa keberkahan sedang mengiringi kehidupan kita. Lalu jika kebaikan yang kita lakukan mendorong kita untuk melakukan kebaikan-kebaikan berikutnya, itu juga berarti kita berada dalam keberkahan. Setelah kebaikan mendominasi seluruh aktivitas, maka selanjutnya suasana yang tercipta adalah ketenangan hati dan jiwa. Karena hakikatnya kebaikan itu adalah sesuatu yang dapat menenangkan hati dan jiwa. Sebagaimana sabda Rasulullah,
“Kebaikan itu adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu tenang” (H.R. Ahmad).

Jika jiwa dan hati telah tenang, maka kita akan merasa ringan menghadapi semua tantangan dan dinamika hidup. Tidak ada rasa takut dan khawatir. Agar keberkahan senantiasa menyertai kehidupan kita dalam keterbatasan waktu yang kita miliki, maka kita perlu mengawali semua hari yang dilalui dengan kebaikan. Karena awal yang baik akan berpengaruh pada aktivitas kita selanjutnya. Bangunlah di waktu fajar, lalu lakukan kebaikan-kebaikan di dalamnya, maka Allah akan hadirkan keberkahan untuk mengiringi waktu-waktu kita.

Berikut kami sertakan link khutbah jumat waktu dan keberkahan hidup di bawah ini

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer