Pages

Selasa, 04 Juni 2019

Literatur Keislaman Generasi Milenial



Kerentanan kaum muda Indonesia, khususnya pelajar dan mahasiswa, terhadap radikalisme, ekstremisme, dan terorisme berkait erat dengan kegamangan mereka menghadapi problem-problem struktural dan ketidakpastian masa depan. Ekspansi teknologi komunikasi, yang dipicu penemuan internet, meruntuhkan jarak-jarak spasial dan sosial yang akhirnya melipatgandakan kegamangan tersebut. Dampak paling nyata dari perubahan ini tentu saja dirasakan oleh generasi milineal. Lahir dalam rentang 25 tahun terakhir, mereka tumbuh dan besar dalam dominasi budaya digital yang erat bersinggungan dengan penyebaran pola konsumsi dan gaya hidup instan.  Generasi ini terbiasa menyederhanakan gambaran tentang dunia yang begitu kompleks ke dalam layar smartphone yang dapat diklik dengan mudah untuk menemukan ‘apapun yang dibutuhkan’. Kefrustrasian dapat dengan mudah menghinggapi ketika dunia virtual kerap berbeda dengan dunia nyata penuh paradoks yang mereka hadapi.

Dalam situasi serba tidak pasti generasi milineal berhadapan langsung dengan masifnya pengaruh ideologi Islamis yang datang menawarkan harapan dan mimpi tentang perubahan dan masa depan yang lebih bersinar. Dibangun di atas narasi yang menekankan pentingnya semangat kembali kepada dasar-dasar fundamental Islam dan keteladanan generasi awal, ia berusaha membuat jarak dan demarkasi antara Islam dengan dunia terbuka (open society) yang digambarkan penuh dosa-dosa bid’ah, syirik, immoralitas dan kekafiran. Kegagalan melakukan hal ini dipandang sebagai hal utama yang bertanggungjawab di balik keterpurukan umat Islam berhadapan dengan dominasi politik, ekonomi dan budaya sekular Barat. Khilafah didengungkan sebagai kunci untuk mengembalikan kejayaan Islam. Meskipun bersifat utopis, ideologi Islamis ternyata memiliki daya tarik terutama karena kemampuannya menawarkan pembacaan yang ‘koheren’ dan ‘solutif’ atas berbagai persoalan kekinian serta mengartikulasi rasa ketidakadilan dan membingkai semangat perlawanan terhadap kemapanan. 

Peran literatur keislaman dalam persemaian ideologi Islamis di kalangan pelajar dan mahasiswa sangatlah signifikan. Ideologi Islamis umumnya menyusup melalui buku-buku dan bacaan keagamaan yang menyebar di kalangan pelajar dan mahasiswa. Pada kenyataannya, literatur yang berusaha menjajakan ideologi Islamis—yang berpusat pada tuntutan tentang totalitas penerapan Islam dalam seluruh aspek kehidupan dan bermuara pada keinginan untuk mengganti sistem negarabangsa demokratis dengan khilafah bahkan jika perlu ditempuh dengan kekerasan—hadir mencolok, membanjiri arena dan landskap sosial di sekitar SMA dan Perguruan Tinggi Indonesia. Target utamanya tentulah pelajar dan mahasiswa, yang dianggap potensial untuk direkrut menjadi kader baru yang menopang keberlangsungan dan penyebaran lebih lanjut ideologi tersebut. Beragam buku, referensi, dan majalah keislaman tumpah ruah di hadapan mereka, menawarkan cara baca dan pemahaman yang beragam terhadap Islam dan dunia. Dari isi, pendekatan, dan gaya persuasi yang dikembangkan, buku-buku tersebut dapat dikategorikan menjadi jihadis, tahriri, tarbawi, salafi dan Islamisme popular.

Dikutip dari Executive Summary Pascasarjana UIN SUKA bekerjasama dengan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah dan PusPIDep Yogyakarta.

Berikut kami lampirkan uraian lebih lengkap pada link pdf di bawah ini

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer