Adakah
bencana yang lebih besar daripada seseorang yang bodoh namun merasa pintar
sendiri? ia berani bicara banyak di depan orang banyak, bahkan mendebat para
ulama. Potret manusia seperti itulah yang disebut sebagai puncak bencana pada
diri manusia.
Dituliskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
rahimaullah dalam Syarh Al Kafiyah:
البلاء كل البلاء من الجاهل جهلا مركبا الذي يجادلك بغير علم ويتكلم بين
العامة بغير علم ويتكلم مع العلماء با المجادلة بغير علم
Puncak bencana adalah seorang yang bodoh namun merasa
pintar yang mendebat dirimu tanpa ilmu, berani bicara di tengah-tengah orang
tanpa ilmu, dan berbicara dengan para ulama dengan mendebat tanpa ilmu
Keterangan
Syaikh Muhammad bin Shalil Al Utsaimin tersebut sangat dibutuhkan pada waktu
akhir zaman seperti sekarang. Zaman di mana tidak ada banyak orang sudah
tidak lagi menghormati dan mengikuti pernyataan orang salih lagi berilmu. Atau
bahkan jika tidak sependapat dengan para orang salih yang berilmu, bisa saja ia
berargumen tanpa dasar yang pasti. Ia hanya mengikuti nalur egonya sendiri.
Sosok orang seperti itulah yang sudah sampai pada puncak dirinya sendiri, namun
ia tidak menyadarinya.
Merasa
pintar sendiri dan berani mendebat tanpa ilmu itu juga disebut sebagai perkara
tinggi yang dilarang oleh Allah. tersurat dalam QS Al A’araf ayat 44:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ
يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang
keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar
hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan)
mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara
tentang Allah tanpa ilmu)
Oleh
sebab itu, jika ditanya tentang seuatu ilmu atau pendapat lainnya maka
hendaknya menjawab dengan ilmu yang apa adanya. Tanpa mengada-ngada atau
gampang menyalahkan orang lain hanya karena prinsip dasar yang berbeda. Karena
sejatinya orang yang merasa pintar yang mendebat dirimu tanpa ilmu, berani
bicara di tengah-tengah orang tanpa ilmu, dan berbicara dengan para ulama
dengan mendebat tanpa ilmu adalah orang yang sedang berada dalam puncak
bencana. []
Tulisan
ini disadur dari bincangsyariah.com
0 komentar:
Posting Komentar