Pages

Sabtu, 10 Agustus 2019

Galau?, Move On Dong


Sumber gambar: gulalives.co


Satu pertanyaan pembuka. Tolong baca baik-baik ya. Sebetulnya, kita hidup di dunia itu merupakan ujian atau anugerah? Ada yang bilang kalau hidup adalah anugerah, tetapi mengapa kok ada saja masalah dan ketidakpastian?

Tuhan menurunkan masalah dan ketidakpastian hanya sebagai alat untuk mengetahui, mana hamba-Nya yang mau berusaha dan patut diberi “lebih” oleh-Nya dan mana yang hanya pantas diberi “seadanya”. Diberi lebih itu maksudnya diberi rezeki yang lebih banyak dari yang lain, pahala yang lebih besar, dan sebagainya. Jadi sebetulnya, hidup adalah anugerah, dan ujian hanya sebagai alat uji kemampuan selama kita hidup di dunia.

Masalah dan ketidakpastian dalam hidup lah yang memunculkan ketakutan sekaligus harapan. Bayangkan, rasa takut akan kelaparan mendorong kita harus bekerja mencari makan. Dengan ketidakpastian masa depan, kita harus merencanakan hidup dengan penuh perhitungan agar kelak tidak menderita. Jadi ketidakpastian itu ada manfaatnya juga.

Setiap manusia pasti akan selalu menghadapi ketidakpastian. Suatu kondisi di mana kita mengalami kekacauan dalam diri karena ketakutan yang berlebih akan semua hal yang kita hadapi di kehidupan ini. Apalagi kalau sudah menyangkut masalah masa depan dan kesuksesan, bermimpi yang tinggi saja tidak berani. Sebetulnya, kegalauan (yang belum tentu terjadi) itu bisa diatasi. Namun, masalahnya, berani nggak untuk bergerak dan mengatasi? Hanya diri kita masing-masing yang bisa menjawabnya.

Bicara soal galau, mulai dari tulisan ini hingga akhir halaman buku ini, kita akan membahas galau tentang kesuksesan dan masa depan. Karena semua orang yang sedang berproses dan berjalan menuju kesuksesan pasti akan merasakan kegalauan, walau hanya sekali dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Lha wong, menuju sukses itu ibaratnya seperti kita masuk ke dalam goa atau lorong gelap, yang kita sendiri tidak tahu kapan ujungnya dan kapan “titik terang” cahaya di ujung akan mulai muncul. Dan, kebanyakan dari diri kita tidak tahu, bagaimana cara agar tetap terus kuat bergerak dan berproses melewati “lorong gelap” yang panjang ini, hingga keluar dan menemukan cahaya kesuksesan.

Kita tidak akan pernah tahu, akan bertemu apa kita di lorong gelap itu. Kita tidak akan pernah tahu seperti apa wujud kesuksesan itu. Semuanya akan kita ketahui jika kita mau melangkah dan bergerak menuju goal yang ingin kita capai. Sampai pada akhirnya, kita bisa bicara ‘Ooooh, begini to kesuksesan itu, aku nggak bakal pernah tahu, kalau dulu aku nggak pernah melangkah dan bergerak.’

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kebanyakan dari kita, kalau galau dan takut, bukannya mengatasi kegalauan dan ketakutannya, eh malah diam. Stuck di suatu tempat. Kita sebagai manusia, kebanyakan mempunyai sifat dasar yang sama, yaitu mencintai rasa aman. Nah, rasa aman itulah yang membuat kita tetap diam dan nggak bergerak melawan kegalauan dan ketidakpastian. Padahal, kalau kita diam malah akan semakin memperparah rasa galau kita. Makin banyak diam, makin sering mikir,  malah makin galau. Kalau kata zaman sekarang, kita harus move on biar nggak galau.

Sebetulnya banyak sekali hal yang bisa kita pelajari sebagai alat untuk menuju tujuan yang kita inginkan dari hal-hal yang ada di sekitar kita. Namun masalahnya adalah, bisakah kita berpikir jernih dan berpikir dengan sudut pandang lain untuk menemukannya? Karena, untuk menemukan hal-hal yang tidak ditemukan oleh orang lain sebagai pembelajaran diri kita, kita harus bisa memandang segala hal dengan sudut pandang yang berbeda.

Memandang dengan sudut pandang berbeda itu nggak ribet, cukup dengan pikiran yang jernih, mau berpikir dan menghubungkan hal-hal sekitar dengan kehidupan. Bahkan, sebetulnya hal yang rumit sekalipun, seperti pelajaran isika ketika SMA, ternyata mempunyai ilosoi yang sangat dalam tentang kehidupan untuk mencapai kesuksesan. Itu kalau kita mau memikirkannya. Karena banyak juga orang yang boro-boro mencari korelasi antara pelajaran isika dan kehidupan untuk mencapai kesuksesan, lha wong mikir saja malas.
“Tuhan sebetulnya sudah menurunkan banyak “mentor” untuk membimbing kita untuk mendapatkan tujuan yang kita inginkan di masa depan. Bentuknya banyak sekali, dan ada di sekitar kita. Namun sekali lagi, itu hanya untuk orang yang mau memikirkannya saja dan memandang dengan sudut pandang yang berbeda.”
Coba lihat Albert Einstein. Bertahun-tahun ia melakukan penelitian pada ilmu isika, dan berkali-kali gagal. Kalau ia tidak bisa melihat dengan sudut pandang yang berbeda pada setiap kegagalan yang ia dapat, ia tidak akan bisa merumuskan Hukum Kekekalan Energi yang sekarang bisa kita pelajari. Sama halnya dengan kesuksesan. Kalau kita tidak bisa melihat setiap hal dengan sudut pandang yang berbeda, tiap kali kita menemukan hambatan dalam proses menuju tujuan, kita tidak akan bisa terus bergerak. Seperti yang dikatakan Einstein “
“Adalah suatu kegilaan, jika kita tetap melakukan hal yang sama, namun mengharapkan hasil yang berbeda”.
Kalau dalam proses menuju sukses, kita menemui hambatan, lalu kita berusaha menyingkirkan hambatan namun tidak berhasil, kita harus mencobanya lagi, dengan catatan dengan cara yang baru. Nah, itulah gunanya memiliki kemampuan untuk melihat segala hal dengan sudut pandang yang berbeda.

Sumber: Kata Pengantar Buku Apa Yang Dilakukan Einstein Saat Galau

Pembaca dapat mengakses Buku Apa Yang Dilakukan Einstein Saat Galau  pada link pdf di bawah ini

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer