Pages

Kamis, 11 Juli 2019

Hikmah: Ketika Abu Hanifah Mengacuhkan Seorang Syeikh


Sumber gambar: muslimoderat.net
Diriwayatkan pada suatu hari, Abu Hanifah duduk dengan menjulurkan kakinya. Lalu datang seorang syekh yang mengenakan sorban, sehingga tampaklah ia seorang yang berilmu.

Melihat kedatangannya, Abu Hanifah langsung menarik kakinya karena menghormati syekh itu. Kemudian syekh tersebut mendekati Abu Hanifah dan bertanya, “Wahai Abu Hanifah, kapan orang berpuasa boleh berbuka?”

Abu Hanifah lalu menjawab, “Ketika matahari tenggelam.” Syekh tersebut bertanya lagi, “Bagaimana jika hingga pertengahan malam matahari tidak tenggelam?” Abu Hanifah lantas menjawab, “Kalau begitu, kini saatnya aku kembali menjulurkan kaki!”

Cerita ini menarik untuk kita bahas dan mengambil ibrah darinya. Paling tidak untuk kita berterima kasih kepada Abu Hanifah. Sedikitnya ada tiga hal yang kita dapat dari cerita Abu Hanifah dan syekh ini.

Pertama, Abu Hanifah memiliki sifat tawadhu dan rendah hati. Ia memiliki ilmu yang luas sehingga ia diberi gelar sebagai Imam Abu Hanifah, peletak dasar Mazhab Hanafi. Namun begitu, kepada siapa saja yang berilmu ia akan tetap menghormatinya.

Kedua, syekh yang digambarkan di atas adalah orang yang sedang berperan di panggung sandiwara kehidupan yang seakan-akan. Yaitu seakan-akan ia adalah orang yang berilmu. Padahal tidak begitu.

Kita pun sebagai manusia kerap kali salah persepsi dalam menilai seseorang. Kadang yang kita anggap baik ternyata tidak. Atau yang kita anggap buruk ternyata baik. Begitulah kenyataan hidup, seperti sang syekh yang dianggap berilmu tersebut di atas. Memang hanya Allah yang mampu melihat manusia dari hatinya.

Ketiga, Abu Hanifah memberi pelajaran bagaimana kita bersikap terhadap orang yang tidak berilmu dan ngeyel. Ia tidak memberikan jawaban atas pertanyaan syekh yang terakhir. Waktu memang terlalu mahal untuk dihabiskan dengan hal yang sia-sia. Kaidah yang satu ini tepat untuk menggambarakan sikap Abu Hanifah dalam cerita di atas yaitu: “Tidak menjawab pertanyaan bodoh adalah sebuah jawaban.”

Diambil dari bincangsyariah.com

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer