Pages

Rabu, 21 Agustus 2019

Menyejarah Bersama Karya



Betapa bahagianya ketika kelak kita sudah meninggalkan dunia yang fana ini, ada warisan sejarah yang bisa kita tinggalkan untuk anak cucu kita, bahkan untuk umat manusia.

Pernahkah kita bayangkan, seratus tahun bahkan seribu tahun yang akan datang, ketika jasad kita sudah berkalang tanah, fisik kita sudah tidak ada lagi di dunia ini, tetapi nama kita tetap harum, terus disebut dan diperbincangkan serta dikaji oleh oleh banyak orang karena karya-karya kita tetap dapat dinikmati dari generasi ke generasi.

Alangkah nikmatnya, jika ide-ide kita, ilmu pengetahuan yang kita miliki kemudian kita tuangkan dalam sebuah karya berupa buku, masih bisa dinikmati oleh generasi demi generasi sepeninggal kita. Lebih-lebih jika karya-karya kita tersebut dapat memberi manfaat secara luas untuk umat manusia. Sungguh sebuah kenikmatan tak terhingga.

Para pembaca tentu tidak asing lagi dengan nama-nama seperti: Imam Asy-Syafi’i, Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Al-Ghazali. Mereka adalah tokoh-tokoh ulama Muslim yang hingga kini namanya tetap harum, dikenal dan dikenang, meskipun mereka sudah wafat berabad-abad lamanya. Apa pasal? Ya, ide-ide serta pemikiran mereka tetap ‘hidup’ hingga saat ini, bahkan mungkin hingga berabad-abad yang akan datang karena mereka menuliskan ide-ide besar serta pemikiran-pemikiran mereka melalui karya tulis berupa buku atau kitab, yang hingga kini masih terus dapat kita nikmati.

Siapa yang tidak kenal dengan Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Siapa yang tidak kenal dengan Ihya ‘Ulumuddin. Siapa yang tidak kenal dengan Al-Umm dan Al-Risalah? Karya-karya besar dari para ulama besar di bidangnya yang sampai saat ini menjadi kajian ilmiah para sarjana, baik Muslim maupun Non Muslim, di Timur dan di Barat. Sungguh, sebuah prestasi luar biasa yang telah ditorehkan oleh para ulama masa lalu.

Mereka telah menyejarah bersama karya monumental mereka. Mereka telah mengabadi bersama buah pikiran mereka yang dituangkan dalam sejumlah karya.

Tepat sekali ungkapan dalam bahasa latin yang menyebutkan, “scripta manent verba volant”, tulisan akan abadi, ucapan akan hilang. Mereka inilah, yang menurut penulis, akan terus mendapat passive income, berupa aliran pahala di rekening amal mereka, karena warisan ilmiah yang mereka tinggalkan berupa karya yang mencerahkan dan mencerdaskan umat manusia. Meski jasad mereka berkalang tanah, namun amal yang mereka tinggalkan mampu memberi nilai pahala terus menerus.

Alasan ini pula yang mendorong dan menyemangati saya untuk terus berusaha melahirkan karya-karya berupa buku dengan bidang kajian yang menarik minat saya, yaitu seputar masalah keagamaan dengan tinjauan Alquran dan Hadits.

Saya berharap, suatu saat kelak, ketika Allah sudah memanggil saya ke hadirat-Nya, ketika jatah hidup saya sudah berakhir, ketika Izrail sudah datang untuk mencabut nyawa saya, saya bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang. Karena saya telah meninggalkan jejak sejarah, warisan intelektual berupa karya tulis, buku, yang mudah-mudahan akan menjadi ‘investasi akhirat’ saya, yang akan terus mengalirkan passive income berupa pahala sebagai bekal untuk berjumpa dengan Sang Khalik Yang Maha Mengetahui (‘Aliim) dan Maha Bijaksana (Hakiim), yakni Allah Swt.

Inilah di antara cita-cita besar saya dalam hidup ini. Saya ingin menyejarah dan mengabadi bersama karya. Saya ingin, suatu saat nanti, meski sudah meninggalkan dunia ini, nama saya tetap dikenang dan dikenal oleh generasi-generasi setelah saya melalui karya-karya saya.

Sungguh betapa bahagianya saya jika cita-cita itu dapat terwujud. Semoga Allah memperkenankan cita-cita saya tersebut. Amiin.

Oleh: Dr. Didi Junaedi, M.A. (Dosen Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer