Film
dokumenter buatan Netflix Original Documentar berjudul The Great Hack menjadi
salah satu film yang menarik perhatian penulis minggu ini. Tayang perdana pada
24 Juli 2019 dan menjadi topik di beberapa forum online.
The Great Hack
berkisah tentang skandal Facebook perihal penyalahgunaan data pengguna Facebook
sebanyak 87 juta pengguna oleh Cambridge Analytica/SCL yang digunakan sebagai
alat kampanye di berbagai belahan dunia.
Cerita
berawal dari keresahan Profesor David Carroll, bisa ditemui lewat akun Twitter
@profcarroll, mengenai data dirinya di dunia maya dan digunakan untuk apa saja
hingga kemudian dia melakukan penyelusuran secara independen. Salah satu hal
yang menarik adalah membaca syarat dan ketentuan aplikasi terutama mengenai data
yang bisa diakses oleh sebuah aplikasi.
Dari
hasil penelusuran tersebut Prof. Carroll menemukan adanya indikasi bahwa data
dirinya digunakan dalam Project Alamo, sebuah projek pengumpulan pusat data
pemilih tim kampanye Donald Trump yang sistem kerjanya adalah menampilkan
iklan, materi, atau artikel kepada dirinya melalui media sosial yang
dipunyainya sehingga bisa membentuk opini untuk memilih salah satu capres.
Penelusuran
berujung pada sebuah nama: Cambridge Analytica (CA). Kemudian secara resmi
Prof. Carroll mengajukan permintaan resmi kepada Cambridge Analytica namun
ditolak.
Namun
justru bermula dari inilah kemudian terbongkar skandal Facebook (FB) yang
membuat sahan Facebook turun karena dianggap tidak bisa melindungi data
penggunanya.
Psikografi
Dalam
ilmu pemasaran ada satu ilmu yang disebut Psikografi, sebuah ilmu yang
digunakan untuk menentukan segmentasi pasar berdasarkan gaya hidup,
personalitas, kelas sosial, latar belakang pendidikan dan perilaku (calon)
konsumen.
Hal
ini juga diterapkan dalam banyak hal tidak terkecuali militer dan politik.
Inilah yang sedang dilakukan oleh Cambridge Analytica dengan database-nya.
Data
pengguna FB yang berada dalam database CA terdiri dari banyak aktivitas
pengguna seperti linimasa, pesan, kontak, foto, video, hingga like. Kebiasaan
pengguna dianalisa sedemikian rupa sehingga bisa dikelompokkan berdasarkan
minatnya masing-masing.
CA
melalui jaringannya membuat beragam konten seperti artikel, meme, dan video.
Konten itu dibuat se-spesifik mungkin berdasar segmen tadi kemudian di unggah
ke media sosial
Manipulasi
konten seperti ini membuat calon pemilih bisa mengubah pilihannya. Secara tidak
langsung alam bawah sadar mereka dijejali dengan informasi yang tidak netral
meskipun itu mungkin sesuai dengan keinginannya.
Kabar
buruknya, itu semua terjadi setiap hari, setiap saat. Coba perhatikan media
sosial Anda masing-masing atau paling mudah Youtube, begitu kita memilih satu
video untuk kita putar maka akan muncul daftar referensi video lain
sejenis.
Itu
belum termasuk Twitter, Facebook, Instagram, hingga kanal berita lokal dan
internasional. Semua ditayangkan kepada kita berdasarkan minat kita sendiri.
Bagaimana dengan Indonesia?
Setelah
penulis googling,
ada temuan mengejutkan bahwa CA/SCL juga pernah beroperasi di Indonesia pada
era reformasi dan pemilu 1999. Disebutkan bahwa ada satu partai besar di
Indonesia yang menggunakan jasa SCL pada Pemilu 1999 tersebut tetapi nara
sumber tidak menyebutkan nama partai dimaksud.
Dalam
artikel tersebut disebutkan bahwa SCL juga digunakan untuk mendongkrak
kepopuleran salah satu mantan Presiden RI tetapi gagal. Justru operasi SCL
berhasil diungkap oleh The Wall Street Journal hingga sang pendiri SCL, Nigel
Oakes harus kabur ke Singapura. Setelah itu tidak ditemukan lagi jejak CA di
Indonesia.
Meskipun
begitu, operasi psikologis di Indonesia juga ada meskipun tanpa menggunakan
jasa CA. Jaringan seperti MCA, Jasmev, dan tim media sosial pemerintah juga
ada. Bahkan belum lama ini diundang ke Istana Negara.
"The Great Hack adalah sebuah peringatan keras bagi
kita pengguna internet. Hampir semua media berlomba-lomba mendapatkan data kita
agar bisa menghasilkan keuntungan."
Begitu
pula dengan Kementerian Pariwisata dengan gerakan GenPi-nya. Media mainstream
dan media sosial menjadi ajang propaganda oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Tidak heran jika di medsos semakin hiruk pikuk dengan segala macam informasi.
Lindungi Data Anda
Melihat
fakta-fakta yang disajikan di filmThe
Great Hack, sudah waktunya bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam
bermedsos. Pemalsuan akun, berita hoaks, grooming,
perundungan, iklan, dan aneka macam hal aneh banyak terjadi di medsos.
Jika
tidak berhati-hati, bisa saja suatu saat data kita bisa disalahgunakan oleh
pihak tertentu untuk mengambil keuntungan yang bisa saja merugikan kita.
Dalam
film itu pula Profesor Carroll membuat gerakan Data Rights is Human Rights, Hak
Data adalah Hak Asasi Manusia (HAM). Sebuah gerakan agar kita peduli dengan
data yang kita bagikan ke aplikasi.
Perhatikan
benar data apa saja yang bisa diakses oleh aplikasi tersebut. Tidak serta merta
langsung meng-install
karena sedang tren atau viral.
Melihat
fakta-fakta yang disajikan di film The Great Hack, sudah waktunya bagi
kita untuk lebih berhati-hati dalam bermedsos. Pemalsuan akun, berita hoaks, grooming,
perundungan, iklan, dan aneka macam hal aneh banyak terjadi di medsos.
Jika tidak
berhati-hati, bisa saja suatu saat data kita bisa disalahgunakan oleh pihak
tertentu untuk mengambil keuntungan yang bisa saja merugikan kita.
Dalam film
itu pula Profesor Carroll membuat gerakan Data Rights is Human Rights,
Hak Data adalah Hak Asasi Manusia (HAM). Sebuah gerakan agar kita peduli dengan
data yang kita bagikan ke aplikasi.
Perhatikan
benar data apa saja yang bisa diakses oleh aplikasi tersebut. Tidak serta merta
langsung meng-install karena sedang tren atau viral.
Salah satu
contoh kasusnya adalah perbuatan debt collector aplikasi fintech yang
menghubungi kontak peminjamnya bahkan sampai membuat unggahan ke teman-teman
WA-nya dengan tujuan mempermalukannya. Hal-hal seperti inilah yang harus
menjadi kepedulian kita.
The Great
Hack adalah sebuah peringatan keras bagi
kita pengguna internet. Hampir semua media berlomba-lomba mendapatkan data kita
agar bisa menghasilkan keuntungan.
Mereka akan
membuat aplikasi-aplikasi baru yang menarik perhatian kita dan membuat kita
dengan sukarela membagi data pribadi termasuk semua kebiasaan kita. Ingat pesan
Bang Napi: "Kejahatan tidak hanya terjadi karena niat pelakunya, tetapi
juga karena adanya KESEMPATAN."
Dikutip dari
kompasiana.com/ekoavianto/, Netflix, indopress.id, Twitter.
0 komentar:
Posting Komentar