Pages

Senin, 03 Juni 2019

Islam Populer


Terminologi “Islam Populer” merupakan bentuk pengaruh modernisasi terhadap nilai-nilai budaya Islam dalam masyarakat. Akulturasi tersebut kemudian secara langsung maupun tidak langsung mengubah budaya Islam yang semula dipersepsikan sebagai budaya konservatif, kovensional, dan eksklusif menjadi lebih dinamis dan modernis. Ada berbagai contoh budaya Muslim populer tersebut mulai dari fashion, musik, gaya bahasa, maupun juga perilaku sehari-hari. Munculnya berbagai ragam produk Islam modern menunjukkan bahwa budaya Islam sebenarnya berjalan dinamis. Hadirnya Islam Populer sendiri dapat dikatakan sebagai strategi adaptasi masyarakat Muslim dalam menghadapi dinamika zaman tanpa harus menanggalkan status sebagai umat. Komodifikasi nilai-nilai modernis dalam budaya Islam ternyata menghasilkan adanya masyarakat Kelas Menengah sebagai kelas yang memiliki karakteristik unik. 

Islam Populer tersebut kemudian berkembang menjadi identitas dan habitus dalam kasus Kelas Menengah kontemporer. Adapun Islam Populer sebagai politik identitas sendiri dapat dimaksudkan sebagai bentuk konstruksi yang dilekatkan sebagai bentuk simbol komunal yang mengikat bersama. Secara lebih luas, pemaknaan terhadap konstruksi dimaksudkan bentuk “penempelan” simbol-simbol kultural yang kemudian menjadi identitas pribadi maupun kolektif. Pemaknaan terhadap konstruksi tersebut bisa disematkan baik dari kalangan internal maupun eksternal. Adanya konstruksi terhadap identitas tersebut erat dengan kebutuhan representasi dan juga rekognisi. Selama ini adanya stigmatisasi yang dialamatkan kepada umat Islam sebagai umat yang kolot dan koservatif setidaknya memberikan pengaruh negatif terhadap eksistensi umat Islam itu sendiri.

Kalangan Muslim Kelas Menengah ingin diakui sebagai masyarakat modern dengan menggunakan simbol-simbol modern. Namun demikian, modernitas yang simetris dengan adanya liberalisme, hedonisme, dan pengaruh westernisasi memberikan ruang negosiasi bagi Muslim Kelas Menengah berimprovisasi. Hasilnya kemudian Muslim Kelas Menengah yang memegang nilai shar‘î sebagai pedoman nilai dan norma. Adapun Islam Populer sebagai “habitus” dimaknai sebagai bentuk perilaku yang kemudian berkembang menjadi kebiasaan tersendiri yang membedakan dengan kelas lainnya. Konstruksi habitus itulah yang kemudian menjadikan posisi Muslim Kelas Menengah mengalami diferensiasi tersendiri. Pada akhirnya, pembahasan Muslim Kelas Menengah yang dibingkai dalam paradigma “Islam Populer” berkembang sebagai komunitas hibrid yang memadukan unsur Islam dan modernitas.

Sumber: Wasiato Raharjo, “Islam Populer Sebagai Pencarian Identitas Muslim Kelas Menengah Indonesia”, Jurnal Teosofi, Vol. 5, No, 1 (Juni 2015).

Berikut kami sertakan link pdf jurnal teosofi Islam Populer

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer