Sujud
syukur adalah sujud yang dilakukan ketika diberikan nikmat atau dijauhkan dari
murka dan musibah. Sujud ini merupakan ungkapan syukur seorang hamba
kepada Allah Swt. Tata cara dan syarat sujud syukur sama
dengan sujud tilawah (kecuali niat), tetapi sujud
syukur hanya boleh dilaksanakan di luar salat dan apabila
dilakukan ketika salat maka batal salatnya.
Bagi
mazhab Syafii dan Hanbali, hukum sujud syukur adalah mustahab. Sedangkan bagi
mazhab Maliki, sujud syukur adalah makruh, karena dalam mazhab Maliki, yang
disunnahkan ketika mendapatkan nikmat adalah salat dua rakaat.
Lalu
bagaimana dengan perempuan yang haid dan nifas, bolehkah mereka melakukan sujud
syukur dalam keadaan haid dan nifas?
Dalam
kitab al-Ibaanah wal
ifaadhah disebutkan
يحرم على الحائض والنّفساء الصّلاة ولو نفلا وصلاة جنازة وسجد تلاوة وشكر
Salat
diharamkan bagi perempuan haid dan nifas, meskipun salat sunnah, salat jenazah,
sujud tilawah dan sujud syukur.
Perempuan
yang haid dan nifas tidak diperbolehkan melakukan sujud syukur karena salah
satu syarat sah sujud syukur adalah suci dari hadas besar dan kecil juga najis.
Meskipun demikian, perempuan yang haid dan nifas dapat mengganti sujud syukur
dengan sebuah bacaan.
Dalam
kitab Hasyiah
al-Bujairimi ‘ala syarhil manhaj disebutkan bahwa apabila
terhalang sujud syukur karena sedang tidak suci, maka hendaklah membaca bacaan
berikut sebanyak empat kali:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ، وَلَا إلَهَ إلَّا اللهُ، وَاَللهُ
أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ
Subhanallah wal hamdu lillah, wa laa ilaaha illallah
wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzhim.
Artikel ini diambil dari bincangsyariah.com
0 komentar:
Posting Komentar