Profesi
penulis mulai menarik perhatian saya. Menulis sesuatu dan membagikannya kepada
orang lain. Namun terbentuk pada tidak tahu apa yang akan saya tulis. Kata
populernya, tidak ada ide. Mandek lagi. Software
pengolah kata di komputer yang sudah tebuka, terabaikan begitu
saja. Saya beralih ke aplikasi lain seperti media sosial. Keinginan menjadi
penulis terabaikan seketika itu juga.
Ketika
keesokan harinya membaca beberapa tulisan di media, gelora menjadi penulis
berkobar lagi. Saya coba membuka aplikasi pengolah kata di komputer. Terbentang
lembaran kosong yang siap untuk diisi.
Tetapi apa ?
Saya mulai memaksa otak untuk membongkar memori pengetahuan dan pengalaman yang
pernah tersimpan. Banyak sekali isi memori saya, ada perjalanan hidup,
ada pengetahuan keislaman, ada pengetahuan tentang politik praktis, ada
pengetahuan tentang media, percintaan, dan lain-lain. Setelah dipilah-pilah dan
dipilih tidak ada yang layak untuk dibagikan ke orang lain.
Pengetahuan
saya dangkal, tidak komprehensif, sepihak, tidak berguna dan tidak menarik.
Sebelumnya saya pernah diberitahu tulisan yang baik harus menarik, unik,
menambah wawasan, dan berguna bagi banyak orang. Atas pertimbangan ini,
akhirnya otak panas, capek, tidak jadi
tulisan. Stop.
Berselang beberapa minggu, gejolak ingin menjadi penulis berkobar lagi! Ada
rasa ingin berbagi pengetahuan. Muncul keinginan saya untuk menolong orang yang
membutuhkan. Bukan menulis untuk pamer pengetahuan, takut kualat sama Allah.
Bukan juga saya melakukan personal branding.
Penemuan Ide yang menarik
Saya
paksakan diri untuk menulis. Buka aplikasi pengolah kata di komputer. Tekad
saya "pokoknya harus nulis!". Sementara saya abaikan
kriteria-kriteria tulisan yang baik tadi. Tidak peduli menarik atau tidak
tulisan saya. Menarik tidaknya suatu tulisan pembaca yang menilai. Merekalah
yang diberi mandat menilai tulisan, bukan penulisnya. Ok, bulatkan tekad,
menulis. Pemula seperti saya, kobaran semangat sudah menjadi modal besar
menjadi penulis.
Kembali
membolak balik tumpukan memori pikiran. Ketemulah ide, cara
membuat es teh manis, belajar sabar, cara menabung, cara membaca buku literatur
secara cepat. Rasa-rasanya semua ide sudah banyak ditulis orang.
Sedikit
kembali kepada kriteria tulisan yang menarik, sebelumnya pernah saya pernah
diberitahu. Tulisan yang menarik apabila memiliki unsur kebaruan (novelty)
atau belum banyak ditulis orang. Berpikir kreatif menciptakan yang berbeda.
Jangan mengulang-ngulang tulisan yang sudah banyak ditulis orang.
Bila tulisan
kita mengikuti ide orang, kita dianggap melakukan paritas. Paritas itu
artinya mengekor. Teman saya menasihati dan mengingatkan dengan sebuah kalimat
satir tentang ekor. Teman saya berkata, "seindah-indahnya ekor, tempanya
selalu di belakang". Maksudnya, bila kita mencaplok ide orang, yang sukses
adalah pemilik ide, kita disebut pengekor atau lebih sadis disebut plagiator.
Sebaiknya ada unsur orisinalitas.
Menarik juga
dapat dilihat dari pengaruh yang ditimbulkan oleh ide tersebut besar. Para
pakar jurnalistik menjelaskan kriteria magnitude adalah
dampaknya kepada siapa saja. Semakin banyak orang yang terkena dampak, semakin
besar magnitude-nya.
Ide yang menarik bila memberi pengaruh kepada semakin banyak orang.
Unik
Belum
beberapa kalimat tergelontorkan di ruang tulis pengolah kata, eits,
muncul hambatan kedua, apakah ide ini cukup unik ?
Hmmm... menurut saya cukup unik, bahkan sangat unik. Katanya setiap
penulis perlu menanamkan percaya diri. Aku yakinkan diri, ide ini sangat
menarik. Ide ini tidak banyak orang yang tahu, tetapi banyak orang yang butuh.
Pikiran saya mendapat justifikasi keunikan, pelajar dan mahasiswa yang hendak
mengerjakan makalah membutuhkan cara ini. Jumlahnya jutaan di Indonesia. Sambil
senyum-senyum yakin, sendiri.
Saya
terbayang dan sedikit berempati. Mahasiswa sering disuruh dosen membuat
makalah Ilmiah dalam waktu seminggu dengan merangkum dari berbagai literatur.
Membaca satu literatur secara seksama merupakan pekerjaan yang butuh waktu
mungkin seminggu. Bagaimana harus membaca 5 atau lebih literature dalam
seminggu? Pusing pasti. Pusingnya bukan hanya tujuh keliling, tetapi seperti
pusingnya anak zaman now, pusing tingkat dewa. Kasihan kau, dek !
Keunikan ide
ini dilihat dari persoalan sangat umum, dialami sebagian besar mahasiswa. Bila
sudah dikuasai akan membawa kemudahan yang sangat berarti. Bila tidak,
akan terjebak dalam kesulitan berkepanjang.
Menambah wawasan
Hambatan
kedua untuk menjadi penulis tampaknya terlewati dengan mulus. Amin !
Tantangan
baru ini ternyata lebih berat. Tulisan harus membahas ide menawah wawasan.
Menambah wawasan bila pembaca mendapat suatu informasi yang lengkap dan benar. Artinya menjelaskan secara lengkap dan sempurna dari A -- Z . Tulisan
jangan meninggalkan beban pikiran bagi pembaca.
Waduh ! Hmmmm....bagaimana
mungkin ? pengetahuan saya masih dangkal. Ide tulisan saya "cara
membaca buku literatur secara cepat". Bagaimana tulisan ini akan dikatakan
menambah wawasan dan komprehensif? Menambah wawasan dan komprehensif itu yang
bagaimana ? Ho Ho Ho. Istirahat dan berpikir sejenak.
Tiba-tiba
ingat analogi teman saya, salah satu ciri menawmbah wawasan dan komprehensif
bila tulisan menjelaskan secara lengkap ide yang dimaksud. Tulisan menjelaskan
kelengkapan informasi 5 W + H. What (apa), Who (siapa), Where (di
mana), When (apabila), Why
(mengapa) ditambah penjelasan tentang How (bagaimana). Oke
Oke. Saya tahu. Saya usahakan semua pertanyaan ini akan terjawab dalam tulisan
saya. Informasi 5W + H tentang cara membaca buku referensi dengan cepat.
Sobat
pembaca. Saya tidak akan paparkan teknik membaca buku literatur dengan cepat
pada tulisan ini. Itu hanya contoh bagaimana saya menceritakan keinginan saya
untuk menjadi penulis dan tantangan yang dihadapi. Semoga tidak gagal paham ya, bro.
Berguna
Tantangan
utama mau menjadi penulis ternyata ada pada tahap akhir. Tulisan harus
berguna dan bermanfaat bagi sebagian besar pembaca. Ada manfaat yang dapat
diambil oleh pembaca. Apa itu manfaat ? Manfaat dalam hal apa ? Siapa saja yang
mendapat manfaat ? Berapa banyak mereka ?
Timbul
persoalan baru, coy!
Ada dua
kriteria berguna dan bermanfaat. Pertama bermanfaat menurut pandangan penulis.
Kedua bermanfaat menurut pendangan pembaca. Kriteria penulis jelas tidak ada
masalah. Ini sangat bermanfaat, paling tidak melatih untuk menuangkan ide
menjadi tulisan. Manfaat lain menurut penulis akan membantu para mahasiswa
menyelesaikan tugas mereka. Membantu menghemat waktu , pikiran dan tenaga
mereka menyelesaikan tugas membuat makalah.
Sedangkan
manfaat menurut kriteria pembaca, serahkanlah kepada mereka. Mereka lebih
mengerti apa yang mereka butuhkan. Penulis hanya sekedar memperkirakan ini
bermanfaat. Ha ha ha. Penulis mendapat justifikasi alias
ngeles. Berpikir seperti ini membantu penulis lepas dari benar berat ingin
menjadi penulis.
Diambil dari kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar