Pages

Minggu, 11 Agustus 2019

Kisah-kisah dari Negeri 1001 Malam; Sinbad Sang Pelaut


Sumber gambar: sportourism.id
RAJA PERSIA DAN SANG PUTRI LAUT

Ada suatu masa, hiduplah seorang raja dari Persia, yang di awal kekuasaannya  sangat dihormati karena meraih banyak kemenangan dan penaklukan. Setelah masa itu, ia menikmati kedamaian dan ketenangan yang luar biasa sehingga negerinya mempunyai masa pemerintahan yang paling membahagiakan. Penyesalan yang dimilikinya hanyalah ia belum memiliki pewaris yang kelak akan meneruskan tahtanya setelah ia wafat. Suatu hari, berdasarkan tradisi dari leluhurnya selama mereka berada di ibu kota, ia mengadakan semacam pertemuan dengan para penasihat kerajaan, di mana semua duta besar dan orang-orang asing dalam kerajaannya hadir di sana. Di antara mereka terdapat seorang pedagang dari negara yang jauh, yang mengirimkan pesan kepada sang raja agar ia diberi kesempatan untuk menghadap, karena ia ingin menyampaikan sebuah pesan penting. Sang raja memerintahkan agar permintaan si pedagang dikabulkan, dan setelah pertemuan usai, dan seluruh tamu sudah beristirahat, sang raja menanyakan urusan apa yang telah membawa si pedagang ke istana.

“Tuan,” kata si pedagang, “Aku memiliki sesuatu dan aku mohon agar Yang Mulia melihatnya, seorang hamba yang paling cantik dan memesona, yang tidak mungkin ditemukan di tempat lain di muka bumi ini. Hanya dengan memandangnya, Yang Mulia pasti ingin menjadikannya sebagai permaisuri.”

Sang hamba yang cantik, atas perintah Raja, segera dibawa masuk. Sang Raja langsung terpesona oleh kecantikan dan keanggunan wanita itu yang melampaui bayangannya dan membuatnya langsung jatuh cinta. Ia pun memutuskan untuk segera menikahi wanita itu.

Sang Raja memerintahkan agar sang hamba yang cantik itu ditempatkan di kamar terindah di samping kamarnya sendiri. Ia juga memberikan instruksi-instruksi khusus kepada para pelayan yang ditunjuk untuk melayani wanita itu, agar mereka memberikannya pakaian-pakaian dan kalungkalung permata yang paling indah. Demikian pula berlianberlian yang paling berkilau dan batu-batu mulia lainnya, yang boleh dipilih sesuai seleranya.

Ibu kota sang Raja Persia terletak di sebuah pulau dan istananya, yang sangat luas, dibangun di tepi pantai. Jendela kamarnya menghadap langsung ke laut dan jendela kamar si hamba cantik, yang berada tidak jauh dari kamar sang Raja, juga memiliki pemandangan yang sama. Tidak ada yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan melihat ombak yang hampir mencapai bagian bawah dinding istana itu.

Di hari ketiga, sang hamba cantik, setelah didandani dengan teramat sangat indah, sedang sendirian di dalam kamarnya, duduk di atas sebuah sofa, dan bersandar di sebuah jendela yang menghadap ke laut, ketika sang Raja, yang sebelumnya telah mengumumkan akan datang mengunjunginya, masuk ke dalam kamar. Sang hamba yang mendengar ada seseorang berjalan di dalam ruangan, dengan segera berpaling untuk melihat siapa yang datang. Sang hamba mengetahui bahwa yang datang adalah sang Raja, namun tanpa menunjukkan sedikit pun reaksi, atau setidaknya bangkit dari duduknya untuk menghormati atau menyambut sang Raja, ia malah berbalik menghadap ke jendela lagi, seakan-akan ia dikunjungi oleh orang yang paling tidak penting di seluruh dunia ini.

Sang Raja Persia amat terkejut dengan sikap tidak peduli yang ditunjukkan oleh seorang hamba yang memiliki kecantikan luar biasa ini. Ia menganggap sikap hamba itu disebabkan oleh kurangnya pendidikan, dan ia segera memerintahkan agar sang hamba diberi pelajaran mengenai tata krama. Sang Raja menghampiri ke jendela, tetapi ia disambut dengan sikap dingin dan tidak peduli oleh sang hamba. Hamba itu membiarkan dirinya untuk dikagumi, diciumi, dan dipeluk namun ia tidak berbicara kepada sang Raja sepatah kata pun.

“Istriku tersayang,” kata sang Raja, “Dirimu sama sekali tidak menjawab, maupun memberikan sedikit reaksi yang membuatku percaya bahwa kau mendengarkanku. Mengapa dirimu bersikap diam seperti ini, yang membuatku merasa dingin? Apakah dirimu berduka karena kerinduanmu pada negaramu, teman-temanmu, atau saudara-saudaramu? Apakah aku, sang Raja Persia, yang mencintai dan mengagumi, tak mampu untuk menghiburmu, dan membantumu untuk melupakan semua kerinduan yang kau alami di dunia ini?”

Namun, sang hamba cantik tetap tidak bergeming dan matanya masih terpaku ke tanah, tidak menatap sang Raja ataupun mengucapkan sepatah kata. Setelah mereka bersantap malam bersama dalam keheningan, sang Raja bertanya kepada para pelayan wanita yang telah ditugaskan untuk melayani sang hamba yang cantik, apakah mereka pernah mendengarnya berbicara.

Salah seorang dari pelayan itu menjawab, “Tuanku, kami tidak pernah sekali pun melihatnya membuka mulutnya atau mendengarnya berbicara lebih daripada yang Tuan dengar. Kami telah melayaninya, kami menyikat dan menghias rambutnya, mengenakan pakaiannya, dan menungguinya di kamar, namun ia tidak pernah membuka mulutnya, bahkan untuk sekadar mengatakan sudah cukup, atau, aku menyukainya. Kami sering bertanya kepadanya, Nyonya, bantuan apa lagi yang Anda butuhkan? Adakah sesuatu  yang kau inginkan? Mintalah dan perintahlah kami, tetapi kami tidak pernah mampu membuatnya berbicara. Kami tidak mengetahui apakah sikap diamnya itu disebabkan oleh keangkuhan, penderitaan, kebodohan, atau kebisuan, dan hanya inilah yang dapat kami beritahukan kepada Yang Mulia.”

Sang Raja Persia menjadi lebih terkesima setelah mendengar semuanya, namun, ia mempercayai bahwa sang hamba memiliki alasan yang menyebabkannya menderita. Sang Raja berusaha untuk mengalihkan perhatian dan menghiburnya, namun semua sia-sia. Selama setahun, hamba cantik itu tidak memberikan kebahagiaan bagi sang Raja, yang ingin mendengarnya berkata-kata.

Hingga akhirnya, hari yang penuh kegembiraan tiba di ibu kota, sang raja dan ratunya yang pendiam memiliki seorang putra dan pewaris tahta kerajaan. Sekali lagi, sang raja berharap untuk dapat mendengar sepatah kata dari istrinya. “Ratuku,” katanya, “Aku tak dapat menebak apa yang ada di benakmu saat ini, tetapi, bagiku, tidak ada yang dapat melengkapi kebahagiaanku dan sukacitaku selain mendengarmu berbicara walaupun hanya sepatah kata, karena lubuk hatiku mengatakan bahwa kau tidak bodoh, dan aku memohon kepadamu, meminta dengan sangat, agar dirimu menghentikan keheningan yang panjang ini, dan berbicara satu kata saja padaku, dan setelah itu aku tidak peduli lagi kapan aku akan mati.”

Pada saat itu, sang hamba yang cantik, yang biasanya hanya mendengarkan sang Raja dengan mata tertunduk, yang  membuat sang Raja memiliki alasan untuk percaya bahwa sang hamba tidak hanya bodoh namun juga tidak pernah tertawa seumur hidupnya, mulai tersenyum kecil. Sang Raja Persia merasakannya sebagai sebuah kejutan sehingga ia memekik kegirangan. Ia sangat yakin bahwa sang hamba sebentar lagi akan berbicara, maka ia menunggu saat bahagia itu dengan bersemangat sampai kehilangan kata-kata.

Akhirnya, sang hamba cantik, mematahkan keheningan panjangnya, berbicara kepada sang Raja, “Tuanku,” katanya, “Aku ingin mengatakan banyak hal kepada yang mulia, tetapi setelah akhirnya berbicara lagi, aku tidak tahu dari mana harus memulai. Bagaimana pun, pertama-tama, aku wajib berterima kasih kepadamu atas segala pertolongan dan kehormatan yang kau berikan kepadaku, dan semoga surga memberkati dan memberimu kemakmuran, menjauhkanmu dari bahaya musuh-musuhmu, dan tidak membuatmu mati setelah mendengarku bicara, melainkan memberimu umur panjang.  Tak pernah terpikirkan olehku untuk melahirkan seorang anak, aku telah meneguhkan hati untuk tidak pernah mencintaimu, dan juga untuk tetap diam selamanya, tapi sekarang aku mencintaimu seperti seharusnya.”
- To Be Continued

Saksikan episode selanjutnya dengan mendownload versi luring/ offline pada link pdf di bawah ini

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer