Muhammad
Hasan Asy-Syaibani adalah seorang ulama madzhab hanafi, sekaligus salah
satu guru dari Imam As-Syafi’i. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad
bin al-Hasan bin Farqad asy-Syaibani. Lahir pada tahun 132 H/750 M, di kota
Wasith, sebuah kota yang berada di antara Baghdad dan Basrah di Irak, di sisi
barat Tigris di seberang sungai dari kota bersejarah Kashkar. Beliau
hidup di masa-masa akhir dinasti Umayyah dan masa awal dinasti Abbasiyah.
Selain
seorang ulama yang ahli fikih, Asy-Syaibani juga seorang ulama ahli hadis dan
juga seorang mujtahid. Beliau mempunyai jasa yang sangat besar dalam
menyebarkan madzhab hanafi di Irak pada waktu itu. Asy-Syaibani besar di Kufah,
yang pada waktu itu menjadi pusat dalam ilmu fikih, lughah dan nahwu. Sebagaimana Bashrah yang menjadi
pusat ilmu adab (sastra),
lughah dan nahwu.
Asy-Syaibani
belajar fikih langsung kepada gurunya yaitu Imam Abu Hanifah, pendiri madzhab
fikih hanafi dan juga Imam Abu Yusuf, yang merupakan ulama madzhab hanafi
sekligus murid Abu Hanifah. Selain belajar fikih, Asy-Syaibani juga belajar
hadis kepada Sufyan as-Tsauri dan dan Abdurrahman al-Auzai. Pada saat berusia
30 tahun, Asy-Syaibani pergi ke madinah untuk belajar kepada Imam Malik, yang
merupakan seorang ulama yang mempunyai latar belakang sebagai ahlu al-hadis dan ahlu ar-ra’yi
(nalar/logika).
Dari
sinilah, Asy-Syaibani mempunyai corak pemikiran yang berbeda dengan
pendahulunya. Pemikirannya lebih mengkombinasikan antara ahlu ar-ra’yi yang berada
di Irak, dengan ahlu
al-hadis yang berada di Madinah. Beliau tidak sepenuhnya
sependapat dengan Imam Abu Hanifah dalam beberapa masalah, yang lebih
mementingkan ar-ra’yu
dalam memperkuat pendapatnya. Asy-Syaibani lebih mempertimbangkan dan mengambil
hadis-hadis yang tidak dipakai oleh Imam Abu Hanifah untuk memperkuat
pendapat-pendapatnya.
Asy-Syaibani
yang terkenal sebagai seorang tokoh perekonomian Islam, adalah seorang ulama
yang sangat memuliakan waktu. Di tengah kesibukannya sebagai seorang guru dan
hakim di Irak, Asy-Syaibani masih bisa memanfaatkan waktunya untuk membaca dan
menulis. Sebagaimana yang diceritakan oleh Tashkabri Zada (sejarawan Turki yang menulis tentang
ulama-ulama daulah Abbasiyah) di dalam kitabnya yang berjudul “Mifah As-Sa’adah wa Mishbah
As-Siyadah”.
Dalam
kitab “Mifah As-Sa’adah wa
Mishbah As-Siyadah”, Tashkabri Zada mengatakan bahwa Imam Muhammad
Hasan Asy-Syaibani tidak tidur di malam hari, kalaupun tidur itu hanya
sebentar. Kemudian meletakkan beberapa kitab di depannya untuk dibaca, dan
beberapa buku kosong untuk menulis. Dan ketika bosan dengan apa yang ada di
depannya, beliau melihat ke arah lain.
Adapun
ketika ngantuk datang dan ingin tidur, beliau mengusapkan air untuk
menghilangkannya. Karena ngantuk dan ingin tidur baginya seperti panas, panas
hanya bisa didinginkan dengan air.
Apa
yang dilakukan Asy-Syaibani dalam memuliakan waktu, khususnya di malam hari.
Selaras dengan pemikiran perekonomiannya tentang teori Al-Kasb (keadaan seseorang yang mangharuskannya
untuk bekerja). Karena kerja merupakan hal yang sangat penting
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karena Allah SWT telah menjadikan
ciptaannya berpasang-pasang. Ada laki-laki ada perempuan, siang malam dan lain
sebagainya.
Sebagai
seorang guru dan hakim, Asy-Syaibani memanfaatkan waktunya di siang hari untuk
berhubungan dengan manusia (Hablum
Minannas), adapun malamnya untuk bermunajat kepada Allah SWT.
Karena malam adalah waktu untuk meraih kelimpahan karunia dari Allah SWT, baik
didunia maupun di akhirat. Karena gelapnya malam adalah suatu rahasia untuk
menyingkap bathin di bawah pancaran rahmat Allah.
Tidak
heran jika Asy-Syaibani mempunyai banyak karya, walaupun beliau begitu sibuk.
Itu semua bisa beliau lakukan karena sangat memuliakan waktu untuk hal-hal yang
bermanfaat, seperti membaca dan menulis. Adapun di antara karya-karya beliau
adalah: Zahir ar-Riwayah,
An-Nawadhir, Al-Mabsut, al-Jami’ al-Kabir, Al-Ziyadat, al-Jami’ al-Shoghir,
al-Siyar al-Kabir, al-Siyar al-Shoghir.
Berkat
dua karyanya yang berjudul (as-Siyar
al-Shoghir dan as-Siyar al-Kabir), Asy-Syaibani dikenal sebagai
tokoh peletak dasar hukum internasional dalam Islam. Asy-Syaibani juga orang
yang pertama kali menulis masalah hukum internasional secara sistematis
Oleh
karena itu begadang malam hari ala Imam Muhammad Hasan Asy-Syaibani bisa
menjadi teladan untuk kita semua. Untuk selalu berdzikir untuk mengingat Allah
SWT, membaca dan menulis untuk mengungkapkan rasa syukur kepada-Nya. Karena
melalui membaca, akan tau tentang keagungan-keagungan Allah SWT. Dan dengan
menulis bisa mengabadikan rasa syukur kepada Allah SWT.
Begitulah
jalan hidup ulama-ulama terdahulu, begitu penuh dengan tirakat luar dalam.
Memanfaatkan waktu luang untuk berkarya dan melakukan hal-hal yang tidak pernah
usang dimakan oleh waktu, yaitu menulis. Karena menulis adalah bekerja untuk
keabadian dan peradaban, tanpa usaha keras ulama-ulama zaman dulu untuk selalu
produktif. Kita tidak akan bisa menikmati kekayaan warisan intelektual yang
sudah berabad-abad lamanya.
Dikutip dari islami.co
0 komentar:
Posting Komentar