Pages

Minggu, 11 Agustus 2019

Menelisik Akar Fundamentalisme, Terorisme, dan Radikalisme


Sumber gambar: news.detik.com
Sebagaimana kita ketahui, pasca jatuhnya Orde Baru Soeharto,  isu terorisme mencuat di ruang publik. Aksi terorisme adalah strategi paling radikal dan  banal serta ekstrim yang diambil para aktor dan aktivis Islam pasca Orde Baru.  Di luar aksi terorisme, sebenarnya ada  dua strategi gerakan radikal Islam yang menjadi penting ketika rezim yang berkuasa memberikan angin segar kebebasan setelah lama gerakan Islam dipinggirkan secara politik oleh rezim Orde Baru itu. Strategi pertama melalui jalur kepartaian dan strategi kedua membentuk ormas-ormas Islam radikal yang memperjuangkan syariat Islam melalui jalur kultural; dakwah Islam dan aksi unjuk rasa, baik ke parlemen maupun ke istana negara. Kolaborasi ini tampaknya menjadi kekuatan yang cukup signifikan untuk melakukan perubahan secara bertahap di dalam sistem sosial dan kenegaraan bangsa Indonesia. Pada gilirannya, atribut, slogan, dan nama-nama Islam begitu ramai diteriakkan sebagai bagian dari pentas kekuatan dan panggung pergulatan.

Pergerakan Islam radikal memang sedang merambah ke wilayah-wilayah yang berpenduduk mayoritas Muslim di seluruh dunia. Indonesia, Filipina dan Malaysia, yang secara statistik berpenduduk mayoritas Muslim telah mengalami gejala globalisasi Islam radikal. Realitas ini dapat dilihat dari perkembangan kelompok Abu Sayyaf pimpinan Abu Bakar Janjalani di Filipina, Laskar Jihad dan Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin, Ikhwanul Muslimin, dan lain sebagainya di Indonesia, dan Kelompok Mujahidin Malaysia (KMM), sebuah organisasi di bawah payung PAS di Malaysia. 

Mereka dianggap telah mengembangkan operasi selama beberapa dekade terakhir, menghimpun dana, melatih milisi, materi dan pengalaman untuk melawan Barat dan kekuatan sekuler, di samping memperjuangkan Islam secara radikal, agung dan sentral, dari Malaysia sampai Senegal, dari Sovyet (Rusia) sampai daerah-daerah pinggiran di Eropa yang dihuni oleh imigran yang sudah mapan. Kebangkitan Islam ini oleh Gilles Kepel (1996) dinilai sebagai bagian dari gerakan bawah tanah guna mengislamkan kembali kehidupan dan tradisi keseharian dan mengorganisasikan kembali eksistensi individual sesuai dengan ajaran Kitab Suci. 

Studi Hermann Frederick Eilts (1987) menunjukkan bahwa, kebangkitan Islam dimulai semenjak lengsernya Shah Iran Reza Pahlevi, yang kemudian ditandai dengan tampilnya Imam Khoemaini sebagai pemimpin Revolusi Iran tahun 1979. Ditambah lagi, pada fase pertengahan terakhir 1970-an terjadi pergolakan di Iran, Mesir, Saudi Arabia, Syria, Pakistan, dan Afghanistan yang menyadarkan Barat tentang bangkitnya ”Islam militan” atau ”kebangkitan Islamisme.”

Dalam hal ini, di Indonesia kelompok-kelompok Muslim radikal melihat masyarakat kita mengalami sekularisasi, dekadensi moral dan krisis kepemimpinan. Hal tersebut lantas memantapkan keyakinan mereka bahwa solusinya adalah Islam. Pergaulan bebas, permisivisme, aborsi, kenakalan remaja, lemahnya supremasi hukum (KKN), dan semakin tidak bermoralnya para pemimpin bangsa memberikan keyakinan bahwa sekularisasi telah gagal menjadi bagian dari kehidupan bangsa. Karena itulah, bagi kaum muslim radikal, menerapkan syariat Islam secara kaffah dianggap sebagai solusi yang tepat. Radikalisasi yang tumbuh di kalangan muslim adalah efek domino dari kebobrokan sistem sosial masyarakat yang yang sudah tidak lagi mengindahkan moral dan peraturan agama. Itu sebabnya, mereka yakin bahwa Islam mampu menyelesaikan semua problem masyarakat agar menjadi lebih Islami; agar tidak ada KKN, agar pergaulan antar remaja lebih Islami, dan tidak ada lagi perilaku tidak bermoral di bumi Indonesia. Tentu saja, kalau dibentangkan, masih banyak alasan dan masalah yang membuat radikalisasi umat Islam itu terjadi.

Sumber kata pengantar buku Fundamentalisme, Terorisme, dan Radikalisme; Perspektif atas Agama, Masyarakat, dan Negara

Bagi pembaca yang hendak menggali lebih dalam isi buku Fundamentalisme, Terorisme, dan Radikalisme; Perspektif atas Agama, Masyarakat, dan Negara dapat mendownload versi luring/ offline pada link pdf di bawah ini


0 komentar:

Posting Komentar

Senata.ID -Strong Legacy, Bright Future

Senata.ID - Hidup Bermanfaat itu Indah - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat & sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian -Pramoedya Ananta Toer