Pages

Kamis, 11 Juli 2019

Puncak Bencana Manusia: Merasa Dirinya Pintar


Sumber gambar: nalar-politik.com
Adakah bencana yang lebih besar daripada seseorang yang bodoh namun merasa pintar sendiri? ia berani bicara banyak di depan orang banyak, bahkan mendebat para ulama. Potret manusia seperti itulah yang disebut sebagai puncak bencana pada diri manusia. 

Dituliskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimaullah dalam Syarh Al Kafiyah:

البلاء كل البلاء من الجاهل جهلا مركبا الذي يجادلك بغير علم ويتكلم بين العامة بغير علم ويتكلم مع العلماء با المجادلة بغير علم

Puncak bencana adalah seorang yang bodoh namun merasa pintar yang mendebat dirimu tanpa ilmu, berani bicara di tengah-tengah orang tanpa ilmu, dan berbicara dengan para ulama dengan mendebat tanpa ilmu

Keterangan Syaikh Muhammad bin Shalil Al Utsaimin tersebut sangat dibutuhkan pada waktu akhir zaman seperti sekarang. Zaman di mana tidak ada  banyak orang sudah tidak lagi menghormati dan mengikuti pernyataan orang salih lagi berilmu. Atau bahkan jika tidak sependapat dengan para orang salih yang berilmu, bisa saja ia berargumen tanpa dasar yang pasti. Ia hanya mengikuti nalur egonya sendiri. Sosok orang seperti itulah yang sudah sampai pada puncak dirinya sendiri, namun ia tidak menyadarinya.

Merasa pintar sendiri dan berani mendebat tanpa ilmu itu juga disebut sebagai perkara tinggi yang dilarang oleh Allah. tersurat dalam QS Al A’araf ayat 44:


قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu) 

Oleh sebab itu, jika ditanya tentang seuatu ilmu atau pendapat lainnya maka hendaknya menjawab dengan ilmu yang apa adanya. Tanpa mengada-ngada atau gampang menyalahkan orang lain hanya karena prinsip dasar yang berbeda. Karena sejatinya orang yang merasa pintar yang mendebat dirimu tanpa ilmu, berani bicara di tengah-tengah orang tanpa ilmu, dan berbicara dengan para ulama dengan mendebat tanpa ilmu adalah orang yang sedang berada dalam puncak bencana. []

Tulisan ini disadur dari bincangsyariah.com

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer