Pages

Sabtu, 10 Agustus 2019

Filsafat Sebagai Ilmu Kritis

Sumber gambar: belapendidikan.com

Filsafat sering difitnah sebagai sekularistik, atheis, anarkis karena suka menyobek selubung-selubung ideologis pelbagai kepentingan duniawi, termasuk yang tersembunyi dalam pakaian yang alim. Ia tidak sopan. Ia bagaikan anjing yang menggonggong, mengganggu, mengusik, dan menggigit. Filsafat harus demikian karena ia secara hakiki adalah ilmu kritis.

Dengan demikian sikap kritis terhadap dirinya sendiri termasuk hakikat filsafat. Filsafat memang harus mencari jawaban-jawaban, tetapi jawaban-jawaban tidak pernah abadi. Karena itu filsafat tak pernah selesai dan tak pernah sampai pada akhir sebuah masalah. Apa yang sering dianggap sebagai kelemahan, yaitu bahwa filsafat dalam abad ke-20 ini masih sibuk dengan problem-problem sama seperti yang sudah dipersonalkan 2500 tahun yang lalu ternyata membuktikan bahwa filsafat tetap setia pada “metodenya” sendiri. Masalah-masalah filsafat adalah masalah manusia sebagai manusia, dan karena manusia di satu pihak tetap manusia, tetapi di lain pihak berkembang dan berubah, masalah-masalah baru filsafat adalah masalah-masalah lama manusia.

Dalam hal ini secara prinsipil, pemilihan metode tidak penting-asal metode yang dipilih dipertanggungjawabkan dan terbuka bagi kritik. Pemutlakan satu metode akan merupakan kematian filsafat sebagai ilmu kritis karena akan mentabukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak lewat sensor metode itu. Begitu pula tidak perlu diputuskan apakah filsafat harus lebih dilihat sebagai “ilmu pengetahuan sekunder” atau metascience sebagaimana menjadi metode dalam filsafat Anglosaksonian selama 60 tahun abad pertama ini, atau menjadi “ajaran kebijaksanaan” sebagaimana menjadi tradisi dominan di Eropa kontinental sejak zaman Yunani  - asal filsafat itu tetap menantang dan ditantang, menuntut pertanggungjawaban dan dituntut untuk mempertanggungjawabkan diri sendiri, mengusahakan pendalaman suatu permasalahan, menggali dasar-dasar masalah yang menjadi kesibukannya, termasuk usahanya sendiri.

Dengan demikian filsafat adalah seni kritik. Bukan seakan-akan ia membatasi diri pada destruksi, atau seakan-akan takut untuk membawa pandangan positifnya sendiri. Melainkan kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah berpuas diri, tidak pernah membiarkan sesuatu sebagai sudah selesai, tidak pernah memotong pembicaraan, selalu bersedia, bahkan senang untuk membuka kembali perdebatan, selalu dan secara hakiki bersifat dialektis dalam arti bahwa setiap kebenaran menjadi lebih benar dengan setiap putaran tesis-antitesis dan antitetisnya antitesis.

Sumber: kata pengantar buku Filsafat Sebagai Ilmu Kritis

Pembaca bisa mengekslor lebih dalam tentang filsafat sebagai ilmu kritis dengan mendownload link pdf buku Filsafat Sebagai Ilmu Kritis di bawah ini



0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer