Pages

Minggu, 11 Agustus 2019

Hadits Arba'in Nawawiyah


 
Sumber gambar: bimbinganislam.com
Beliau dikenal sebagai Al-Imam, Al-Hafiz, Al-Faqih, dan AlMuhaddits. Nama lengkapnya adalah Yahya bin Syarafuddin bin Murriy bin Hasan al-Hizami al-Haurani an-Nawawi asy-Syafi’i, kunyahnya: Abu Zakaria, julukannya (laqob) adalah Muhyiddin (Namun beliau sendiri tidak suka dijuluki dengan julukan tersebut karena ketawadhu’annya kepada Allah Ta’ala dan juga karena agama itu selalu hidup dan tetap, tidak butuh orang yang menghidupkannya, agar menjadi hujah bagi mereka yang menyia-nyiakannya dan mencampakkannya. Al-Lakhmy berkata, “Adalah benar bahwa Imam Nawawi berkata, ‘Aku tidak rela orang yang memberikan aku julukan Muhyiddin).

Kelahiran dan Pertumbuhannya Beliau dilahirkan di negeri Nawa, pada sepuluh hari pertengahan bulan Muharam tahun 631 H. serta tumbuh berkembang di sana. Masa kecilnya dilalui dengan mendatangi orang-orang mulia  untuk berkonsultasi kepada mereka dalam berbagai urusan. Dia tidak suka bermain dan bercanda (sebagaimana layaknya anak-anak), karenanya dia telah hafal Al-Qur’an menjelang usia baligh. Pada usia sembilan belas tahun, bapaknya membawanya ke Damaskus untuk menuntut ilmu, lalu dia tinggal di Madrasah (Pesantren) ar-Rowahiyah, dekat Jamii (Masjid Agung) Umawi di Damaskus, kala itu tahun 649 H. Kitab at-Tanbih dihafalnya dalam waktu empat bulan setengah saja, lalu dia mengaji kitab Al-Muhazzab (Al-Muhazzab adalah kitab fikih dalam Mazhab Syafi’i. Berikutnya beliau menulis kitab yang menguraikan isi kitab tersebut yang dikenal dengan judul Syarah Muhazzab) karangan Asy-Syirazi.

Pada tahun sesudahnya kepada syekhnya, Ishaq bin Ahmad bin Utsman al-Maghribi al-Maqdisi. Beliau adalah guru pertamanya dalam bidang fikih. Setiap hari dia membaca dua belas kajian kepada gurunya masingmasing, lengkap dengan bacaan dan penjelasannya. Sempat terlintas keinginannya untuk mendalami masalah kedokteran, namun Allah Ta’ala mengalihkannya dari hal tersebut. Pada tahun 665 H. beliau telah mulai mengajar di Asyraqiyah, Damaskus, dan tinggal di sana, hanya saja dia tidak dapat mengkaji ilmu yang banyak di sana hingga wafatnya.

Akhlak dan Sifatnya

Imam Nawawi terkenal sebagai orang alim yang zuhud dan wara’. Tidak sesaat pun dirinya berpaling dari ketaatan kepada Allah. Malam-malamnya sering dilalui dengan begadang untuk ibadah atau mengarang. Beliau suka beramar ma’ruf dan nahi munkar, berani menghadapi raja dan bawahannya. Di antaranya—sekadar contoh—ada kejadian yang dia alami bersama Zahir Beibres, yaitu ketika dia diundang sang raja untuk menandatangani sebuah fatwa yang di dalamnya sangat jelas kezalimannya. Dia pun datang menhadap. Kala itu dia adalah orang tua dengan tubuh yang kurus dan baju tambal sulam. Sang raja  dengan nada meremehkan berkata kepadanya, “Ya syekh! Goreskan tulisanmu di atas fatwa ini.” Imam Nawawi rahimahullah memandangi sang raja, lalu berkata, “Saya tidak bakal menuliskan dan menandatanganinya.” Sang raja dengan marah berkata, “Mengapa?” Beliau berkata, “Karena di dalamnya terdapat kezaliman yang nyata.” Kemarahan raja semakin memuncak, lalu berkata, “Copot semua jabatannya!”

Para pegawainya berkata, “Dia tidak punya jabatan apa-apa.” Kemudian sang raja berniat membunuhnya, namun dia mengurungkannya. Ketika ada pegawainya yang bertanya kepadanya, “Aneh engkau ini! Mengapa engkau tidak jadi membunuhnya padahal dia telah bersikap kurang ajar seperti itu di hadapanmu?”

Sang raja berkata, “Demi Allah, aku merasakan ketakutan dengan wibawanya.”

Karangannya Imam Nawawi memiliki karangan yang sangat banyak, di antaranya, 
Syarh Shahih Muslim,
Al-Irsyad,
At-Taqrib wat-Taisir fi Ma’rifati Sunanil Basyir an-Nazir,
Tahzib al-Asma’ wal-Lughaat,
At-Tibyan fii Aadabil Hamalatil Qur’an,
Minhajut-Thalibin,
Bustanul-Arifin,
Khulashatul-Ahkam fi Muhimmatissunan wa Qawa’idul-Islam,
Raudhatul Thalibin wa Umdatul-Muftiin,
Syarh al-Muhazzab,
Riyadhus-Shalihin,
Al-Azkar.

Wafatnya

Beliau meninggal pada hari Rabu, 24 Rajab 676 H. di negerinya, Nawa, dan dikuburkan di sana. Penduduk Damaskus sangat sedih mendengar berita kematiannya. Sejumlah ulama menyusun bait syair tentang kesedihan akan kepergiannya.

Semoga Allah merahmati dan menempatkannya di surga nan luas serta membalasnya dengan pahala berlimpah atas apa yang dia persembahkan untuk Islam dan penganutnya, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan

Sumber kata pengantar buku Hadits Arba’in Nawawiyah

Bagi pembaca yang hendak menggali lebih dalam isi buku Hadits Arba’in Nawawiyah dapat mendownload versi luring/ offline pada link pdf di bawah ini

0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer