Di dunia
ini tidak ada seorangpun yang menginginkan kesedihan hadir dalam hidupnya. Jika
bisa, semua orang mengharapkan kebahagiaan yang mengisi relung-relung hari
mereka. Sama halnya dengan kegagalan, tidak ada seorangpun yang mengingininya
hadir di dalam kehidupannya, karena kegagalan adalah satu pertanda dari suatu
hal yang gagal dikerjakan dan menciptakan rasa malu.
Hanyalah
sebuah ilusi jika yang terjadi di kehidupan kita hanya hal-hal baik dan
membahagiakan, ketika kita berbicara tentang salah satu hal yg dinilai tidak
baik oleh masyarakat luas, yaitu kegagalan. Kegagalan pun sebenarnya
adalah hal yg baik jika ditinjau dari sudut dan kacamata yang benar. Masyarakat
awam meyakini bahwa kegagalan adalah kunci keberhasilan, namun sebenarnya ini
hanyalah seperti jargon maupun kalimat penenang yang menutupi rasa malu karna
kegagalan itu sendiri.
Dampak dari
tidak siapnya mental kita menerima kekalahan yaitu sebagai salah satu dari
banyak contoh, ricuh saat menyaksikan pertandingan sepak bola karena tim
kesayangannya kalah yang sampai menyebabkan adu pukul, tawuran hingga
menyebabkan kematian. Banyak lagi dampak dari ketidaksiapan mental kita
menerima kegagalan.
Hal ini menjadi sebuah tradisi jika kita menilik semenjak kecil kita dididik
untuk mencapai hal-hal yang baik dan besar, melakukan sesuatu dengan benar,
mempersiapkan diri serta berlatih untuk memenangkan pertandingan, mencapai
nilai baik saat ujian, meraih juara kelas dan lain sebagainya.
Ini menjadi paradoks karena seakan-akan kita diajari
"hanya" untuk menang dan berhasil. Lalu kita semua lupa bahwa
kehidupan ini bak penuh misteri tanda tanya, apa yang terjadi jika kita
melakukan hal yang sebaliknya? Bagaimana jika kita ternyata kalah, tidak mampu
bertanding dengan baik, tidak bisa meraih target ini dan itu, bagaimana jika
pada kenyataannya yang kita dapati adalah sebuah kegagalan?
Tentunya,
depresi, perpecahan dan dampak-dampak lainnya yang merusak tidak kita harapkan
menjadi buah dari berbagai macam kegagalan yang kita dapati sehari-hari. Oleh
karena itu, Kita butuh didikan dan kesadaran berupa cara-cara untuk
menanggulangi kegagalan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari, kegagalan
mencapai target, kegagalan didalam ruang lingkup pendidikan, kegagalan dalam
hubungan antar pribadi dan semua kegagalan lainnya. Karna kita senantisa tidak
akan pernah jauh dengan keberhasilan, pun kegagalan.
Membiasakan
diri dengan kegagalan bukan berarti kita menjadi pribadi yang pesimis dan dekat
dengan kegagalan, namun pembiasaan diri pada kegagalan membawa kita lebih siap
dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Ini juga seyogianya menjadi
perhatian khusus bagi generasi muda yang dikenal sebagai generasi millenial
untuk menguatkan mental mereka untuk terbiasa pada kegagalan. Karena jika tidak
segera disadari dan diperbaiki, mental seperti ini jika terus berkelanjutan
akan membuat kehidupan kita penuh dengan perpecahan dari skala kehidupan yang
kecil yaitu interpersonal maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Sudah terlalu banyak kutipan mengenai kegagalan adalah
keberhasilan yang tertunda, sekarang, mari sadari dan wujudnyatakan" - Agi Julianto
Martuah Purba
Dikutip
dari kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar