Pages

Kamis, 04 Juli 2019

Setiap Makhluk Dijamin Rizkinya Oleh Allah swt

Sumber gambar: jejakimani.com

Seorang sufi “pemula” tiba-tiba ingin membuktikan bagaimana Allah menjamin rezeki setiap makhluk di muka bumi. Maka berkelanalah ia dari kota ke kota, dari hutan ke hutan, untuk melihat bagaimana “tangan Allah” bekerja, hingga pada suatu pagi yang cerah, ia sedang berteduh di bawah pohon rindang, ia melihat kejadian yang mengusik nuraninya.
Seekor burung cacat terjatuh dari sarangnya. Sang sufi melihat sayap burung tersebut patah sehingga ia tak mungkin bisa terbang. Sang sufi langsung penasaran. Ia berpikir, “Bagaimana Allah memberikan rezeki kepada burung yang cacat ini?” Lama ia menunggu, berharap menyaksikan suatu peristiwa yang menakjubkan, hingga secara tiba-tiba seekor burung lain yang sehat wal afiat datang, dan memberikan makanan kepada burung cacat tersebut.
Sang sufi merasa mendapatkan pencerahan dari Allah. “Betul kata al-Qur’an,” pikirnya dalam hati, “Tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” (QS. Hud [11]: 6). Maka kembalilah ia ke khanqah tempat gurunya mengajar dan menceritakan pengalaman spiritual yang ia alami. “Sekarang saya paham tentang jaminan rezeki Allah kepada makhluk-Nya,” tuturnya kepada sang guru. “Mulai sekarang saya akan sibuk beribadah dan tak mau lagi menyediakan ruang dalam hati untuk memikirkan pekerjaan dan kesibukan duniawi walau sedikit pun. Saya ingin seperti burung cacat yang pasrah menerima apa pun yang diberikan Allah kepadanya.”

Sang guru mengangguk mendengar penjelasan muridnya dan berkomentar, “Jadi kamu berkelana jauh-jauh dari khanqah hanya untuk bercita-cita menjadi seekor burung cacat? Mengapa engkau tidak bercita-cita untuk menjadi burung sehat yang bisa memberi makan dan manfaat kepada burung-burung yang lain? Bukankah itu lebih baik.

Diambil dari Muhammad Ma’mun afkaruna.id

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer